Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angela Ayu Natalia
"Latar Belakang: Tingkat keberhasilan dan stabilitas jangka panjang dari perawatan menggunakan alat ortodontik cekat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti mekanisme biomekanik dan biologis yang mendasari pergerakan gigi ortodontik. Penelitian terdahulu menunjukkan adanya keterkaitan antara faktor keberhasilan perawatan ortodontik dan ekspresi gen, seperti gen TIMP-1 yang berperan dalam pergerakan gigi ortodontik. Tissue inhibitor of metalloproteinase (TIMP) merupakan kelas penghambat MMP (TIMP-1, -2, -3, dan -4) yang dapat menghambat hampir setiap MMP secara nonspesifik. MMP dan TIMP terlibat dalam pergantian fisiologis jaringan periodontal dan dianggap memainkan peran penting dalam pergerakan gigi ortodontik. Penelitian ini dilakukan untuk memvalidasi perbedaan ekspresi gen pada pengguna alat ortodontik cekat dibandingkan dengan kontrol. Tujuan: Menganalisis ekspresi gen pada pengguna alat ortodontik cekat dibandingkan dengan individu sehat yang tidak menggunakan alat ortodontik cekat. Metode: Sampel penelitian ini menggunakan sampel buccal swab pada pengguna alat ortodontik cekat, masing-masing 61 sampel untuk sampel buccal swab dari tiap pengguna alat ortodontik cekat serta 30 sampel kontrol dari individu sehat. Kemudian dilakukan ekstraksi RNA dan sintesis cDNA pada masing-masing sampel. Setelah itu, ekspresi gen TIMP-1 dan gen referensi GAPDH diuji menggunakan quantitative reverse-transcription PCR (RT-qPCR), Hasil: Tidak ada perbedaan ekspresi relatif gen TIMP-1 antara pengguna alat ortodontik cekat dan kontrol yang bermakna secara statistik (p≥0,05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan ekspresi gen TIMP-1 yang signifikan pada pengguna alat ortodontik cekat dibandingkan dengan individu sehat.

Background: The success rate and long-term stability of treatment using fixed orthodontic appliances can be influenced by several factors, such as the biomechanical and biological mechanisms that underlie orthodontic tooth movement. Previous studies have shown that there is a link between success factors for orthodontic treatment and gene expression, such as the TIMP-1 gene, which plays a role in orthodontic tooth movement. Tissue inhibitors of metalloproteinase (TIMP) are a class of MMP inhibitors that can inhibit almost every MMP nonspecifically. MMP and TIMP are involved in the physiological turnover of the periodontal tissues and are considered to play an important role in orthodontic tooth movement. This study was conducted to validate differences in gene expression in fixed orthodontic appliance patients compared to controls. Objective: To analyze gene expression in fixed orthodontic appliance patients compared to healthy individuals who do not use fixed orthodontic appliance. Methods: The sample of this study used buccal swab samples in patients who used certain materials for treatment in dentistry, namely fixed orthodontic appliances, 61 samples for each patient's buccal swab samples and 30 control samples from healthy individuals. Then, RNA extraction and cDNA synthesis is performed in each sample. Furthermore, the expression of the TIMP-1 gene and the GAPDH reference gene were tested using quantitative reverse-transcription PCR (RT-qPCR). Results: There was no statistically significant difference in the relative expression of the TIMP-1 gene between fixed orthodontic appliance patients and healthy patients (p≥0.05). Conclusion: There was no significant difference in TIMP-1 gene expression in patients with fixed orthodontic appliances compared to healthy patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Akmal
"Latar belakang: Asetaldehid menginduksi perkembangan fibrosis pada hati dengan mengaktifkan sel stelata hepatik. Alfa mangostin diketahui memiliki mekanisme anti fibrosis terhadap sel-sel stellata hati yang teraktivasi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai mekanisme kerja alpha mangostin terhadap model fibrosis in vitro pada sel stelata yang teraktivasi oleh asetaldehid ditinjau dari ekspresi mRNA TIMP-1 & TIMP-2.
Metode: Penelitian ini merupakan eksperimen in vitro pada galur sel stelata hepatic LX-2 yang dibagi menjadi 6 kelompok; normal, asetaldehid 100μM, asetaldehid 100μM + Sorafenib 10μM, asetaldehid 100μM + alpha-mangostin 10μM, asetaldehid 100μM + alpha mangostin 20μM, dan alpha-mangostin 10μM. Lalu RT-PCR dilakukan untuk menganalisa ekspresi mRNA TIMP-1 dan TIMP-2. Elektroforesis sebagai uji konfirmasi.
Hasil: Alfa-mangostin menurunkan ekspresi mRNA TIMP-1 dan TIMP-2 dalam sel stelata hepatik yang diinduksi oleh asetaldehid. Meskipun keduanya menunjukan penurunan, penurunan TIMP-1 secara statistik signifikan (p=0,006) tetapi untuk TIMP-2 tidak signifikan (p=0.109). Alfa-Mangostin yang diberikan pada sel stelata hepatik tanpa induksi asetaldehid tidak mempengaruhi ekpresi mRNA TIMP-1 & TIMP-2.
Kesimpulan: Alpha-Mangostin menurunkan ekspresi mRNA dari TIMP-1 pada sel stelata hepatic yang diberi asetaldehid namun tidak memperngaruhi ekspresi mRNA TIMP-2.

Background: Acetaldehyde induces the progression of liver fibrosis by activating the hepatic stellate cells. Alpha mangostin is known to have anti-fibrosis mechanism towards the activated hepatic stellate cells. This research aims to provide information on the mechanism of alpha mangostin towards fibrosis in vitro model of activated stellate cells by acetaldehyde based on TIMP-1 & TIMP-2 mRNA expression.
Method: This in vitro experiment was done on Hepatic Stellate Cells line LX-2 that were divided into 6 groups; normal, acetaldehyde 100 M, acetaldehyde 100 M + sorafenib 10 M, acetaldehyde 100 M + alpha-mangostin 10 M, acetaldehyde 100 M + alpha mangostin 20 M, and alpha-mangostin 10 M. Then RT-PCR was performed to analyze the mRNA expression of TIMP-1 and TIMP-2. Electrophoresis as confirmatory test.
Results: Alpha-mangostin decreases TIMP-1 and TIMP-2 mRNA expression in acetaldehyde induced hepatic stellate cells. Even though, both mRNA showed a decrease, the decrease in TIMP-1 was statistically significant (p=0.006) but for TIMP-2 was not significant (p =0.109). Alpha-Mangostin given to hepatic stellate cells without induction of acetaldehyde does not affect mRNA expression of TIMP-1 & TIMP-2.
Conclusion: Alpha Mangostin decreases the mRNA expression of TIMP-1 on acetaldehyde-induced hepatic stellate cells. But does not affect mRNA expression of TIMP-2.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
E.M. Yunir
"ABSTRAK
Luka kaki diabetik (LKD) merupakan komplikasi kronik diabetes yang meningkatkan mortalitas dan
morbiditas, serta menurunkan kualitas hidup. Komplikasi makro dan mikrovaskular/mikrosirkulasi
mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian LKD dan proses penyembuhannya. Kondisi
mikrosirkulasi dapat dinilai melalui pemeriksaan transcutaneous perfusion oxygen (TcPO2). Kondisi
mikrosirkulasi dipengaruhi oleh HbA1c, glukosa darah sewaktu, neuropati, fibrinogen, PAI-1,
hsCRP, indeks MMP-9, indeks TcPO2, dan indeks TcPCO2, yang akan memengaruhi terbentuknya
jaringan granulasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran HbA1c, GDS, neuropati, fibrinogen, PAI-1, hsCRP,
indeks MMP-9, terhadap indeks TcPO2, indeks TcPCO2, dan indeks granulasi, serta mengetahui
peran serta indeks TcPO2 dan indeks TcPCO2 terhadap indeks granulasi pada luka kaki diabetik.
Sebanyak 68 subjek LKD tanpa penyakit arteri perifer di RS dr. Cipto Mangukusumo dan beberapa
rumah sakit jejaring, pada Desember 2015?Desember 2016, diberikan perawatan standar dan
dipantau setiap minggu sebanyak 4 kali. Pada pemantauan ke-1, ke-2, dan ke-3, dilakukan
dokumentasi LKD, pengambilan darah vena sebanyak 7,7 mL untuk pemeriksaan fibrinogen, PAI-1,
hsCRP, MMP-9, dan TIMP-1, darah arteri sebanyak 2 mL untuk pemeriksaan analisis gas darah,
serta pemeriksaan TcPO2 dan TcPCO2 dengan menggunakan TCM TOSCA/CombiM monitoring
systems buatan Radiometer. Pada pemantauan ke-4, hanya dilakukan dokumentasi LKD.
Pengukuran luas luka dan jaringan granulasi dinilai berdasarkan hasil dokumentasi fotografi dengan
menggunakan program ImageJ. Penilaian neuropati menggunakan pemeriksaan interval RR dan
kecepatan hantar saraf. Data laboratorium lainnya diperoleh dari data sekunder rekam medis.
Kemudian dilakukan analisis data dengan menggunakan path analysis (analisis lajur) pada data
repetitif dan SPSS pada data nonrepetitif.
Berdasarkan analisis didapatkan hubungan antara peningkatan glukosa darah sewaktu, fibrinogen,
dan PAI-1 dengan penurunan indeks TcPO2. Didapatkan juga hubungan antara beratnya neuropati
motorik dan sensorik, peningkatan glukosa darah sewaktu, fibrinogen, PAI-1, dan hsCRP dengan
penurunan indeks granulasi. Tetapi, indeks granulasi tidak dipengaruhi oleh indeks TcPO2. Indeks
TcPCO2 tidak memiliki hubungan terhadap semua variabel tersebut, kecuali hsCRP dan indeks
TcPCO2 tidak memengaruhi indeks granulasi.
Indeks TcPO2 pada LKD dipengaruhi oleh kadar glukosa darah sewaktu, fibrinogen, dan PAI-1,
tetapi tidak memengaruhi tumbuhnya jaringan granulasi. Tumbuhnya jaringan granulasi dipengaruhi
oleh glukosa darah sewaktu, neuropati motorik dan sensorik, peningkatan kadar fibrinogen, PAI-1,
dan hsCRP. Selain itu, indeks TcPCO2 tidak memengaruhi indeks granulasi

ABSTRACT
Diabetic foot wounds/ulcer (DFU) is chronic complication of diabetes, which increases
mortality and morbidity, and lower quality of life. Macro and microvascular/microcirculation
complications has a great influence on DFU and healing process. Microcirculation condition can
be seen from transcutaneous perfusion oxygen (TcPO2). The growth of granulation tissue in the
healing process is determined by microcirculation condition, among others influenced by
HbA1c, random blood glucose, neuropathy, fibrinogen, PAI-1, hsCRP, MMP-9 index, TcPO2
index, and TcPCO2 index.
This study aimed to investigatethe role of HbA1c, random blood glucose, sensory, motoric, and
autonomy neuropathy, fibrinogen, PAI-1, hsCRP, MMP-9 index, TcPO2 index, TcPCO2 index,
and granulation index, as well as the relationship between TcPO2 index, TcPCO2 index and
granulation index in diabetic foot wounds.
As much as 68 subjects DFU without peripheral arterial disease, in Cipto Mangunkusumo
Referral National Hospital, on December 2015?December 2016, were given standard
managementof diabetic foot ulcer and monitored once a week for four times. In the 1st, 2nd, and
3rd monitoring, DFU was documented, then 7.7 mL of venous blood was taken for fibrinogen,
PAI-1, hsCRP, MMP-9, and TIMP-1 examination, also 2 mL arterial blood for blood gas
analysis, and then examination of TcPO2 and TcPCO2was performed using TCM4
TOSCA/CombiM monitoring systems made by Radiometer. In the 4th monitoring, only DFU
was documented. Wound and granulation size was measured through photographic
documentation using ImageJ program. Neuropathy was diagnosed based on RR interval and
nerve conduction velocity study. Other laboratory data were obtained from medical records. The
data were analysed by path analysis for repetititive data and SPSS for nonrepetitive data.
From analysis, there is a significant correlation between the increasing random blood glucose
(RBG), fibrinogen, and PAI-1 with the decreasing of TcPO2, also found a significant
relationship between the severity of sensory and motoric neuropathy, the increasing levels of
RBG, fibrinogen, PAI-1, and hsCRP with the decreasing of granulation index. But, TcPO2 index
does not influence granulation index. TcPCO2 index does not have significant correlation with
all these variables, except hsCRP. Moreover, TcPCO2 index also does not influence granulation
index.
TcPO2 index of DFU is affected by RBG, fibrinogen, PAI-1, but does not affect the growth of
granulation tissue. Granulation tissue?s growing is influenced by the sensory and motoric
neuropathy, increased levels of fibrinogen, PAI-1, and hsCRP. Furthermore, TcPCO2 index does
not influence granulation?s growth."
2016
D2218
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library