Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Peransius
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam dunîa perbankan, persaingan bisnis antar bank sangat dipengaruhi bagaimana kemampuan bank dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Asset bank merupakan sumber pendapatan bunga bagi bank sedangkan kewajiban memberikan beban/biaya bunga bagi bank. Asset dan kewajiban bank dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga pasar sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Ketika suku bunga pasar meningkat maka asset-asset yang jatuh tempo akan mengalami kerugian sedangkan kewajiban bank yang jatuh tempo akan mengalami keuntungan demikian sebaliknya jika suku bunga pasar mengalami penurunan. Karena sebagian besar dari asset dan kewajiban bank mark to market maka bank perlu melakukan asset liability management (ALMA). ALMA pada bank bertugas untuk meningkatkan profitability perbankan dan manajemen risiko. Dalam manajemen nsiko dilakukan beberapa tahap dimana salah satu tahapnya adalah pengukuran risiko. Salah satu tools pengukuran risiko adalah dengan penentuan VAR. VAR merupakan estimasi kerugian di masa yang akan datang berdasarkan volatilitas faktor pasar pada masa Iampau (data historis) dengan derajat kepercayaan dan holding period tertentu.

Pada penelitian ini dilakukan penentuan VAR sebagai akibat tereksposurenya asset dan kewajiban Bank Mega terhadap suku bunga pasar dengan menggunakan metode varian kovarian dengan estimator volatilitas standar deviasi Equally Weighted dan Exponential Weighting Moving Average (EWMA). Penentuan VAR berdasarkan posisi asset dan kewajiban bank pada tanggal 31 Desember 2001. Dalam penentuan VAR ini. asset dan kewajiban bank dikelomkan kedalam beberapa vertex herdasarkan jangka waktu jatuh temponya. Future cashflow dan masing-masing vertex ini yang tereksposure terhadap suku bunga pasar (data historis) yang kemudian diukur volatilitasnya menggunakan estimator volatilitas standar deviasi, EW dan EWMA.

Untuk menentukan metode estimator yang memberikan validitas yang tinggi maka dibentuk beberapa model dengan menghitung VAR secara harian, dimana periode observasi penentuan VAR adalah antara 2 Januari 2001 hingga 31 Desember 2001. VAR yang diperoleh secara harian dibandingan dengan aktual profit dan loss yang terjadi.

Model terbaik yang digunakan untuk estiniasi VAR 31 Desember 2001 dan berbagai alternatif variasi yang dilakukan adalah model estimator EWMA 520,5 untuk 0,94 dengan derajat kepercayaan 99 % karena model inilah yang masuk dalam daerah batasan dan dengan periode updating 5 han memberikan kemampuan yang lebih besar dalam mengantisipasi kerugian sebagai akibat fluktuasï suku bunga pasar yang terbaru. Pemilihan derajat kepercayaan 99 % disebabkan karena bank menerapkan prudential banking dalam melakukan strateginya. Estimasi VAR 31 Desember 2001 yang diperoleh sebesar Rp. (23.163.223.809). Nilai ini berarti bahwa pada kondisi market yang normal, estimasi kerugian maksimum yang akan dialami bank pada satu hari yang akan datang adalah sebesar Rp 23.163.223.809 dengan derajat kepercayaan 99 %.

Modal yang diperlukan oleh bank untuk mengantisipasi kerugian yang dihasilkan dan estimasi VAR dengan model EWMA 520,5, ) = 0,94, untuk holding period 1 hari adalah 3,65 % dan Networthnya. Sebagai akibat eksposure suku bunga pasar terhadap asset dan kewajiban Bank Mega, maka CAR bank setelah memperhitungkan market risk rnenjadi 8,42 %.

Perbedaan holding period yang digunakan mempengaruhi jumlah modal yang harus disediakan. Untuk VAR dengan holding period 1 hari, jumlah modal yang harus disediakan lebih kecil dibandingkan dengan holding period 5, 10, dan 20 hari.
2002
T2121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sisilya
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan utama setiap perusahaan adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Peningkatan dapat dicapai jika perusahaan melakukan investasi yang diharapkan bahwa pengembalian akan lebih besar daripada biaya modal. Penciptaan nilai tersebut membutuhkan suatu pengukuran kineija dan sistem kompensasi agar para manajer dapat lebih termotivasi untuk mencari dan mengimplementasikan proyek investasi yang bernilai positif Salah satu pengukuran kineija yang dapat digunakan adalah Economic Value Added (EVA) yang dikembangkan sekitar tahun 1990-an oleh sebuah konsultan di Amerika Serikat, Stem Stewart & Co. Nilai EVA diperoleh dengan cara mengurangkan NOPAT dengan capital charges (modal dikalikan biaya modal). Kelebihan pengukuran kineija dengan EVA dibandingkan dengan pengukuran lain diantaranya adalah memasukkan biaya modal ke dalam perhitungan EVA, menghilangkan distorsi ekonomis dari standar akuritansi dan perhitungannya dapat digunakan untuk melihat kemampuan penciptaan nilai dari suatu divisi atau perusahaan secara keseluruhan.

Karya akhir ini bertujuan umuk mengetahui kinerja perusahaan selama tahun 1998-2001 jika menggunakan EVA, dalam hal ini perusahaan yang dipilih adalah PT Asiana Multikreasi Tbk, sebuah perusahaan manufaktur mainan anak. Metodologi yang digunakan adalah studi literatur dengan data yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan tahun 1998-2001.

Hasil perhitungan menunjtJkkan bahwa nilai EVA perusahaan selama tahun 1998-2001 mengalami peningkatan kecuali untuk tahun 2001 yang kembali menurun dibandingkan tahun sebelurnnya. Penyesuaian dilakukan terhadap NOP AT dan modal yang diinvestasikan yaitu dengan cara menambahkan perubahan dari akun-akun penyesuaian kepada NOPAT dan menambahkan akun akunpenyesuaian kepada modal yang diinvestasikan.

Perbandingan antara hasil NOPAT yang disesuaikan dengan NOPAT yang belum disesuaikan menunjukkan bahwa nilai NOP AT yang sudah disesuaikan lebih kecil daripada NOPAT yang belum disesuaikan dan nilainya mengalami penurunan selama tahun 1998-2001. Perbandingan antara nilai modal yang belum dan sudah disesuaikan menunjukkan bahwa nilai modal yang sudah disesuaikan lebih tinggi daripada nilai modal yang belum disesuaikan kecuali untuk tahun 2001.

Nilai EVA terendah yaitu pada tahun 1998 yang disebabkan oleh rendahnya nilai NOP AT sedangkan capital charges nilainya cukup besar. Nilai EVA pada tahun 2001 juga rendah hila dibandingkan dengan tahun 1999-2000 yang disebabkan oleh penurunan capital secara signifikan. Sedangkan nilai EVA tertinggi yaitu pada tahun 1999 yang disebabkan oleh penurunan modal yang diinvestasikan akibat peningkatan biaya yang masih harus dibayar yaitu beban bunga yang merupakan dampak dari krisis ekonomi pada tahun sebelumnya

Jika dibandingkan dengan net income (loss) perusahaan maka nilai EVA lebih baik daripada net loss perusahaan, ~tau nilai sebenarnya perusah~n seharusnya lebih besar dari nilai yang dihitung berdasarkan laba akuntansi yang konvensional. Hal tersebut terjadi karena penyesuaian yang kemudian ditambahkan kepada NOP AT dan capital menyebabkan nilai NOP AT dan capital yang lebih tinggi dan pada akhimya meningkatkan nilai EVA Jika dibandingkan dengan return indeks harga saham maka penurunan nilai EVA sejalan dengan Kemudian untuk melihat tren nilai EVA pada 10 tahun mendatang dilakukan proyeksi dengan menggunakan spreadsheet dari Damodaran.com, yang juga menghasilkan firm value dan nilai saham perusahaan. Nilai saham perusahaan per 31 Desember 2001 overvalue jika dibandingkan dengan nilai saham perusahaan yang dihitunga dengan valuation.

Berdasarkan basil penelitian di atas maka beberapa hal yang hams dilakukan perusahaan antara lain yaitu meningkatkan nilai NOP AT dengan cara meningkatkan penjualan dan mencari investor yang dapat menambah modal bagi perusahaan. Walaupun nilai EVA masih menunjukkan nilai yang negatif tetapi dengan memasukkan nilai EVA ke dalam laporan keuangan perusahaan, maka para investor dapat melihat nilai sesungguhnya perusahaan dan pada akhimya akan endapat return yang lebih tinggi. Seperti halnya hasil penelitian Stem dan Stewart (1999), perusahaan yang menggunakan EVA sebagai pengukuran kinerjanya menunjukkan pengembalian pada emegang sahamnya yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya yang tidak memanfaatkan EVA, setelah lebih dari lima tahun mengukur kinerja dengan EVA.
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Wastukencana Wulan
Abstrak :
Perkembangan perekonomian yang terjadi selama beberapa tahun belakangan ini sangat cepat disertai masuknya usaha-usaha asing ke dalam negeri akibat dari adanya globalisasi. Hal ini berakibat pada timbulnya bidang-bidang usaha baru serta makin tajamnya persaingan usaha. Untuk itu banyak perusahaan yang melakukan penggabungan seperti merger, konsolidasi, serta akuisisi terhadap perusahaan lain dalam rangka memperkuat usahanya. Salah satu bentuk penggabungan perusahaan yang terjadi Indonesia adalah privatisasi yang dilakukan pemerintah atas PT. Indosat Tbk. Tulisan ini akan difokuskan pada tinjauan hukum terhadap proses privatisasi PT. Indosat Tbk khususnya pembelian saham yang dilakukan oleh ICL dan STTC yang dianggap sebagai tindakan pengambilalihan (akuisisi) PT. Indosat Tbk. Pokok permasalahan yang dibahas adalah bagaimanakah pengaturan mengenai akuisisi (pengambilalihan) perusahaan di Indonesia? Bagaimanakah pelaksanaan akuisisi (pengambilalihan) perusahaan di Indonesia? Bagaimanakah pelaksanaan privatisasi PT. Indosat Tbk ditinjau dari sudut pengaturan mengenai akuisisi? Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa privatisasi dalam bentuk akuisisi yang dilakukan pada PT. Indosat banyak mengabaikan aspek-aspek yang seharusnya diperhatikan oleh pemerintah Indonesia dalam melakukan privatisasi, diantaranya adalah syarat-syarat akuisisi yang terdapat dalam peraturan perundangundangan, aspek proses penjualan saham, serta aspek perjanjian.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T36586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibowo Mukti
Abstrak :
ABSTRAK
Kondisi makro ekonomi yang buruk sebagal akibat dari depresiasi mata uang rupiah yang dimulai pertengahan tahun 1997 telah mengakibatkan krisis ekonomi dan krisis politik di Indonesia. Situasi ini tidak menguntungkan bagi dunia usaha dalam menjalankan usahanya dan mempengaruhi pula kemampuan perusahaan-perusahaan yang memiliki hutang dalam mata uang asing untuk melunasi pinjaman yang telah jatuh tempo.

Demikian banyak perusahaan yang tidak mampu melanjutkan usahanya, walaupun memiliki manajemen yang baik, karena besarnya jumlah hutang yang dimiliki oleh sebagian besar pelaku usaba di Indonesia. Kalau dilihat secara umum timbulnya masalah ini merupakan kesalahan masa lalu dari berbagai pihak yaitu pengusaha sebagai debitur, kreditur terutama kreditur dan luar negeri, dan pemerintah.

Sebagian besar pengusaha dalam mengembangkan usahanya mengandalkan dari pinjaman luar negeri yang tidak disertai prinsip kehati-hatian yaitu membiayai usaha jangka panjang dengan pinjaman jangka pendek (mismatch), tidak melindungi kewajiban d.alam mata uang asing dad resiko fluktuasi nilai tukar (hedging), dan terlalu percaya pada stabilitas nilai tukar yang dipertahankan pemerintah.

Demikian puta kreditur luar negeri pada masa lalu terlalu bernafsu menanamkan modalnya di Indonesia secara langsung kepada para pengusaha, tanpa disertai penelaahan yang dalam atas struktur keuangan, operasional usaha, aspek pemasaran, dan faktor lain yang biasanya perlu dilakukan dalam pemberian kredit.

Di lain pihak pemerintah sebagai penentu kebijakan dan pelaku utama pembangunan di masa lalu juga memiliki andil dalam timbulnya krisis ini karena terus memperbesar jumlah pinjaman luar negeri walaupun dengan syarat-syarat yang lunak dan masalah lain yang kurang mendukung pengembangan usaha nasional yang sehat.

Untuk segera menyelesaikan masalah ini diperlukan langkah pemecahan yaitu penyelesaian hutang yang menguntungkan semua pihak yang terkait. Mengingat pentingnya masalah penyelesaian hutang ini sebagai salah satu faktor utama bagi bangsa Indonesia untuk dapat keluar dari krisis, maka penulis melakukan analisis berbagal alternatif penyelesaian hutang yang tersedia di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah membandingkan berbagai faktor utama yang terdapat di masing-masing alternatif tersebut dengan karakteristik dan kebutuhan perusahaan sebagai debitur dan diharapkan akan menghasilkan solusi yang paling menguntungkan berbagai pihak yang terkait.

Pemilihan PT. Astra Tntemational Tbk sebagai perusahaan yang ditelaah didasarkan pada beberapa alasan yaitu perusahaan dikenal memiliki reputasi yang balk, memiliki hutang dalam mata uang asing, perusahaun sudah masuk bursa, telab melaicukan restrukturisasi liutang, dan faktor lain seperti ketersediaan data bagi penulisan karya akhir ini. Kendala yang dijumpai dalam penulisan karya akhir ini adalah masalah restrukturisasi hutang, baik di dunia maupun di Indonesia, merupakan topik yang baru dan jarang terjadi sehingga text-book, artikel, dokumen, data pembanding, dan contoh perusahaan yang telah sukses melakukan restrukturisasi hutang sangat langka.

Tersedia berbagai alternatif penyelesaian baik penyelesaian di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan. Penyelesaian melalui pengadilan dengan UU Kepailitan sedapat mungkin dihindari karena berbagai hal yang kurang menguntungkan terutama bagi debitur dan kreditur. Berbagai pihak baik debitur, kreditur, dan pemerintah juga lebih memilih penyelesaian di luar pengadilan. Karena bagi debitur terdapat beberapa faktor yang merugikan jika proses penyelesaian di dalam pengadilan seperti kendali penyelesaian restrukturisasi dipegang oleb pengadilan dan kreditur; hak pemegang saham beralih; pengajuan permohonan kepailitan akan merusak reputasi, usaba, dan prospek di masa depan; ketidakpastian waktu penyelesaian; dan kemungkinan likuidasi.

Pihak kreditur juga lebih menyukai penyelesaian di luar pengadilan karena jika pihak debitur diberi keleluasan untuk memperbaiki aspek operasional dan keuangannya maka kreditur sendiri yang pada akhirnya alcan mendapatkan keuntungan atau manfaat dibandingkan alternatif penyelesaìan di dalam pengadilan. Kemudian pemerintah walaupun menyediakan sarana hukum berupa UU Kepailitan, selalu berupaya menyediakan alternatif lain berupa penyelesaian masalah hutang-piutang ini di luar pengadilan dengan membentuk beberapa institusi yaitu INDRA, Prakarsa Jakarta, BPPN, dan membuat ketentuan baru yang mendukung baik perubahan maupun penyempurnaan peraturan yang ada.

Berdasarkan hasil analisis karya akhir ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan sebaiknya menyelesaikan proses restrukturisasi hutang di luar pengadilan dan melakukan sendiri proses restrukturisasi hutang tersebut dengan dibantu lembaga konsultan yang telah berpengalaman dalarn melaksanakan proses tersebut. Metode restrukturisasi hutang yang paling mungkin untuk dilaksanakan dan paling menguntungkan berbagai pihak dalam penyelesaian masalah hutangnya adalah memilih metode yang mengkombìnasikan alternatif dalam kelompok Composition (creditors agree to take less) yang mengurangi jumlah kewajiban baik bunga rnaupun pokok pinjaman dan digabung atau dikombinasikan dengan pilihan alternatif dalam kelompok Extension (pay later) yang akan memperpanjang jangka waktu pengembalian hutang.

Hasil analisis tersebut di atas berdasarkan karakteristik, kondisi internal, dan kondisi ektemal perusahaan dimana faktor-faktor itu menjadi faktor penentu dan proses pengambilan keputusan pemilihan alternatif restrukturisasi hutang tersebut. Setelah melakukan evaluasi proses restrukturisasi hutang yang telah dilakukan oleh PT. Astra International Tbk dan membandingkan proses tersebut dengan berbagai alternatif yang ada disertai prinsip, langkah, dan tahapan yang perlu dilalui maka dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan masalah hutangnya perusahaan telah menganut langkah-langkah yang telah berlaku umum dan teruji di tingkat internasional dalam proses restrukturisasi hutang.
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T4731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arbelly Noor
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan bank di Indonesia diwamai dengan persaingan yang ketat, baik dalam bidang produk maupun jasa pelayanan. Bank terus mengalami transformasi untuk menjadi batik yang dinamis serta siap bersaing secara global dengan meningkatkan mutu pelayanan perbankan melalui pencapaian kinerja yang baik dan memuaskan.

Suatu bentuk perencanaan strategis dalam menjalankan suatu usaha sangatlah penting. Strategi memberikan pedoman umum mengenai Iangkah inisiatif strategis yang harus dilakukan untuk bertahan, tumbuh dan berkembang selaras dengan visi, misi dan tujuan. Manfaat lain yang dapat diperoleh adalah memberikan stabilitas arah dan fokus pengelolaan atau pengembangan usaha yang fleksibel dan adaptif terhadap perubahan lingkungan dan tingkat persaingan usaha. Dalam penerapannya, perencanaan strategis ini dapat bersifat jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

Dalam perkembangan situasi perekonomian Indonesia pada saat ini masih belum membaik, sebagai implikasi dari meningkatnya dampak krisis moneter yang berawal pada tahun 1997. Gejolak mata uang Rupiah dan kebijakan suku bunga yang tinggi menyulitkan hampir semua perusahaan yang dalarn kaitan ¡ni semakin banyak perusahaan yang menghentikan kegiatannya untuk sementara waktu. Sedangkan perusahaan yang mampu bertahan dihadapkan pada Iingkungan usaha yang sangat sulit.

industri perbankan nasonal merupakan salah satu sektor yang paling merasakan dampak dari krisis tersebut. Marjin bunga negarif. kemerosotan modal, likuiditas ketat. biaya usaha yang tinggi dan kredit bermasalah yang terus meningkat telah menghambat kegiatan operasional dan pertumbuhan laba perbankan nasonal. Sebagai salah satu bagian industri perbankan nasional. Bila juga tìdak terlepas dari lingkungan permasalahan tersebut.

OIeh karena itu. BU tidak dapat tinggal diam untuk menunggu dan menerima apa saja yang akan terjadi apabila usaha perbankan yang dijalankan ingin terus ada dan bertahan. BU harus mengambil langkah-langkah strategis untuk mengimbangi keadaan yang tidak pasti itu. Dengan melakukan perencanaan strategis yang fieksibel dan adaptif dapat membantu bank dalam meÌewati masa-masa sulit seperti ini sehingga pada akhìmya bank dapat terus eksis di dalam bidang usahanya.

Diperlukan langkah-langkah strategis sebagai antìsipasi untuk mengatasi krisìs likuiditas. Adapun iangkah-langkah strategis ini dapat dilaksanakan dalam berbagai cara, antara lain. peningkatan pelayanan terhadap nasabah meningkatkan ragam produk dan layanan yang diberikan. melakukan inovasi produk yang pada intinya ditujukan untuk mempertahankan nasabah yang sudah ada dan sekaligus menambah nasabah baru. Pada akhirnya diharapkan langkah-langkah strategis tersebut dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap BU sehingga dapat memperbaiki kinerjanya.

Berdasarkan pandangan terebut menarik untuk mengkaji Langkah strategIs yang diambil BII dalam menciptakan suatu fasilitas Iayanan baru, yaitu, Layanan Internet Banking yang diharapkan dapat menadi alternatif solusi untuk meningkatkan pelayanan
2002
T4980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Indriati
Abstrak :
Banyak negara di wilayah regional Asia Pasifik termasuk Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang negara-negara tersebut. Akibat utamanya adalah langkanya likuiditas, tingginya tingkat bunga dan kurs mata uang asing. Kondisi ini mencakup pula pengetatan penyediaan kredit dan penghentian atau penundaan pelaksanaan proyek konstruksi tertentu. Dalam menghadapi kondisi ekonomi yang masih belum stabil yang ditandal dengan masih berfluktuasinya kurs mata uang asing dan harga saham di pasar modal, manajemen masing-masing perusahaan dalam industri semen mengambil langkah-langkah antara lain; menaikkan harga jual, melakukan ekspor, melakukan penghematan biaya, melakukan investasi sesuai skala prioritas dan mencari alternatif dengan membeli produk-produk lokal dengan kualitas yang sama dengan komponen impor mesin dan suku cadang. Dampak negatif krisis yang berkepanjangan berimbas pada kinerja perusahaan perusahaan yang bergerak dalam industri semen. Penurunan kinerja terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: Industri ini dipengaruhi oleh jatuh bangunnya sektor property. Akibat krisis yang terjadi menimbulkan keterpurukan sektor ini diinana terjadi penundaan proyek konstruksi dan berkurangnya daya bell masyarakat. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan semakin besarnya beban hutang luar negeri yang harus ditanggung perusahaan. akibat beban bunga yang jumlahnya besar. Krisis ekonorni yang terjadi memberikan tekanan negatif terhadap laju perkembangan konsumsi senen nasional indonesia. Konsumsi semen nasional menurun menjadi 19,24 juta ton tahun 1998, kemudian menurun kembali ke 18,77 juta ton di tahun 1999. Untuk tahun 2000, konsumsi semen nasional menìngkat ko 22,33 juta ton tetapi masih jauh di bawah tingkat konsumsi yang pemah dicapai pada tahun 1997. Perkembangan sektor perumahan, sektor komersil dan berbagai proyek industri merupakan tiga faktor kunci berkembangnya penggunaan semen di Indonesia. Konsumsi semen berkorelasi positif dengan keadaan umum, aktivitas ekonomi khususnya sektor konstruksi. Adapun penelitian dilakukan melalui studi pustaka yaitu berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan masing-masing perusahaan selama periode krisis moneter dan artikel beberapa media yang berhubungan dengan topik yang diteliti. Kinerja ketiga perusahaan mengalami penurunan dari tahun 1997 hingga 2000 dan pada tahun 2001 mengalami peningkatan. Harga saham INTP dan SMCB overvalue sedangkan harga saharn SMGR undervalue. Dari ketiga perusahaan yang diteliti, Semen Gresik memiliki kinerja yang cukup baik karena dapat bertahan selania masa krisis meski mengalami penurunan laba bersih, sedangkan PT Semen Cibinong sebaiknya perlu melakukan efisiensi mengingat perusahaan belum mampu bekerja secara optimal dalam menggunakan sumber daya yang ada disamping besamya beban hutang dalam mata uang asing yang ditanggung. Dengan keberhasilan restrukturisasi hutang (debt to equity) yang dilakukan PT Indocement prakarsa, perusahaan ini mampu memperbaiki kinerja keuangannya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Kornelia Basauli
Abstrak :
Industri garmen dan tekstil merupakan suatu industri yang tingkat penjualannya sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara dimana produknya dipasarkan. Selain itu, karena pada umurnnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri ini menjual produknya ke mancanegara, dimana penerimaan perusahaan berbentuk US$, maka selain juga olah laju inflasi nasional, pertumbuhan penjualannya juga dipengaruhi oleh perusahaan nilai tukar Rupiah terhadap US$. Tulisan ini merupakan suatu penelitian mengenai bagaimana analisa terhadap resiko bisnis dan laporan keuangan perusahaan dapat menjelaskan pengaruh krisis ekonomi yang terjadi secara tidak langsung terhadap kinerja perusahaan secara obyektif, dan membantu penilaian prospek investasi bagi para investor dalam mengambil keputusan yang tepat untuk target investasinya. Penelítian ini terutama perlu dilakukan mengingat besarnya kandungan impor bagi proses produksi perusahaan?perusahaan yang bergerak dalam industri garmen dan tekstil. Selain itu juga banyak dan perusahaan-perusahaan ini yang melakukan pinjaman dalam bentuk US$ yang menyebabkan nilainya dalam Rupiah naik berkali-kali lipat. Dalam tulisan ini, penulis melakukan penelitian terhadap tiga perusahaan yang bergerak dalam industri garmen dan tekstil, yaitu PT. Century Textile lndustrý Tbk., PT. Ever Shine Textile Industry Tbk., dan PT. Sarasa Nugraha Tbk. Dalam melakukan analisa terhadap ketiga perusahaan ini, penulis melakukan penelitian melalui liga tahapan, yang didasarkan pada analisa Krishna G. Palepu: Yang pertama adalah analisa terhadap industri garment dan tekstil, dengan mempergunakan aeon Five Forces yang diperkenalkan oleh Michael Porter. Tahap kedua adaah melakukan analisa terhadap laporan keuangan ketiga perusahaan tersebut, yang merupakan cerminan dari kinerja perusahaan-perusahaan tersebut selama beberapa tahun terakhir. Dalam hal ini, laporan keuangan yang diambil adalah laporan keuangan tahun 1994 hingga 2000. Analisa yang dilakukan adalah analisa rasio keuangan, dan analisa vertikal dan horisontal. Tahap ketiga yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa prospek perusahaan yang merupakan proyeksi dan kineria perusahaan di masa yang akan datang. Selain didasarkan pada kinerja perusahaan di masa yang lalu, yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan, proyeksi analisa terhadap prospek perusahaan juga didasarkan pada proyeksi mengenai keadaan makro ekonomi di masa yang akan datang. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan nilai perusahaan-perusahaan tersebut berdasarkan hasil penelitian. Nilai yang didapat kemudian akan dibandingkan dengan harga saham perusahaan pada saat ini, sehingga pada akhirnya penulis dapat memberikan rekomendasi kepada para investor atau calon investor mengenai saham ketiga perusahaan tersebut. Selain itu, penulis juga dapat memberikan saran kepada para pengelola perusahaan sehubungan dengan nilai perusahaan yang didapatkan berdasarkan penelitian.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmi Rahman Ibrahim
Abstrak :
Privatisasi industri semen merupakan kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan ekonomi di Indonesia pasca krisis ekonomi. Privatisasi bagi pemerintah merupakan upaya pemulihan ekonomi dan perbaikan kinerja BUMN terutama pada industri semen. Namun, privatisasi yang dilaksanakan pemerintah terhadap PT Indosemen Tunggal Prakarsa Tbk. telah mengundang perhatian publik, karena selain dapat berdampak pada struktur industri semen di Indonesia juga dapat menciptakan terjadinya kenaikan harga semen dalam negeri. Privatisasi industri semen di Indonesia banyak mendapat kritikan dari masyarakat karena proses privatisasinya dilakukan melalui penjualan langsung dengan menjual saham kepada swasta asing, yaitu Heidelberger. Adanya kekhawatiran masyarakat akan kemungkinan terjadinya kartelisasi sebagai bagian dari kerjasama yang melibatkan pemain global seperti Cemex, Holcim, Heidelberger dan Laparge mungkin dapat terjadi, melihat peran yang ditunjukkan dalam penguasan produsen semen di berbagai kawasan. Argumen ini didasarkan pada kemampuan dan kekuatan jaringan keempat pemain besar tersebut. Kasus Filipina patut dijadikan pengalaman berharga dalam program privatisasi semen di Indonesia. Harga semen di Filipina sebelum dikuasai mayoritas sahamnya oleh pemain global, relatif terjangkau oleh masyarakat, namun ketika saham itu didominasi oleh swasta asing, maka kenaikan harga semen pun tidak dapat dihindari lagi. Harga semen di Filipina bergerak naik dari harga US$ 30 perton menjadi 70-80 dollar perton. Oleh karena itu, privatisasi industri semen yang dilaksanakan pemerintah harus mempertimbangkan kepentingan jangka panjang. Kenaikan harga semen dapat diakibatkan karena adanya kertelisasi regional dimana harga semen di Indonesia akan disesuaikan dengan harga produsen semen yang ada di beberapa negara ASEAN, sebagai bentuk aliansi strategis dengan produsen besar lainnya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3098
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Kristiyanto Wahyu Indriya
Abstrak :
Kesulitan membayar kewajiban akibat utang dalam mata uang asing yang terdepresiasi dapat diselesaikan melalui restrukturisasi utang yang bertujuan untuk mengurangi beban cicilan pokok dan bunga sehingga meningkatkan kinerja keuangan di kemudian hari. PT Bakrie & Brothers Tbk melakukan restrukturisasi atas utangnya sebesar US$ 1 miliar dalam rangka mengurangi beban cicilan pokok dan bunga. Pola yang dilakukan adalah dengan penjadualan kembali, pengalihan utang dengan aset, pengalihan utang menjadi penyertaan saham dan pemotongan utang pokok dan utang bunga. Dengan pola tersebut, kinerja keuangan perusahaan diharapkan menjadi semakin baik. Restrukturisasi utang yang dilakukan oleh PT Bakrie & Brothers Tbk tidak memperbaiki kinerja keuangan bagi semua pihak yang berkepentingan (manajemen, pemegang saham dan kreditur). Hal ini dapat terjadi karena restrukturisasi utang hanya memperbaiki struktur modal (capital structure) tanpa mempengaruhi kinerja operasional. Restrukturisasi utang dapat terlaksana karena adanya peran pemerintah yang menyeimbangkan posisi tawar menawar antara debitur dan kreditur, adanya rangsangan berupa insentif pajak dan adanya lembaga Pengadilan Niaga yang yang menjamin proses berjalan secara terbuka dan adil. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa peraturan yang dapat menghambat proses restrukturisasi utang terutama berkaitan dengan pengalihan utang dengan aset seperti yang dialami oleh PT Bakrie & Brothers Tbk untuk mengalihkan PT Arutmin Indonesia kepada pihak asing. Kondisi lain yang bisa menghambat proses restrukturisasi adalah kondisi ekuitas perusahaan yang sudah negatif atau mengalami defisiensi modal.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filo Alfart Ilham
Abstrak :
Karya akhir ini membahas tentang strategi bersaing yang diterapkan PT Astra International Tbk. - Toyota Sales Operation atau yang lebih dikenal dengan Auto 2000 dalam menghadapi tantangan Asean Free Trade Area (AFTA) yang rencananya akan diimplementasikan pada tahun 2003. Data untuk keperluan penelitian didapat dengan melakukan studi literatur dan studi kasus. Dalam melakukan analisa digunakan alat analisa berupa teori-teori dan buku referensi. Permasalahan diidentifikasi dari ancaman faktor eksternal yaitu lingkungan umum dan lingkungan industri yang mempengaruhi perusahaan dan yang khususnya berkaitan dengan AFTA. Tujuan penelitian adalah untuk memaparkan strategi bersaing yang dilakukan Auto 2000 dalam menghadapi perubahan kondisi eksternal khususnya AFTA guna dapat memenangkan persaingan di tingkat nasional dan di regional. Pemaparan strategi dilakukan dalam bentuk identifikasí strategi yang telah dilakukan dan saran atas strategi yang sebaiknya dilakukan. Auto 2000 merupakan salah satu hasil dari strategi diversifikasi yang dilakukan oleh PT Astra International Tbk (Al) sebagai induk perusahaan dalam bidang usaha otomotif. Bidang usaha otomotif merupakan penyumbang profit yang utama kepada AL Dan bidang usaha otomotif AI, Auto 2000 adalah yang terbesar kontribusinya terhadap profit Auto 2000 merupakan anak perusahaan yang mempunyai manajemen sendiri, dengan bidang usaha utama sebagai penyalur utama kendaraan bermerek "TOYOTA" di Indonesia yang ditunjang oleh bidang usaha layanan purna jual berupa bengkel dan penjualan sukucadang. Dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2001 Auto 2000 selalu menjadi pemimpin pasar di industri otomotif Indonesia. Dengan adanya AFTA maka pergerakan orang, barang dan jasa akan bebas untas negara-negara ASEAN karena adanya penghapusan atau pengurangan hambatan tarif maupun non tarif. Peluang yang ada adalah untuk perluasan pasar dan untuk diversifikasi produk serta jasa. Sedangkan ancaman yang ada adalah banyaknya pesaing baru, tingginya rivalitas dan pesaing yang ada, lambatnya pemulihan ekonomi dalam negeri, menurunnya daya beli masyarakat, perubahan Produce Life Cycle yang cepat, makin tingginya tuntutan konsumen dan posisi tawan dan pemasok yang tinggi. Berbagai ancaman tersebut tentunya akan mengancam target pangsa pasar dan target profit yang telah dicanangkan perusahaan. Kekuatan yang dimiliki Auto 2000 adalab berupa citraa perusahaan yang kuat, adanya oríentasi pada kepuasan pelanggan, produk dan jasa yang berkualitas, sistem dan infrastruktur yang handal, manajemen yang handal, jaringan disuibusi yang kuat dan iuas, jaringan layanan purna jual yang kuat dan luas, sumber daya manusia yang berkualitas, adanya sumber daya keuangan yang kuat serta database pelanggan yang lengkap. Sedangkan kelemahan yang ada adalah belum konsistennya kualitas dan kuantitas pelayanan dalam pencapaian tingkat kepuasan pelanggan yang ditargetkan, kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang kurang baik dan belum adanya pengakuan internasional terhadap SOP perusahaan. Berdasarkan analisa faktor eksternal dan faktor internal yang ada maka dapat disimpulkan strategi bersaing Auto 2000 menghadapi AFTA adalah menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk melakukan diferensiasi produk / jasa dan memperkuat posisi dalam negeri dengan fokus bersaing pada layanan purna jual Untuk dapat menjadi pemain di skala regional maka Auto 2000 harus membenahi segala kelemahannya. Saat ini Auto 2000 sedang melakukan pembenahan seperti pelatihan bahasa lnggris, melaksanakan program-program yang bertujuan untuk kepuasan pelanggan dan menjaga konsistensi pencapaian tingkat kepuasan pelanggan yang ditargetkan. Guna menangkap peluang untuk perluasan ke pasar regional dapat dilakukan dengan mencoba melakukan aliansi strategis guna membangun jaringan distribusi dan purna jual di negara-negara ASEAN yang punya kemiripan budaya dan bahasa, punya daya beli tinggi serta industri otomotifnya belum begitu berkembang seperti contohnya negara Brunei. Pengetahuan pasar dan networking ke pasar Brunei dapat dipelajari melalui PT. Toyota Astra Motor (TAM) yang selama ini sangat dekat hubungannya dengan Auto 2000. TAM adalah produsen mobil "TOYOTA" di Indonesia dan selama ini negara tujuan ekspor yang terbesarnya adalah Brunei. Perusahaan juga dapat menjadi ISO certified company sebagai kelanjutan dari SOP yang telah dimiliki. Sertflkat ISO yang diakui internasional selanjutnya dapat dijadikan marketing tools agar dapat diakui di tingkat regional.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>