Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Maulana Sopian,author
Abstrak :
ABSTRACT
Tuberkulosis merupakan salah satu dari banyak penyakit dengan biaya kesehatan yang mahal baik untuk pasien maupun keluarga pasien. Tuberkulosis menyebabkan peningkatan biaya kesehatan, kehilangan pendapatan, dan kehilangan produktifitas bagi pasien untuk bekerja. Penelitian ini menggunakan analisis potong lintang untuk mengetahui perbandingan biaya kesehatan katastropik pasien TB tanpa resistensi obat dengan pasien TB dengan resistensi obat di Jakarta Timur. Dari 159 subjek, diperoleh 97 61 subjek TB tanpa resistensi obat dan 62 39 subjek TB dengan resistensi obat. Dari uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan yang bermakna.
ABSTRACT
Tuberculosis is one of many diseases with a costly health care either for patients or families in general. Tuberculosis causes an increase in health care costs, loss of income, and productivity losses for patients to work. This study used an cross sectional analysis to compare catastrophic health expenditures in TB patients without drug resistance and in TB patients with drug resistance in East Jakarta. From a total of 159 subjects, obtained 97 subjects 61 suspected TB without drug resistance and 62 subjects 39 suspected TB with drug resistance. In Mann Whitney test, there was a significantly different.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Helmi Suryani
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu tantangan dalam program TB resistan obat di Indonesia adalah meningkatnya trend putus berobat. Di tahun 2009, persentase pasien TB resistan obat yang mangkir adalah sebesar 10,5% dan terus mengalami peningkatan di tahun-tahun selanjutnya. Untuk tahun 2013, angka ini meningkat menjadi 28,7%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian putus berobat pada pasien TB resistan obat di Indonesia tahun 2014-2015. Desain penelitian adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data kasus TB resistan obat yang tercatat memulai pengobatan di tahun 2014-2015 dan tercatat di E-TB Manager. Statistik deskriptif, analisis survival dan multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel prediktor terhadap kejadian putus berobat pada kasus TB resistan obat. Dari 2.783 kasus, 30,18% (840) kasus putus berobat. Pada pengobatan < 60 hari, kejadian putus berobat pada pasien berusia 41-84 tahun adalah 1,938 (95%CI ,239-3,032) kali lebih cepat dibandingkan dengan kasus yang berumur 15-40 tahun dan pada pengobatan ≥ 60 hari, kejadian putus berobat pada usia 15-40 tahun adalah 1,938 (95%CI 1,239-3,030) kali lebih cepat dibandingkan dengan kasus yang berumur 41-84 tahun. Kejadian putus berobat pada kasus TB resistan obat yang kabupaten/kota tempat tinggal pasien sama dengan kabupaten/kota di mana fasyankes TB resistan obat berada adalah 1,672 (95%CI 1,357-2,062) kali lebih cepat dibandingkan dengan kasus yang berasal dari kabupaten/kota yang berbeda dengan kabupaten/kota di mana fasyankes TB resistan obat berada. Hubungan interaksi (rate-difference modification) antara tempat tinggal pasien dengan letak fasyankes rujukan TB resistan obat dan lama interupsi pengobatan dengan kejadian putus berobat pada kasus TB resistan obat pada pengobatan < 60 hari adalah positif sementara pada pengobatan ≥ 60 hari adalah negatif. Begitu pula hubungan interaksi antara lama interupsi pengobatan dan dukungan psikososial.
ABSTRACT
One of the challenges in drug resistant TB program in Indonesia is the increasing of loss to follow-up. In 2009, the percentage of loss to follow-up among drug resistant TB cases was 10.5% and continued to increase in subsequent years. For 2013, this figure increased to 28.7%. The purpose of this study was to determine the factors that influence of loss to follow-up among drug resistant TB cases in Indonesia 2014- 2015. Design of study was a retrospective cohort using drug resistant TB cases starting treatment in 2014-2015 and recorded in E-TB Managers. Descriptive statistics, survival and multivariate analysis were used to determine the effect of predictor variables on loss to follow-up among drug resistant TB cases. From 2,783 cases, 30.18% (840) cases was loss to follow-up. In < 60 days of treatment, loss to follow-up among patients aged 41-84 years was 1.938 (95% CI, 239-3.032) times faster than cases aged 15-40 years old and in ≥ 60 days of treatment, loss to follow-up among patients aged 15-40 years old is 1,938 (95% CI 1,239-3,030) times faster than cases aged 41-84 years old. The loss to follow-up among drug-resistant TB cases residing in the same districts with the location of referral hospital were 1.672 (95% CI 1.357-2.062) times faster than cases came from different districts with where referral hospital located. The interaction relationship (rate-difference modification) between the patient's residence versus location of referral hospital and duration of treatment interruption in <60 days of treatment was positive while in ≥ 60 days, interaction relationship was negative. Similarly, the interaction relationship between the duration of treatment interruption and psychosocial support.
2018
T50095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library