Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989
307.728 SUK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Azkia Rostiani Rahman
Abstrak :
Nama sebagai bagian dari bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab nama merupakan identitas penanda seseorang baik sebagai identitas personal, sosial, maupun identitas budaya. Berdasarkan penelitian Kuipers (2017) nama diri orang Jawa mengalami perubahan dari nama Jawa menjadi nama Arab. Perubahan yang sama juga terjadi di suku Betawi di mana nama orang Betawi cenderung berubah menjadi nama Arab (Pahlevi: 2018). Fenomena perubahan nama diri tersebut pada nama yang mengandung unsur lokal tidak hanya terjadi di suku Jawa dan Betawi, tetapi hal itu diduga dapat terjadi juga di suku Sasak. Hal inilah yang menjadi landasan utama penelitian ini yaitu untuk menunjukkan apakah ada perubahan nama diri orang Sasak dan bagaimana ia mengalami perubahan.

 Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif (Creswell, 2012) dengan menggunakan teori antroponimi, etimologi, dan teori presuppositional meanings (makna praanggapan) dari Nyström sebagai pisau analisis. Penelitian ini bertempat di pulau Lombok di 5 kabupaten/kota dengan 24 titik penelitian yang berbasis kecamatan. Sumber data berupa data tertulis sebagai data utama dan data lisan sebagai data pendukung. Data tertulis berupa KK (Kartu Keluarga) dan data lisan berupa wawancara ke masyarakat, belian (dukun beranak), budayawan, dan sejarawan Lombok. Penelitian ini menunjukkan bahwa nama diri orang Sasak mengalami perubahan. Berdasarkan jumlah katanya, nama diri orang Sasak mengalami perubahan dari nama yang pendek menjadi nama yang cenderung panjang. Berdasarkan asal bahasanya, nama diri yang paling banyak ditemukan adalah nama diri yang berasal dari Bahasa Arab kemudian diikuti dengan bahasa Jawa. Hal ini menunjukkan adanya warisan ekspansi dari wali songo dan kerajaan Majapahit. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa terjadinya perubahan nama disebabkan asosiasi masyarakat bahwa nama-nama dahulu cenderung kurang modern, sementara nama sekarang dianggap lebih modern. Nama asli Sasak pada umumnya ditemukan pada generasi Kakek/Nenek. Pada generasi Ayah/Ibu hanya ditemukan 1 nama diri yang berasal dari bahasa Sasak, sementara pada generasi Anak tidak ada nama diri yang berasal dari bahasa Sasak. Untuk mempertahankan identitas lokal yang tercermin dalam nama diri kiranya perlu ada revitalisasi penggunaan nama Sasak sebagai penanda jati diri bangsa. ......Name as a part of language is very important in human life, because name can reveal the identity of a person both personal identity, social, and cultural identity. Names that use elements of native languages can reflect the socio-cultural identity of a society. Based on Kuiper's research (2017) the Javanese personal name changes from a Javanese name to an Arabic name. The same changes also occur in Betawi tribe where the name of Betawi people tends to turn into Arabic names (Pahlevi: 2018). The phenomenon of personal name change in names containing local elements does not only occur in Javanese and Betawi tribes, but also allegedly occurred in Sasak tribe. This is the main reason for this research, to show whether there is a change in the name of Sasak people and how they have changed. The research method used is a qualitative method (Creswell, 2012) by using anthroponomy theory, etymology, and the presuppositional meaning theory of Nyström as an analysis. This research took place on the island of Lombok in 5 districts/cities with 24 sub-district-based research points. The source of data is in the form of written data as main data and oral data as supporting data. Written data in the form of KK (Family Card) and oral data in the form of interviews with the community, cultural observers and Lombok historians. This research shows that there is a change in Sasak people's personal name. Based on the number of words, the Sasak people's personal names experienced a change from short names to long-term names. Based on the origin of the language, the personal names that is most commonly found is the name that derived from Arabic language. then followed by Javanese. This shows the inheritance of expansion of the Wali Songo and Majapahit kingdom. In addition, this study also shows that the occurrence of name changes was caused by community associations that the previous names tended to be less modern, while the present name was considered to be more modern. The Sasak name is generally found in the generation of Grandparents. In the generation of Father/Mother only found 1 personal name derived from Sasak language, while in the generation of Children or present generation there is no self-name that comes from the Sasak language. To maintain a local identity reflected in its own name, it is necessary to revitalize the use of the Sasak name as a sign of national identity.

Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T53435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Diasry Nesita
Abstrak :
Tiga bale adat peninggalan turun temurun suku Sasak yang ada di tiga dusun di pulau Lombok, yaitu dusun Sade, Bayan, dan Senaru, masih berdiri tegak dalam keunikan wujud arsitektur dan budaya lokal. Bale adat dalam masyarakat tradisional dapat dilihat sebagai cerminan budaya setempat dalam bentuk simbol arsitektural. Melalui, orientasi bangunan, bentuk, dan susunan ruang, nilai nilai tradisi disampaikan kepada masyarakat. Sikap masyarakat yang terbuka menyebabkan terjadinya dinamika pergeseran dan perubahan kebudayaan seiring dengan berjalannya waktu. Demikian pula yang terjadi pada masyarakat suku Sasak. Skripsi ini mempertanyakan sejauh mana telah terjadi penyesuaian antara bale adat dan perubahan pola hidup dan pandangan masyarakat di masing masing desa. Penelusuran langsung dilakukan di tiga dusun. Data terkumpul dalam bentuk sketsa, foto, dan wawancara dengan pengurus bale adat. Pendekatan arsitektural dan antropologis terutama mengenai teori perubahan kebudayaan digunakan untuk melihat perubahan sikap yang terjadi. Hasil analisis menyimpulkan bahwa arsitektur bale adat tidak lagi terbaca sebagai simbol yang memiliki makna nilai tradisi oleh masyarakatnya. Ada kekuatiran bahwa arsitektur bale adat lama kelamaan akan diperlakukan sama dengan bangunan lainnya yang ada. ...... Three bale (traditional house) indigenous Sasak hereditary heritage existing in three hamlets on the island of Lombok, which Sade village, Bayan and Senaru that still standing upright in a unique form of architecture and local culture. Bale is customary in traditional societies can be seen as a reflection of the local culture in the form of architectural symbols. From building orientation, shape, and arrangement of space, the value of tradition conveyed around community. The soft attitudes of community led to the dynamics of culture shift and change over time. Similarly, what happened to the Sasak people. This skription questions the extent to which there has been an adjustment between the bale and the indigenous lifestyle changes and public opinion in their respective villages. Direct searches performed in three hamlets. Data collected in the form of sketches, photographs, and interviews with official custom bale. Architectural and anthropological approaches, especially regarding culture change theory is used to see the change in attitude occurred. The results of the analysis concluded that the custom bale architecture no longer be read as a symbol of traditional values ​​that have meaning by society. There is concern that the custom bale architecture over time will be treated the same as other existing buildings.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Shinta
Abstrak :
Varian gen TMPRSS6 berasosiasi dengan status besi diplasma, tetapi efek tersebut belum dijelaskan pada anak Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalasis apakah SNP rs855791 (G>A) dan rs4820268 (A>G) gen TMPRSS6 berhubungan dengan status besi dan hemoglobin yang rendah dengan mengontrol asupan zat besi pada anak baduta suku Sasak. Studi crossectional ini mengeksplorasi baseline data dari randomized trial di Kabupaten Lombok Timur, sebanyak 121 subyek memenuhi syarat dalam penelitian ini. Real Time PCR, metode Taqman Assay digunakan untuk menganalisis genotip. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa varian TMPRSS6 secara signifikan berhubungan dengan feritin, tetapi asupan zat besi lebih berkontribusi terhadap feritin dibandingkan genotipe. ...... Variants in TMPRSS6 were associated with plasma iron, but their effects in Indonesian children remain elucidated. This study aim to analyze whether the TMPRSS6 SNPs rs855791 (G>A) and rs4820268 (A>G) were associated with low iron status and hemoglobin controlling for iron intake among Sasaknese. A crossectional study explored the baseline of a randomized trial in East Lombok district, 121 subjects were eligible in the study. Real Time PCR using Taqman-assay method was used for analysis of SNPs genotype. The researcher suggests that TMPRSS6 variants were significantly associated with plasma ferritin, but iron intake still more contribute to ferritin than genotype.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Masyarakat Bayan selalu percaya terhadap simbol-simbol tertentu dalam mempertahankan tradisinya. Kebiasaan tersebut membuat masyarakat Bayan lebih tenang, aman dan sejahtera. Kepercayaan yang dilakukan oleh masyarakatnya masih berdasarkan keyakinan tradisional dari leluhur disebut kepercayaan Wetu Telu.
2014
902 JPSNT 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library