Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Destriana Rusmaniar
Abstrak :
Skripsi ini berisi pembahasan tentang aspek-aspek moral yang membangun falsafah Tri Dharma Mangkunegara I (RM. Said) dilihat dari kisah-kisah perjuangan RM. Said. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek moral apa yang membangun butir-butir falsafah Tri Dharma. Dengan teori gaya hidup dan empat aktivitas sosial yang disebutkan dalam teori tersebut penulis mencoba menganalisis aspek-aspek moral yang ada dalam kisah-kisah perjuangan RM. Said. Hasil analisis menyatakan bahwa falsafah Tri Dharma dibangun oleh beberapa aspek moral dan relevansinya bahwa falsafah Tri Dharma masih dipakai oleh masyarakat khususnya masyarakat Mangkunegaran sebagai ajaran moril dalam kehidupan sehari-hari.
This undergraduate thesis will discuss about moral aspects which builds Mangkunegara I?s Tri Dharma ideology based on R.M. Said?s struggle history. This research will answer what kind of moral aspects which builds the points of Tri Dharma ideology. By applicating the lifestyle theory and four social activities which mentioned in the theory, the researcher analyzed moral aspects behind the struggle story of R.M. Said. The result says that the Tri Dharma ideology consists of several moral aspects and that it still relevant to be practised in the society especially Mangkunagaran? society as a daily moral guidance.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11657
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S6782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1992
899.231 SER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dias Novita Wuri
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S62
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kasiyah
Depok: Universitas Indonesia. Fakultas Ilmu Komputer, 2023
PGB-PDF
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Diminazen aseturat dilaporkan menghambat akyivitas balik enzim transkriptase melalui mekanisme aksi pengganjalan pada beberapa protozoa eukariyotparasitik seperti kerabat tripanosoma.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Lazuardi
Abstrak :
Diminazen aseturat dilaporkan menghambat aktivitas balik enzim transkriptase melalui mekanisme aksi pengganjalan pada beberapa protozoa eukariyot parasitik seperti kerabat Tripanosoma. Telah dicari farmakokinetik plasma darah diminazen pada lima kambing terinfeksi yang diberi pengobatan 7 mg.kg-l berat badan dosis tunggal intra muskular. Konsentrasi obal ditetapkan melalui Kromatograji Cair Kinerja Tinggi fase lerbalik. Hasil menunjukan rerata <± galas baku) Absorbs}, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi (ADME) berpola tri-eksponemial dengan Ka (menit'1) 5.1O2 ±26.1O\a (menif'), K!2 (menif1) dan K21 (menif1) 18.1O* ±J.10'2, 14.10'* ± 1.1O2 dan Lia3 ±LiaJ. Rerata harga fitments1) dan K13 (menit'') didapat 1.4.104 ±4. Iff* dan 3.10'* +2.W*. Rerata harga Tmtiks (menit) dan Kmaks (fig.mt1) didapat 53.71 ±30.61 and 13.40 ±8.13. Rerata harga Yds (L), Cl (ml.menif1), Tlfiffjam1) and Area di bawah kurva °-t~(fjg.L''.menit) didapat 4.91 ±3.12, 14.29 ±4.08, 94.91 ±33.23 dan 12.680 ±2.722. (MedJIndones 2006; 15:69-73).
Diminazene aceturate has been reported to inhibit the reverse transcriptase activity by intercalating action mechanism of a number of protozoan eucaryol parasitic like Trypanosoma species. The phamacokinetics of diminazene in the blood plasma of five infected goaty treated with single intramuscular doses of 7 mg diminazen base kg body weight was investigated. The concentrations of the drug were determined by reverse phase high performance liquid chromatogmphy. Results show tlmt the mean (± SD) Absorption, Distribution, Metabolism and Excretion (ADME) of the drug plasma followed a tri-exponential process with Ka (minutes' ) were obtained at 5.10'' +26.10''. a (minutes' ), K12 (minutes') and K21 (minutes') were obtained at 18. /0"'f ± 1.10'2, 14. Iff* ± 1. !0'2 and 1./0~'! ± 1.Iff3. The mean values of fi (minutes' 1} and Kl3 (minutes') were obtained at 1.4.W4±4. JO* and 3.10~~f ±2.10''. The mean values of Tmax(minutes) and Cmax (fjg.m!'1) were obtained at 53.71 ±30.61 and 13.40 ±8.13. The mean values of Yds (L), Cl (ml .minutes''), Tl/2ff hours') and ALKf^fas.L''.minutes) were obtained at 4.91 ±3.12, 14.29 ±4.08,94.91 ±33.23 and 12.680 ±2.722. (MedJIndones 2006; 15:69-73).
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-2-AprilJune2006-69
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Perpustakaan merupakan sarana yang penting dan sangat di butuhkan dalam mencapai tujuan perguruan tinggi sehingga perpustakaan perguruan tinggi merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari suatu perguruan tinggi dan di dalam melaksanakan kegiatannya harus mampu menunjang terlaksananya fungsi-fungsi perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran , penelitian ilmiah dan pengabdian pada masyarakat yang di kenal dengan TRI DHARMA perguruan tinggi...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jimmy Abdel Kadar
Abstrak :
Potensi TIK dapat mendorong peran strategis UKM sebagai penggerak ekonomi yang nyata, namun pemanfaatan TIK di UKM masih rendah khususnya di Tangerang Selatan yang menjadi basis objek penelitian. Tujuan penelitian untuk memetakan kelompok UKM berdasarkan tingkat kesiapan pemanfaatan TIK. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survei yang berbasis kuesioner, yang terdiri dari pernyataan-pernyataan untuk menilai tingkat kesiapan teknologi pada usaha kecil menengah (UKM) dengan persepsi kesiapan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). 250 kuesioner telah didistribusikan pada UKM sebagai responden dan yang kembali sebanyak 107. Setelah dilakukan uji reliabilitas, data primer ditabulasi dan dianalisa menggunakan SPSS dengan algoritma K-Means untuk klasifikasi kesiapan UKM. Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi pionir 19.62%, Skeptis 30.84%, penjelajah 20.56%, lamban 18.69% dan paranoid 10.28%. Tipe penjelajah merupakan tipe UKM yang paling siap dalam memanfaatkan TIK. Dengan demikian selanjutnya dipilih menjadi pilot study pengembangan TIK di UKM di kota Tangerang Selatan.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya, Perangkat, dan Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2017
607 JPPI 7:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Sudhana Astika
Abstrak :
ABSTRAK Kehidupan masyarakat Bali mewujudkan adanya suatu organisasi sosial yang mengikat anggota masyarakat dalam suatu bentuk keterikatan pada banjar dan desa adat. Sebagai bentuk suatu penataan kehidupan yang berdasarkan pada adat dan agama, organisasi sosial ini mengikat anggotanya dalam suatu ikatan pada aktivitas kegiatan adat dan agama, yang mewujudkan pola-pola hubungan dalam bentuk interaksi, integrasi, partisipasi dan orientasi yang kuat pada unsur-unsur pembentuknya. Banjar dan desa adat kemudian menjadi ciri yang khas dari kehidupan masyarakat Bali khususnya yang beragama Hindu, baik didesa atau dikota. Konsepsi Tri Hita Karana yang menjadi dasar dari pembentukan banjar dan desa adat, mengacu pada pelaksanaan adat dan tujuan dari kehidupan beragama bagi masyarakat Bali, dan merupakan ciri dari kehidupan masyarakat dalam kesatuan adat . Konsepsi ini memberi penekanan pada terwujudnya nilai dan azas keseimbangan dalam kehidupan, untuk mencapai tujuan agama, terciptanya kedamaian, dan tercapainya kesejahteraan hidup bagi umat manusia. Hakekat dasar dari konsepsi ini adalah kesadaran manusia untuk mewujudkan azas keseimbangan dalam kehidupannya, dengan wujud pola-pola hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan-nya, dengan alam lingkungannya dan dengan sesamanya. Tiga wujud pola hubungan yang disebut dengan Parhyangan, Palemahan, Pawongan; adalah manifestasi dari kehidupan dunia dengan segala isinya yang dibedakan antara Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit. Dengan berlandaskan pada tujuan kehidupan beragama, yaitu menyatunya Atman dengan Paramaatman, dalam suatu bentuk penciptaan hubungan yang serasi dengan nilai keseimbangan dari hubungan antar ketiga unsur tersebut pada kehidupan. Dengan menggunakan model pendekatan fungsional-struktural untuk menganalisa fungsi dari kebudayaan manusia dan fungsi sosial dari adat (Malinowski, 1944; dan Brown, 1922); maka organisasi banjar dan konsepsi Tri Hita Karana dilihat sebagai suatu reaksi budaya dari kebutuhan dasar manusia untuk menciptakan keseimbangan hubungan antara tiga unsur dasar kehidupan. Model pendekatan ini yang kemudian dikembangkan oleh Parson, 1937; dengan model teori tindakan sosial voluntaristik, dan Merton, 1968; dengan paradigma analisa fungsionalnya, memperkuat dugaan bahwa konsepsi Tri Hita Karana dan kehidupan banjar ada dalam suatu hubungan berfungsi. Adat dan kebiasaan berupacara dengan dasar agama yang diyakini, berfungsi untuk membentuk sistem sosial, yaitu banjar dan desa adat. Fungsi unsur-unsur normatif bagi terwujudnya keteraturan sosial dari landasan institutional yang dikemukakan oleh Scott, 1970; dan acuan normatif bagi terbentuknya integrasi sosial dari Landecker, 1962. Hal ini menunjuk pada model keterikatan dan orientasi pada kerabat dan adat yang ada pada pola pelaksanaan konsep Tri Hita Karana oleh anggota banjar seperti ditemukan oleh Geertz, 1959; Korn, 1960; Geertz & Geertz, 1976 dan Eisseman, 1990; walaupun dalam tulisan mereka tidak terungkap secara nyata tentang integrasi yang dimaksud. Pola keterikatan dan orientasi pada kerabat, adat dan wujud upacara persembahan (yadnya) yang dikembangkan, menunjukkan adanya pola interaksi dan integrasi masyarakat yang khas dengan berdasar pada acuan normatif dari konsepsi tadi. Model keterikatan dan orientasi ini mengembangkan kehidupan masyarakat sebagai anggota banjar untuk mewuudkan pola-pola hubungan yang serasi antara manusia dengan Tuhan, dengan alam lingkungannya dan dengan sesamanya. Dalam pelaksanaannya oleh masyarakat, konsepsi Tri Hita Karana diwujudkan dalam bentuk pola penataan pekarangan, perwujudan simbol-simbol fisik keagamaan, berpola tingkah laku berupacara dan berbagai penataan perilaku masyarakat untuk terciptanya keseimbangan dan keteraturan sosial. Pada kenyataannya, dalam kehidupan masyarakat sebagai anggota banjar dikota dimana heterogenitas masyarakat juga ikut berperan, maka berbagai aspek yang menentukan keberadaan banjar juga mempengaruhi pola pelaksanaan konsepsi tersebut. Temuan penelitian menunjukkan bahwa perbedaan status keanggotaan dalam banjar, perbedaan daerah asal, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan; menentukan pola tingkah laku masyarakat, pola-pola hubungan, interaksi dan integrasi sosial, dan partisipasinya pada kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan konsepsi Tri Hita Karana. Kesadaran manusia akan hakekat kehidupan, tentang adanya proses penciptaan, prinsip kebersamaan, dan hakekat perbuatan dalam hubungannya dengan waktu; mengarahkan manusia pada pola kehidupan yang berusaha untuk mewujudkan pemberian nilai dan pengembangan azas keseimbangan pada setiap aspek kehidupannya. Temuan tersebut belum pernah terungkap dari tulisan-tulisan sebelumnya, khususnya pada temuan tentang bagaimana masyarakat kota mewujudan pola pelaksanaan adat dan upacara agama serta penataan lingkungan kehidupannya dalam kerangka konsepsi tentang pemberian nilai dan makna keseimbangan hidup. Perwujudan nilai dan pengembangan azas keseimbangan bagi kehidupan manusia, yang berbentuk kesadaran akan hakekat kehidupan dengan melaksanakan persembahan yadnya dan upacara oleh masyarakat sebagai anggota banjar dikota, berbeda bentuknya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap status keanggotaan banjar yang berlaku ditempat tinggal mereka, yang dibedakan atas anggota banjar adat dan anggota banjar dinas. Disamping itu perbedaan perlakuan dan pelayanan pimpinan/petugas banjar, pembatasan dalam sejumlah hak dan kewajiban, serta wujud penataan lingkungan yang berbeda; menyebabkan adanya perbedaan bentuk pelaksanaan yadnya diantara sesama anggota banjar. Juga ditemukan perbedaan pola interaksi sosial, partisipasi, integrasi dan orientasi terhadap kerabat, pura, dan banjar sebagai bentuk fanatisme kelompok dilingkungan banjar dalam bentuk 'banjarisme', antara penduduk asli dari banjar dengan penduduk pendatang dari luar banjar. Kenyatan ini ditemukan pada kehidupan masyarakat sebagai anggota banjar dikota Denpasar.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>