Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmat Sahputra
Abstrak :
Pengolahan Bijih BM-179 Eko remaja untuk memperoleh U308 yang dilakukan BATAN tidak effisien karena mengkonsumsi H2S04 125 kg/ton bijih pada tahap pelindian/leaching. Upaya pemanfaatan mineral sulfida dan logam potensial seperti Au, Cu, Ni, Co, Mo dan Fe dalam bijih BM-179 yang mampu memberikan nilai tambah untuk mendukung pengol&han uranium, belum banyak diinformasikan. Tujuan dari penelitian ini adalah upaya pemanfaatan mineral sulfida dalam bijih uranium herkadar rendah guna menghasilkan H2S04 melalui proses kontak yang bermanfaat untuk proses pengolahan bijih uranium pada tahap leaching, serta untuk mengetahui potensi adanya kandungan emas, tembaga, nikel, kobal, molibdenum dan besi dalam bijih uranium BM-179 Eko Remaja Kalan-Kalbar.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T40324
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminah
Abstrak :
Pengolahan bijih sulfida diperlukan untuk menghasllkan mineral-mineral sutfida yang akan digunakan sebagal bahan baku proses lanjutan untuk menghasilkan logam-logam timbal, tembaga, dan seng. Teknik pengolahan yang digunakan adalah dengan cara flotasi, yang telah luas digunakan di dalam Industri pengolahan mineral. Flotasi dilakukan terhadap mineral tembaga dan seng sutfida dari bijihnya. Anailisis mineralogi dilakukan untuk mengetahui jenis mineral utama yang terdapat di dalam bijih sulfida. Analisis ayak dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butiran yang ada di dalam bijih, setelah direduksi ukurannya. Dart hasil anailsis ayak dan analisis kimia secara kuantitatif didapatkan kadar kumulatif unsur logam tembaga dan seng , mewakili mineral tembaga dan seng sulfida yang terdapat dl dalam bijih. Analisis derajat liberasi juga dilakukan untuk mengetahul persen liberasi mineral tembaga dan seng sulfida, pada beberapa selang ukuran butiran bijih sulfida. Pengaruh pH, jenis dan konsentrasi kolektor terhadap perolehan mineral tembaga clan seng sutfida pada proses flotasi diamati dengan mengukur distribusi tiap mineral 109am sutfida yang ada dl dalam konsentrat dan tailing dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom. Perolehan terbaik didapatkan pada saat pH campuran 9 dengan menggunakan konsentrasi kolektor Aero 3477 (dilsobutil dltlofosfat) 0,0550 g/kg bijih, menghasilkan perolehan tembaga sulfida sebesar 75,76% dan seng sutfida sebesar 82,68%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Ramadianti Fitria
Abstrak :
Halitosis merupakan bau mulut yang sebagian besar sumbernya berasal dari rongga mulut. Volatile Sulfur Compound(VSC) merupakan penyebab halitosis dan produksinya berhubungan dengan aktifitas periodontobacteria termasuk Tannerella forsythia. Periodontitis dan diabetes memiliki hubungan dua arah. Diabetes adalah faktor predisposisi periodontitis. Tujuan pemelitian ini adalah menetapkan hubungan antara kadar metil merkaptan (CH3SH) dan hidrogen sulfida (H2S) dengan proporsi T. forsythia pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa dan dengan diabetes mellitus.Metode yang digunakan adalah subjek periodontitis (n=20) dikelompokkan berdasarkan kadar glukosa darah : periodontitis dan normoglikemik, n = 8; periodontitis dan DM, n = 8, kontrol sehat, n = 4. Diagnosis periodontitis didasarkan pada parameter klinik. Pengambilan sampel mikrobiologis dari cairan krevikular gingiva dan tongue coating. Kadar CH3SH dan H2S ditetapkan dengan menggunakan Oral Chroma™. Proporsi T. forsythia dianalisis menggunakanmetoda quantitative real time-PCR (qPCR). Data dianalisis dengan uji Mann Whitney dan Spearman. Hasilnya terdapat perbedaan bermakna kadar H2S pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa dan dengan diabetes melitus, namun tidak terdapat perbedaan kadar CH3SH dan T. forsythia pada pasien periodontitis disertai halitosis dengan dan tanpa diabetes melitus. Terdapat korelasi positif kadar H2S dengan proporsi T. forsythia pada permukaan tongue coating pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa diabetes melitus, tetapi tidak terdapat korelasi kadar CH3SH pada permukaan tongue coating pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa dan dengan diabetes melitus. Pada cairan krevikular gingiva, tidak terdapat korelasi antara CH3SH dan H2S dengan proporsi T.forsythia pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa dan dengan diabetes melitus. Kesimpulan yang didapat pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa diabetes melitus terdapat korelasi positif sangat kuat antara kadar H2S dengan proporsi T. forsythia pada permukaan tongue coating dan pada pasien periodontitis dengan halitosis dan diabetes melitus tidak terdapat korelasi kadar CH3SH dan H2S dengan proporsi T. forsythia pada permukaan tongue coating. Pada cairan krevikular gingiva, tidak terdapat korelasi antara CH3SH dan H2S dengan proporsi T.forsythia pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa dan dengan diabetes melitus. ...... Halitosis is bad breath which is mostly sourced from the oral cavity. Volatile Sulfur Compound (VSC) is a cause of halitosis and its production is related to the activity of periodontobacteria including Tannerella forsythia. Periodontitis and diabetes have a two-way relationship. Diabetes is a predisposing factor for periodontitis. The aim of this study was to determine the relationship between methyl mercaptan (CH3SH) and hydrogen sulfide (H2S) with the proportion of T. forsythia in periodontitis patients with halitosis without and with diabetes mellitus. The methods used Periodontitis subjects (n = 20) were grouped based on blood levels: periodontitis and normoglycemic, n = 8; periodontitis and DM, n = 8, healthy controls, n = 4. The diagnosis of periodontitis is based on clinical parameters. Microbiological sampling of gingival crevicular fluid and tongue coating. CH3SH and H2S levels are determined using Oral Chroma ™. The proportion of T. forsythia was analyzed using quantitative real time-PCR (qPCR) methods. Data were analyzed by Mann Whitney and Spearman test. There were differences of H2S in periodontitis patients with halitosis without and with diabetes mellitus, but there were no differences in the levels of CH3SH and T. forsythia in periodontitis halitosis patients with and without diabetes mellitus. Positive correlation of H2S by comparison of T. forsythia on the tongue coating in periodontitis patients with diabetes mellitus, but it is not related to CH3SH on the tongue coating in periodontitis patients with halitosis without and with diabetes mellitus. In gingival crevicular fluid, showed no correlation between CH3SH and H2S with the proportion of T.forsythia in periodontitis patients with halitosis without and with diabetes mellitus. The conclusion of this study is in periodontitis patients with halitosis without diabetes mellitus showed a very strong positive correlation between H2S with the proportion of T. forsythia on the tongue coating. There was no correlation between CH3SH and H2S with proportion of T. forsythia on the tongue coating in periodontitis patients with halitosis and diabetes mellitus. In gingival crevicular fluid, there was no correlation between CH3SH and H2S with the proportion of T.forsythiain periodontitis patients with halitosis without and with diabetes mellitus.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Eksplotasi budidaya ikan dengan keramba jaring apung sejak tahun 1997 telah menyebabkan buruknya kualitas air di Danau Maninjau dengan meningkatnya akumulasi kandungan material organik di dasar danau. Akumulasi senyawa organik karbon akibat sisa pakan aktivitas KJA di Danau Maninjau telah meningkatkan produksi sulfida hasil dari aktivitas bakteri pereduksi sulfat di lapisan hipolimion.
577 LIMNO 19:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Mutia Sari
Abstrak :
The Optical Properties of Cadmium Sulfide Thin Films Prepared by co-evaporation Deposition Methods of CdS and Sulfur. Cadmium Sulfide Thin Films have been deposited by thermal co-evaporation methods of CdS + S. The films were prepared on glass substrate and were varied by changing these deposition rates into 4-16 AIs. The thickness of the films and the real part of refractive indexes have been determined based on interference method using maximum and minimum of reflectance spectrum. The optical parameters a of these films have been determined by reflectance and transmittance spectrum using Hishikawa formulation of T/(1-R). The real part of refractive index and optical parameter a reduce with the higher deposition rate for transparency region - (E<2.6 eV). The optical gap almost did not show a certain tendency by deposition rate variation. The complex dielectric functions of these films reflect the real part of refractive indexes and extinction coefficients.
Lapisan tipis CdS telah dideposisi dengan metode co-evaporasi termal CdS+S. Lapisan tipis dideposisi di atas substrat kaca dan divariasi laju deposisinya 4 -16 AIs. Ketebalan dan indeks bias lapisan tipis ditentukan berdasarkan prinsip interferensi dengan menggunakan maksimum dan minimum spektrum reflektansi. Parameter optis a lapisan tipis ditentukan dari spektrum reflektansi dan transmitansi dengan menggunakan formulasi Hishikawa T/(1-R). Indeks bias rill dan parameter optis a berkurang dengan meningkatnya laju deposisi di daerah transparan (E < 2.6 eV). Gap optis tidak menunjukkan kecenderungan tertentu dengan variasi laju deposisi. Fungsi dielektrik kompleks lapisan tipis CdS mewakili indeks bias riil dan koefisien ekstinksi.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T8160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiana
Abstrak :
Latar belakang: Pitiriasis versikolor (PV) merupakan infeksi jamur superfisial kronik dengan prevalensi tinggi. Belum ada data yang membandingkan sampo SeS2 1,8% dengan ketokonazol 2% pada terapi PV. Tujuan: Mengetahui efikasi mikologis, keamanan, kekambuhan, dan efikasi biaya antara sampo selenium sulfida 1,8% dibandingkan dengan ketokonazol 2% pada PV. Metode: Uji klinis acak tersamar ganda terhadap pasien PV bulan September hingga Desember 2018, dengan terapi sampo SeS2 1,8% atau ketokonazol 2% sesuai dengan alokasi random. Dilakukan pemeriksaan fisik, uji provokasi skuama, lampu Wood, dan kalium hidroksida. Efikasi mikologis dianalisis dengan intention to treat dan kekambuhan dengan analisis per-protokol. Efikasi biaya dengan menghitung Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER). Hasil: Efikasi mikologis lebih tinggi pada ketokonazol 2%, yaitu sebesar 94% vs 86%, tetapi tidak berbeda secara statistik (RR=2,3(95%IK0,6-8,5), p=0,182). Efek samping pada ketokonazol 2% lebih tinggi, yaitu 22% vs 8%. SeS2 1,8% lebih murah 14.880 rupiah, dengan risiko KOH masih positif sebesar 8% lebih tinggi dibanding ketokonazol 2%. Kekambuhan sebulan didapatkan lebih besar pada SeS2 1,8%, yaitu sebesar 8% vs 14%. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan efikasi mikologis, efek samping, dan kekambuhan sebulan, antara SeS2 1,8% dengan ketokonazol 2%. Penggunaan SeS2 1,8% pada terapi PV lebih murah dengan risiko gagal terapi lebih tinggi dibandingkan ketokonazol 2%. ......Background: Pityriasis versicolor (PV) is a chronic superficial fungal infection which highly prevalent. There is no data comparing SeS2 1.8% with 2% ketoconazole shampoo in the treatment of PV. Objective: To assess the mycological efficacy, safety, relaps, and cost-efficacy of SeS2 1.8% and ketoconazole 2% shampoo for the treatment of PV. Methods: A double blind randomized controled trial was performed in patients with PV during September-December 2018, based on block randomization. Physical examinations, scale provocation test, Woods lamp and potassium hydroxide examination were conducted. Intention to treat analysis was performed to evaluated mycological efficacy and per-protocol analysis to evaluated relaps. Cost-efficacy was analyzed by calculating the Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER). Result: The mycological efficacy, side effect and relaps were higher in the ketoconazole group; 94% vs 86% (RR=2.3(95%CI 0.6-8.5), p= 0.182), 22% versus 8%, and 14% versus 8%. We found lesser cost for SeS2 1.8% of about 14.880 rupiah with risk of persistent positive KOH smear is 8% higher than ketoconazole. Conclusion: There were no significant differences of mycological efficacy, side effect, and relaps, between both arms. The cost-efficacy revealed a lesser cost for SeS2 1.8% with higher risk of persistent positive KOH as compared to ketoconazole.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Mincrcilisasi .sziifida ycmg rc:-sebcii' sccum lmlxis pads: bijih eincis Minc:/:asa dapfil ineizyebabkan kadar perolehun (recoverjv) partike! emas nieiymli rendah jiku bi/‘in langszing dicksrraksi dengan lcirznun siunidu. Old: kcirena ini, sebehnn sianidasi inaka perlu dilakulmn pre-Ireainzeni processing berupa pemnnggangcm (roast ing) nnluk nzenzbentiik nmlriks mineral yang beipori dan niernisahkun pnrlike/ emas duri mineral pengoiornyu. Hal ini nremzingkinkun siunidu dapcii melarzirkan seccira seleknf seiiap prirlikel emus yang lerkcnnlung dcilam mineraf snffida iensebul. Konilisi uknial di Iupungun memmjnkkan bahwa banyaknyu pammeler inueraxi CFB Ruuxring Plant yung hurux dikunlrm' secure: optimal dan .veimbung .wesuui dengun .vlundur qperuxinya nrztul: rneningkxnkun ejixienxi dun cg/éklyitus pmdu/:si caicine Ierkadang memungkinkun lerjadinya perbedaan pemahumun anim- operalor dulanz pengoperusiunnyu sehingga dirasakan kineiju roasler kurang oprimai. Salah .varu indikusinya adalah rendahnya luju _neriguinpanan ore ke dalam rooster' (I 05-H19 mnnes per hour) dari de_s-ain malariinum yang diirinkan (120 girly.

l /nruk nzengoptimusikan lqiu pengzmlpancm roasrer hingga mcncapai desain :na/nsinzumnya sccara nyaia di /apangan, di/akukcm .main simulasi p/‘oses unruk meraniuikan dan menganfiliscr secara q/élciif qfck keijc: yang akan lerjczdi. /Inalisa slaiistik dengan metode iinze series dan regresi dquergzmakan unruk inenggrnnbarkan kondisi operfisioncil roasler yang inenglzasi/kcm nzodel persaincian inafematika.

Hurgu parameier sfuiisfiik R-.squared uniuk model muremrniku regresi bergandu yang dihusi/kan udrilri/1 sebesar 0,63 yang berarii balzwn 63 % bervariasinya selpuinl IQ/`u pengumpunan rauster mampu dijeluskun ole/1 variasi dam independent variablex-nya. Parameter ruczsler _vang periu diperiimhimgknn dulam meneritnlmri lagu perzgumpununnyu /nn-Izmir - iurui duri yung Ierknu! uduluh Op ¢#gus, C() qfjlgux, primary air flow, di/_kreriliul prexxnre dan kicroxene _/hr primary air healer. Sedangkan roasler lop lenqzeralure dun coal tonnage liduk .wigni/ikun mempengaruhi sefpoint luju pengumpurum roaxler. Berdun-urkan unulisa .i'rrni_s'tik regresi yang dilalcukun dcrpat direkomendasikan balzwa Iaju pengumpanan roasrer' daianz ]1cr1gopci'usianr9/cr Iayuk untuk dirclapkan scsuui dengan desain nzalcsimurmzycz yaitu .ve/Jesar 120 lpn naman lzmus ieiap irzeinper/zari/mn batasun uperasi kriris dan kcmcmqnurm uni! opcrasi penurgicnzgnyci.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofi Sari Azima
Abstrak :
ABSTRAK
Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas penyumbang bau yang sangat menyengat dari proses bakteri timbunan sampah di TPA Cipeucang. Apabila konsentrasi gas H2S tersebut melebihi baku mutu dan terhirup oleh anak-anak maka akan berdampak langsung pada kesehatan anak-anak yang bermukim di Pemukiman TPA Cipeucang. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko kesehatan anak-anak akibat pajanan gas H2S. Untuk mengestimasi risiko kesehatan akibat pajanan inhalasi H2S, dilakukan analisis risiko kesehatan lingkungan pada anak-anak yang bermukim di pemukiman TPA Cipeucang. Konsentrasi H2S dianalisis menggunakan alat pompa hisap dan spektrofotometer air sampler (HVS). Sementara itu, sebanyak 69 responden diobservasi untuk dilakukan estimasi mengenai tingkat risiko kesehatan akibat pajanan H2S. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata H2S di pemukiman TPA Cipeucang telah melebihi baku mutu yaitu 0,024 ppm (baku mutu: 0,02 ppm). Nilai rata-rata CDI H2S pada anak-anak adalah 0,0025 mg/kg/hari. Nilai RQ pada anak-anak diatas >1 yaitu 1,28. Sementara gejala kesehatan pada beberapa responden menunjukan adanya gejala kelebihan asupan H2S, meskipun belum diketahui apakah gejala tersebut hanya disebabkan oleh H2S atau oleh risk agent lain. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pajanan H2S pada anak-anak berisiko terhadap kesehatan karena RQ>1.
ABSTRACT
Hydrogen sulfide (H2S) is a gas contributor dreadful stench from the landfill waste in the landfill bacteria Cipeucang. If the H2S gas concentrations exceed the quality standards and be inhaled by children will have a direct impact on the health of children who live in the landfill Cipeucang. This study aims to estimate the risk to children's health due to exposure to H2S gas. To estimate the health risks from inhalation exposure to H2S, an analysis of environmental health risks to children living in enclaves Cipeucang landfill. H2S concentrations were analyzed using a suction pump and spectrophotometer air samplers (HVS). Meanwhile, as many as 69 respondents were observed to estimate the level of health risks from exposure to H2S. Laboratory test results showed that the average concentration of H2S in the settlement TPA Cipeucang quality standard that has exceeded 0,024 ppm (quality standard: 0,02 ppm). The average value of H2S CDI in children is 0,0025 mg/kg/day. RQ value in children over> 1 is 1.28. While health symptoms at some respondents showed any symptoms of excess intake of H2S, although it is not yet known whether the symptoms are only caused by H2S or by another agent risk. Based on these results, we can conclude that exposure to H2S at-risk children to health because RQ> 1.
2016
S65337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Urip Riyadi
Abstrak :
ABSTRAK
Kandungan biogas tidak hanya CH4 tetapi juga mengandung CO2, H2O, dan H2S yang merupakan pengotor. Salah satu pengotor yang paling umum adalah hidrogen sulfida. Meskipun secara komposisi jumlahnya relatif tidak dominan, keberadaan hidrogen sulfida dapat memicu korosi. Oleh karena itu, diperlukan pengurangan kadar hidrogen sulfida dari biogas yang dihasilkan agar nilai kalornya meningkat, tingkat korosi menurun, dan selanjutnya dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik media steel wool serta mengetahui efisiensi media mengurangi kadar H2S dalam biogas hasil pengolahan Anaerobic Digestion. Penelitian dilakukan secara adsorpsi kimiawi menggunakan steel wool pada kolom PVC berukuran diameter 2 rdquo; 6 cm . Analisis gas H2S dilakukan menggunakan metode SNI 19-7117.7-2005. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa media steel wool yang digunakan mengandung unsur aktif berupa Fe dan Zn dengan jumlah total mencapai 97,5 massa dan efisiensi penghilangan H2S hingga 100 rata-rata 95 pada ketinggian kolom 100 cm, serta hingga 100 pula rata-rata 97 pada laju aliran 0,1 L/menit.
ABSTRACT
The biogas content is not only CH4 but also contains CO2, H2O, and H2S which are impurities. One of the most common impurities is hydrogen sulphide. Although the amount is relatively non dominant, the presence of hydrogen sulphide can trigger corrosion. Therefore, it is necessary to reduce the hydrogen sulphide content of the biogas produced so that the calorific value increases, the corrosion rate decreases, and furthermore can be utilized better. The purpose of this research is to identify characteristic of steel wool media and to know efficiency of media to reduce H2S level in biogas result of Anaerobic Digestion processing. The research was carried out by chemical adsorption using steel wool on PVC column of 2 6 cm diameter. H2S gas analysis is done using SNI 19 7117.7 2005 method. The result of the research shows that the steel wool media used contains the active elements of Fe and Zn with total amount reaching 97.5 mass and H2S removal efficiency up to 100 95 average at 100 cm column altitude, and also up to 100 97 average at flowrate 0,1 L minute.
2017
S69300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Danny Aldiyansyah
Abstrak :
Industri pegolahan bijih pertambangan merupakan salah satu industry yang paling tidak ramah lingkungan, hal tersebut dikarenakan penggunaan reagen-reagen berbahaya dalam prosesnya seperti sianida dan merkuri. Seiring dengan berjalanya waktu dilakukan berbagai penelitian untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah penggunaan larutan chloride-hypochlorite. Larutan tersebut dapat digunakan dalam proses pengolahan bijih karena mampu melarutkan emas sampai kondisi ekonomis, tetapi tetap ramah terhadap lingungan. Pada penelitian kali ini, dilakukan pengujian untuk mendapatkan titik ndash; titik optimum dari beberapa aspek yang mempengaruhi proses pelindiannya; antara volume NaOCl, dan waktu pelindian. Penelitian ini menggunakan bijih hasil pertambangan dari daerah Bolaang Mongondow, Indonesia yang sudah dikarakterisasi menggunakan OM, LIBS, XRF dan ICP dengan kadar emas sebesar 0.27 ppm sebagai sampel. Bijih emas diproses dengan metode pelindian emas menggunakan temperature dan agitasi dalam skala lab. Sehingga, didapatkan kadar emas yang ada pada larutan tersebut dari hasil karakterisasi menggunakan ICP. Kemudian diperolehlah persentase emas yang terlarut pada setiap variabelnya. Hasil yang didapat menunjukan bahwa volume NaOCl, dan waktu pelindian akan meningkatkan tren dari presentase emas terlarut.
Gold ore processing industry is one of the least environmentally friendly industry, due to the use of hazardous reagents in the process, such as cyanide and mercury. As the time goes, various studies have been conducted to overcome the problem. One of the study being developed is the use of chloride hypochlorite for gold leaching. The solution can be used in ore processing because its capability of dissolving gold economically, but still environmentally friendly. In this research, experiments are performed to obtain optimum points from volume of NaOCl and leaching time. This research uses ores from mining site at Boolang Mongondow, Indonesia, which have been characterized using OM, XRF, LIBS and ICP with initial gold content equal to 0.27 ppm. Gold ore is processed by agitation leaching method with temperature on a lab scale. The gold content of the solution from leaching process is obtained using ICP. Thus, the percentage of gold leached in each variables are obtained. The result shows that the increase volume of NaOCl, and leaching time will increase the trend of dissolved gold percentage.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>