Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1994
992.238 BAB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Mega Suparwitha
Abstrak :
Perubahan sosial memungkinkan terjadinya peningkatan mobilitas penduduk, intensitas interaksi sesama manusia dan perekonomian, yang secara umum berpengaruh pada keteraturan kehidupan masyarakat desa adat di Bali. Lebih dalam, perubahan sosial juga berpengaruh pada peningkatan intensitas dan ragam kegiatan sosial yang berimplikasi pada perubahan tugas dan fungsi pecalang yang ada di desa adat. Perubahan yang terjadi pada tugas dan fungsi pecalang menimbulkan polemik di masyarakat sehingga dipertanyakan eksistensi pecalang. Perhatian utama tesis ini adalah tugas dan fungsi pecalang dan kaitannya dengan kepolisian, dengan fokus pada fungsi pecalang. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, penelitian dilakukan di Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, sebuah desa yang masyarakatnya agraris, yang sedang mengalami transisi menuju masyarakat industri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode pengamatan terlibat serta wawancara dengan pedoman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perluasan tugas dan fungsi pecalang untuk mengimbangi peningkatan intensitas dan ragam kegiatan sosial, Kendatipun peraturan daerah menentukan bahwa pecalang merupakan satuan tugas tradisional yang bertugas mengamankan kegiatan yang berkaitan dengan adat dan agama di wilayah desa adat, di Desa Adat Meliling, pecalang juga melakukan tugas mengamankan kegiatan di luar kegiatan adat, agama, bahkan mengamankan kegiatan adat warganya sampai ke luar wilayah desa adat. Pada hakikatnya pecalang dan kepolisian sama-sama pengemban fungsi kepolisian. Perbedaanya, pecalang pengemban fungsi kepolisian dalam konteks desa adat, sedangkan kepolisian dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara formal hubungan yang terjadi antara kepolisian dan pecalang adalah hubungan kelembagaan dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, di mana pecalang berstatus pembantu kepolisian dalam mengemban fungsi kepolisian. Sejalan dengan itu, kepolisian berkewajiban membina pecalang. Secara informal hubungan pecalang dengan kepolisian dilihat dari hubungan individu yang ditentukan oleh kepribadian dan kemampuan pihak yang berhubungan yang kemudian melahirkan kesan terhadap pihak yang berhubungan ini mempengaruhi hubungan formalnya. Daftar Kepustakaan : 40 Buku + 10 Dokumen
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T7906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The phenomenon of diclining visual, fuctional and environmental quality of the downtown area is common in most large cities. In relevant with the importance of preserving the downtown area as the source of a city's development, it is important to understand the processes underlying that development. The province of Bali, as a major tourist destination in Indonesia, is determined to develop tourism based on its cultue,; threfore all activities are directed to support and to improve cultural tourism. Concern for downtown areas comes into this consideration. In Bali the PolaPempatan Agung (crossroads pattern) is a morphological type at the centre of a kingdom/puri, city or village/banjar (the Balinese smallest area or district). This tradionally implemented the ritual concept of Catus Patha. The pempatan Agung area of Tabanan exhibits this ritual concept of Catus Patha. The Pampatan Agung area of Tabanan exhibits this ritual orientation, but its sense of place is now gradually eroding.
Surabaya: Faculty of Civil Engineering and Planning, ITS,
729 JAE
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Sendratari
Abstrak :
Asumsi dasar dalam memulai studi ini diawali dengan adanya anggapan bahwa istri petani hanyalah sebagai orang kedua dalam urusan ekonomi rumahtangga, sedangkan suami diberi tempat sebagai pencari nafkah utama/pertama. Padahal kenyataan menunjukkan bahwa sumbangan istri petani dalam kegiatan nafkah dapat dilihat secara nyata dalam berbagai kegiatan yang menghasilkan uang. Nilai yang menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah utama pada kasus dimana sebenarnya istri yang menjadi orang pertama dalam ekonomi rumahtangga jelas merupakan pemutarbalikkan fakta. Untuk meluruskan anggapan/mitos tersebut maka penelitian ini dilakukan. Istri petani yang menampilkan sumbangan ekonomi rumahtangga dan dipilih dalam penelitian ini adalah perempuan saudagar yang ada di desa Candikuning, Tabanan, Bali. Pilihan terhadap perempuan saudagar didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka tergolong dalam kelompok wanita pedesaan yang masih luput dari perenoanaan pembangunan. Padahal mereka merupakan subyek penentu dalam menyalurkan produksi sayur yang ada di desa Candikuning. Secara budaya, mereka juga dikondisikan agar bertanggung jawab terhadap urusan rumahtangga. Tuntutan terhadap kegiatan ekonomi pasar dengan kegiatan rumahtangga jika tidak ditangani dengan baik akan dapat meniinbulkan konflik dalam diri perempuan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka menarik untuk diteliti strategi kebertahanan yang dilakukan oleh perempuan saudagar di desa Candikuning. Pertanyaan yang ingin dicari jawabannya adalah "mengapa perempuan saudagar di desa Candikuning memilih pekerjaan sebagai pedagang sayur dampai ke luar desa ?; bagaimana bentuk-bentuk strategi kebertahanan yang dilakukan dalam usaha berdagang dan kegiatan rumahtangga. ?; selanjutnya apakah dengan melakukan kegiatan berdagang akan nemberikan peningkatan otonomi bagi perempuan saudagar ?" Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan langkah- larigkah metodo logid yaitu menentukan informan secara purposive dan teknik snowball sampling. Pengumpulan data dengan ears observasi, wawancara mendalam serta penggunaan dokumen. Analisis data dilakukan sepnajang berlangsungnya penelitian dengan bertolak dari informasi empiris. Selanjutnya dibuat kategori-kategori yang dirangkai secara sistematis dan logis. Termuat dalam penelitian ini adalah, bahwa perempuan saudagar di desa Candikuning memilih pekerjaan: sebagai pedagang disebabkan beberapa hal, pertama faktor tradisi. Masuknya beberapa perempuan dalam ekonomi pasar yaitu perdagangan, bukan hal yang baru tetapi telah didahului oleh pengalu. Mereka telah ada sebelum masuknya Jepang yaitu sekitar tahun 1920an, dengan membawa barang dagangan ke pelabuhan Buleleng. Mereka yang menjadi pengalu tidak terbatas hanya laki laki tetapi perempuan juga turut serta. Tradisi bepergian ke luar desa dilanjutkan oleh perempuan saudagar. Di samping faktor tradisi, faktor ekonomi menjadi pendorong sehingga memilih bekerja sebagai saudagar. Kehidupan yang miskin dan pilihan yang terbatas membuat informan memanfaatkan potensi alam desa Candikuning untuk menentukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan ketrampilannya. Faktor lain yang tidak bisa diabaikan adalah dukungan nilai budaya. Ditinjau dari aspek budaya Bali Tidak ditemukan adanya batasan yang tegas tentang pekerjaan yang "pantas" dan "tidak pantas" dilakukan perempuan sehingga perempuan Bali uuiumrcya tidak mengalami kesulitan jika hendak memasuki peluang kerja yang ditempat lain bisa jadi merupakan pekerjaan laki-laki (seperti di Aceh, perempuan hampir tidak diberi kesempatan untuk turut serta dalam dunia perdagangan). Adapun bentuk-bentuk strategi kebertahanan yang dilakukan oleh informan dalam usaha berdagnag adalah berpegangan pada prinsip pasar yaitu mengadakan ikatan dengan tengkulak dan petani. Bentuk lainnya adalah melakukan kerjasama antar sesama saudagar agar usaha tetap dapat berjalan. Pengembangan modal dilakukan dengan cara arisan di pasar, merintis usaha lain seperti beternak babi. Di samping berpijak pada prinsip pasar (orientasi mencari laba) ditemukan pula strategi yang bersandar pada kekuatan supernatural yaitu dengan melakukan ritus-ritus perdagangan. Dalam strategi kebertahanan rumahtangga dilihat berdasarkan pola hubungan dengan suami, anak dan orang-orang di lingkungan desa. walaupun terdapat berbagai variasi tentang cara mempertahankan keharmonisan dengan suami namun semua informan mnengarah ke satu pandangan bahwa sebgai istri wajar memperhatikan kesenangan suami serta beradaptasi dengan profesi suami agar bisa berjalan seiring. Terhadap anak, strategi yang ditempuh adalah menyesuaikan dengan kebutuhan anak remaja dan dewasa namun tetap dalam kontrol ibu. Terhadap orang di lingkungan desa, strategi yang ditempuh dengan cara penyesuaian terhadap adat. Dalam urusan pekerjaan rumahtangga, ada ditemukan penolakan karana sudah merasa capek bekerja mencari uang seharian tetapi gejala umum bahwa perempuan larut dengan tanggung jawab sebagai pencari nafkah sekaligus melakukan pekerjaan rumahtangga. Dengan uang yang dimiliki dan kegiatan berdagang, perempuan saudagar bisa menentukan beberapa hal yaitu mengatur usaha, menarik maupun memberhentikan tengkulak dan buruh, mengatur keuangan rumahtangga, termasuk mempekerjakan suami. Hal ini mencerminkan bahwa perempuan saudagar memiliki kekuasaan yang bersifat ideologis, remuneratif dan punitif. Hanya raja dalam pola kekuasaan terhadap suami masih tampak bahwa perempuan dalam kondisi tersubordinasi. Temuan lain menunjukkan bahwa perempuan saudagar belum pernah mendapat pembinaan secara khusus tentang pengelolaan usaha berdagang. Padahal kenyataan menunjukkan masih banyak saudagar di desa Candikuning menghadapi masalah di sekitar Cara mengatasi persaingan, cara meningkatkan modal. Bahkan gangguan kesehatan masih mewarnai kehidupan perempuan saudagar.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Suardana
Abstrak :
Isu ketenagaan menjadi perhatian rumah sakit terutama menyangkut produktifitas dan efisiensi. Permasalahan yang menonjol pada manajemen sumber daya manusia kesehatan di Indonesia (Ilyas, 1999) adalah: stagnasi tenaga kesehatan, distribusi & keahlian yang tidak merata serta menurunnya produktifitas dan kualitas kerja. Dalam dunia manajemen keperawatan salah satu upaya yang digunakan untuk meningkatkan produktifitas kerja adalah dengan menggunakan metode penugasan yang tepat. Metode penugasan adalah suatu pendekatan yang digunakan perawat untuk mengorganisasikan pekerjaan sehingga pelayanan yang komprehensif, holistik dan berkesinambungan dapat tercapai. Metode penugasan yang saat ini banyak digunakan di Indonesia adalah metode penugasan tim, fungsional, atau metode penugasan tim yang dimodifikasi dengan fungsional. Sampai saat ini belum diketahui metode penugasan mana yang lebih produktif terkait dengan upaya meningkatkan pendapatan asli daerah sejalan dengan digiatkannya status otonomi daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat produktifitas kerja perawat yang menggunakan metode penugasan tim-fungsional dengan metode penugasan fungsional di Rumah Sakit Umum Daerah Gianyar dan Tabanan Bali. Desain penelitian adalah deskriptif analitik model cross sectional yang membandingkan tingkat produktifitas kedua kelompok. Metode yang digunakan adalah work study melalui pengamatan di unit rawat imp anak, kebidanan, bedah dan interna terhadap 102 responden pada penugasan tim-fungsional dan 108 responden pads penugasan fungsional. Jumlah total pengamatan pada setiap kelompok adalah sebanyak 1728 pengamatan. Sampel dipilih secara proporsional dengan metode acak sederhana. Besar sampel dihitung berdasarkan estimasi perbedaan antar populasi. Pengolahan dan analisa data menggunakan komputer program SPSS versi 10 yang menyajikan data tentang basil analisa univariat meliputi karakteristik responden, jumlah dan jenis kegiatan serta tingkat produktifitas perawat. Analisa bivariat menggunakan uji t yang menyajikan informasi tentang perbedaan tingkat produktifitas kerja kedua kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aritara kedua kelompok memiliki selisih jumlah kegiatan pengkajian sebesar 0,16 kegiatan, perumusan diagnosa keperawatan 0,266 kegiatan, penyusunan rencana keperawatan 0,23 kegiatan, implementasi 0,41 kegiatan, evaluasi 0,38 kegiatan, kegiatan keperawatan tak langsung 0,24 kegiatan, kegiatan non keperawatan 0,03 kegiatan, kegiatan non produktif yang diperkenankan 0,63 kegiatan dan kegiatan non produktif yang diperkenankan 0,66 kegiatan. Tingkat produktifitas kelompok fungsional adalah sebesar 56,27% dan kelompok tim-fungsional sebesar 67,92%. Hasil uji beds dua mean variabel yang bersifat independen menunjukkan bahwa perbedaan ditemukan pada perumusan diagnosa, penyusunan rencana keperawatan, evaluasi, kegiatan keperawatan tak langsung, kegiatan non produktif yang diperkenankan dan tingkat produktifitas kerja secara total. Lemahnya pengawasan melalui supervisi dan belum optimalnya kegiatan konferens keperawatan merupakan faktor yang diasumsikan sebagai penyebab belum optimalnya tingkat produktifitas. Ditemukan ada beberapa faktor yang berhubungan dengan produktifitas kerja seperti beban kerja, pendidikan dan usia responder. Penelitian tidak meneliti lebih jauh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas kerja. Direkomendasikan agar dilakukan supervisi, menggalakkan konferens dan mengintensipkan pelaksanaan proses keperawatan pada program pendidikan berkelanjutan. Disamping itu agar dilakukan penelitian lebih kompleks dengan desain quasi eksperimen dan melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan produktifitas kerja.
Comparative Study on Nursing Work Productivity of Team-Functional Nursing Care Delivery with Functional Nursing Care Delivery in General Hospital Region Tabanan and Gianyar BaliHuman resource issues at hospital has been long time concerned of hospital managers, especially their productivity and efficiency. According to Ilyas (1999), human resource management's main problems are the career development, mal distribution of man power and low productivity & quality of working life. Within nursing management, one solution to improve work productivity is to improve adequate nursing care delivery. Nursing care deliveries are approches that used to organize nurse's job so that it covers a comprehensive, holistic and continuous nursing care. The nursing care deliveries that have been used widely in Indonesia are team nursing, functional, or modified team-functional. There has been no research on which methode is more productive until now. Furthermore, this type of research is important in relation of to increase hospital revenues as part of local government income. The revenues issue is getting more important in decentralization in Indonesia. This study has objective to examine differences of nursing work productivity level of team-functional method in comparison to fuctional approach at Regional General Hospitals of Tabanan and Gianyar Province of Bali. The research design is cross sectional with a descriptive analytical approach in comparing the two methodes. In order to measure the work productivity, a work study was used, which were observing 102 nurses with team-functional methode at Regional General Hospital Gianyar and 108 nurses with functional methode at Regional General Hospital Tabanan. A total of 1728 observations was done in each group. Sampling of observation was selected using proportional random sampling. Total observations needed were calculated based on estimated difference between the two groups. Data management and analysis used computerized software SPSS program version 10, which present univariate ofrespondent characteristics, type and sum of activities of nurse productivity level. Bivariate analysis used t test which present information abaout differential productivity between two groups. The result of study showed that there are differences between the two groups in activities of 0,16 activity for assesment; formulating nursing diagnosis 0,266 activity; designing nursing care plan 0,24 activity; implementation 0,41 activity; evaluation 0, 38 activity; indirect care 0,24 activity; non nursing activities 0,03 activity; permissible non productive 0,03 and non permissible non productive 0,66 activity. Work productivity level of fuctional method is 56,27% and team-functional method is 67,92%. Two-tailed independent t test showed statistical differences (at p < 0,05) in formulating nursing diagnosis, designing nursing care plan, evaluation, indirect care, permissible non productive activity and total work productivity. From observation at both hospital the differences are related to weak supervision and non existence of periodic nursing conferences. This study also showed that work load, education and age of worker are significantly related to work productivity. It is recommended that hospital should improve supervision, establish periodic nursing conferences and further intensify nursing process in continnuing education program. For continnuing the study, it is recommended that a quasi experiment approach is used with more variables examined.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T7257
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library