Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firli Rahman Hakim Fauzi
"Synaptula reticulata merupakan timun laut berdinding tubuh tipis dan memiliki warna kontras. Uji antifeedant ekstrak kasar Synaptula reticulata telah dilakukan pada tanggal 6-14 November di kedalaman 3-5 m Perairan Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel Synaptula reticulata berjumlah 171 individu dan dilarutkan dengan metanol. Persentase ekstrak kasar Synaptula reticulata yang didapat sebesar 8% dan memiliki konsentrasi fisiologis 40 mg/mL. Uji antifeedant dilakukan dengan membandingkan respon makan ikan karang terhadap pakan uji dan pakan kontrol. Pakan uji adalah ekstrak kasar Synaptula reticulata yang dicampur jelly dan pelet komersil.
Pakan kontrol adalah campuran jelly dan pelet komersil tanpa dicampurkan ekstrak kasar Synaptula reticulata. Jumlah pakan uji yang dimakan sebanyak 3%, sedangkan jumlah pakan kontrol yang dimakan sebanyak 63%. Hasil uji statistik Chi-kuadrat pada tingkat kepercayaan 99% menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kasar Synaptula reticulata berhubungan dengan respon makan ikan karang. Keeratan hubungan tersebut kuat, berdasarkan uji korelasi cremer (C = 0,63) terutama terhadap ikan karang family Pomacentridae dan Laberidae.

Synaptula reticulata is sea cucumber that has thin body wall with contrasting color. Antifeedant activity assay from crude extract of Synaptula reticulata was conducted on 6th--10th November 2018 in 3--5 m of depth Pramuka Island water, Kepulauan Seribu National Park, DKI Jakarta. 171 individual Synaptula reticulata were collected and extracted using methanol. Crude extract percentage of Synaptula reticulata was 8% with a physiologycal concentration of 40 mg/mL. Antifeedant assay was done by comparing between coral reef fish feeding response to artificial test food and control food. Test food ware constitute of crude extract of Synaptula reticulata, jelly and pellet.
Control food contained jelly and pellet only. The amount of test food eaten as much as 3%, while the amount of control food eaten as much as 63%. Chi-Square analysis with confidence level of 0,01 showed that crude extract of Synaptula reticulata was correlated with feeding response of reef fishes. Cramer correlation test showed that crude extract Synaptula reticulata strongly related with feeding response of the treatments on reef fishes, with correlation value of 0,6.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firli Rahman Hakim Fauzi
"Synaptula reticulata merupakan teripang dengan dinding tubuh yang tipis dan memiliki warna yang kontras. Uji antifeedant ekstrak kasar Synaptula reticulata dilakukan pada tanggal 6-14 November pada kedalaman 3-5 m di perairan Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel Synaptula reticulata berjumlah 171 individu dan dilarutkan dalam metanol. Persentase ekstrak kasar Synaptula reticulata yang diperoleh sebesar 8% dan memiliki konsentrasi fisiologis 40 mg/mL. Uji antifeedant dilakukan dengan membandingkan respon ikan karang terhadap pakan uji dan pakan kontrol. Pakan uji adalah ekstrak kasar Synaptula reticulata yang dicampur dengan jelly dan pellet komersial. Pakan kontrol adalah campuran jelly dan pellet komersial tanpa campuran ekstrak kasar Synaptula reticulata. Jumlah pakan uji yang dimakan adalah 3%, sedangkan jumlah pakan kontrol yang dimakan adalah 63%. Hasil uji statistik Chi-kuadrat pada tingkat kepercayaan 99% menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kasar Synaptula reticulata berhubungan dengan respon makan ikan karang. Hubungan tersebut kuat, berdasarkan uji korelasi Cremer (C = 0,63), terutama untuk ikan karang dari famili Pomacentridae dan Laberidae.

Synaptula reticulata is a sea cucumber with a thin body wall and has a contrasting color. Antifeedant test of Synaptula reticulata crude extract was carried out on November 6-14 at a depth of 3-5 m in the waters of Pramuka Island, Seribu Islands National Park, DKI Jakarta. Samples of Synaptula reticulata totaled 171 individuals and dissolved in methanol. The percentage of Synaptula reticulata crude extract obtained was 8% and had a physiological concentration of 40 mg/mL. Antifeedant test was carried out by comparing the response of reef fish to the test feed and control feed. The test feed was a crude extract of Synaptula reticulata mixed with commercial jelly and pellets. The control feed was a mixture of commercial jelly and pellets without a mixture of Synaptula reticulata crude extract. The amount of test feed eaten was 3%, while the amount of control feed eaten was 63%. The results of the Chi-squared statistical test at the 99% confidence level showed that the administration of Synaptula reticulata crude extract was associated with the feeding response of reef fish. The relationship was strong, based on the Cremer correlation test (C = 0.63), especially for reef fish from the Pomacentridae and Laberidae families."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Yulia Putri
"Synaptula reticulata merupakan timun laut dengan dinding tubuh tipis, berwarna terang, dan pergerakan yang lambat sehingga menggunakan senyawa metabolit sekunder sebagai pertahanan kimiawi terhadap predator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat aktivitas antifeedant dan tingkat toksisitas apakah sebagai weapon atau unpalatable agent. Synaptula reticulata sebanyak 330 individu diambil dari perairan Pulau Air dan diekstraksi menggunakan metanol. Ekstrak kasar yang dihasilkan memiliki persentase rendemen dan konsentrasi fisiologis berturut-turut sebesar 2,54% dan 19,1550 mg/mL. Pengujian ekstrak dilakukan dengan uji antifeedant, ikhtiotoksisitas, dan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) di laboratorium. Uji antifeedant dan ikhtiotoksisitas dilakukan menggunakan ikan Gymnocorymbus ternetzi. Pengujian antifeedant dilakukan dengan memberikan pelet kontrol dan pelet uji yang mengandung ekstrak kasar Synaptula reticulata dengan konsentrasi ekstrak masing-masing 0,25 mL; 0,5 mL; 0,75 mL; dan 1 mL dalam volume total 1 mL. Ekstrak tersebut memiliki aktivitas antifeedant dengan nilai ED50 sebesar 0,780 mL yang dikategorikan sebagai weakly unpalatable. Pengujian ikhtiotoksisitas dilakukan menggunakan 4 ekor ikan uji dan 1 ekor ikan kontrol dengan penambahan 0,5 mL ekstrak setiap 30 menit dalam rentang waktu 2 jam. Nilai Weighted Mean (WM) yang dihasilkan pada ekstrak sebesar 3,18 dan dikategorikan toksisitas tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan, klasifikasi mode antipredator dari ekstrak kasar Synaptula reticulata diklasifikasikan ke dalam kelas I, yaitu toksisitas tinggi dan weakly unpalatable. Brine Shrimp Lethality Test(BSLT) dilakukan menggunakan larva udang Artemia salina dengan konsentrasi ekstrak masing-masing, sebesar 100 ppm; 250 ppm; 500 ppm; 750 ppm; dan 1000 ppm sebagai uji pendahuluan. Hasil BSLT memiliki nilai LC50 sebesar 239,954 µg/mL dan dikategorikan toksisitas sedang.

Synaptula reticulata is a sea cucumber with a thin body wall, light color, and slow movement that uses secondary metabolite compounds as a chemical defense against predators. This study aims to determine the level of antifeedant activity and toxicity, whether as a weapon or an unpalatable agent. Synaptula reticulata, as many as 330 individuals were taken from the waters of Air Island and extracted using methanol. The crude extract produced has a percentage yield and physiological concentration of 2.54% and 19.1550 mg/mL, respectively. The extract was tested with antifeedant, ichthyotoxicity, and Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) in the laboratory. The antifeedant and ichthyotoxicity tests were conducted using Gymnocorymbus ternetzi fish. The antifeedant test was conducted by giving control pellets and test pellets containing Synaptula reticulata crude extract with extract concentrations of 0.25 mL; 0.5 mL; 0.75 mL; and 1 mL in a total volume of 1 mL, respectively. The extract has antifeedant activity with an ED50 value of 0.780 mL, categorized as weakly unpalatable. The ichthyotoxicity test was conducted using 4 test fish and one control fish by adding 0.5 mL of extract every 30 minutes for 2 hours. The Weighted Mean (WM) value produced in the extract was 3.18, categorized as high toxicity. Based on the observation, the antipredator mode classification of the crude extract of Synaptula reticulata is classified into class I, which is high toxicity and weakly unpalatable. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) was conducted using Artemia salina shrimp larvae with respective extract concentrations of 100 ppm; 250 ppm; 500 ppm; 750 ppm; and 1000 ppm as a preliminary test. BSLT results have an LC50 value of 239.954 µg/mL and are categorized as moderate toxicity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library