Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rohmat Danang Nur Riyadi
Abstrak :
PT. Hutama Karya Infrastruktur sebagai kontraktor utama yang memiliki tugas untuk menyelesaikan kontrak pekerjaannya yang kompleks akan membagi pekerjaannya kepada subkontraktor-subkontraktor untuk item dominan. Proses pemilihan subkontraktor akan berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan di lapangan, sehingga diperlukan evaluasi kriteria-kriteria yang berpengaruh dalam proses pemilihan subkontraktor dan strategi yang digunakan untuk memperbaiki proses pemilihan sehingga memperoleh subkontraktor yang berkinerja terbaik. Selanjutnya kriteria-kriteria tersebut akan dianalisis dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sehingga diperoleh keputusan terbaik dalam menentukan prioritas kriteria-kriteria dalam proses pemilihan subkontraktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria utama yang berpengaruh terhadap kinerja subkontraktor dimulai dari yang terbesar adalah kinerja dan MK3LL (Mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lindung Lingkungan), dan diikuti dengan sumber daya, harga, strategi kemitraan, dan administrasi. ......PT. Hutama Karya Infrastruktur as the main contractor who has the task of completing complex work contracts outsources the work to subcontractors for dominant items. Subcontractor selection process will have a major effect on the performance results of a construction project. It is necessary to evaluate the criteria that influence the process of subcontractor’s selection process and to determine the strategies used to improve the selection process to obtain subcontractors with the best performance. Those criteria were analyzed using the Analytic Hierarchy Process (AHP) method to obtain the best decision in determining the priority of the criteria in the subcontractor selection process. The results showed that the top priorities criteria are performance and QHSSE (Quality, Health, Safety, Security, and Environment) followed by resources, prices, partnership strategy, and administration accordingly.
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Kholida
Abstrak :
[ABSTRAK
Tingginya angka kecelakaan kerja pada industri konstruksi masih menempati posisi tertinggi di antara industri lainnya yang menyebabkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja menurun. Salah satu penyebabnya adalah keterlibatan banyak pihak, diantaranya adalah subkontraktor, dimana internal perusahaan ini masih memiliki manajemen yang kurang memadai. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pengadaan subkontraktor pada tahap perencanaan dan pelaksanaan yang mengacu pada PMBOK 2013 sebagai panduan dengan metodologi yang spesifik, agar dapat meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah survey dan studi kasus. Data diolah dengan analisa statistik dan analisa faktor. Berdasarkan hasil penelitian ini peningkatan kinerja K3 didominasi oleh faktor integrasi yang baik untuk memenuhi tuntutan kerjasama dalam aspek K3.
ABSTRACT
The high number of occupational accidents in the construction industry still occupies the highest position among the other industries that cause occupational health and safety performance decreases. One reason is the involvement of many parties, including subcontractors, where an internal company still have inadequate management. Therefore, is need to know the dominant factors affecting the procurement of subcontractors on planning and implementation process referring to the PMBOK 2013 as a guide to specific methodology, in order to increase safety and health performance. The research method used are survey and case study. Data processed by statistic analysis and factor analysis. Based on the results of this research, occupational health and safety dominated by good integration to meet the demands of cooperation in the aspect of K3 factor.;The high number of occupational accidents in the construction industry still occupies the highest position among the other industries that cause occupational health and safety performance decreases. One reason is the involvement of many parties, including subcontractors, where an internal company still have inadequate management. Therefore, is need to know the dominant factors affecting the procurement of subcontractors on planning and implementation process referring to the PMBOK 2013 as a guide to specific methodology, in order to increase safety and health performance. The research method used are survey and case study. Data processed by statistic analysis and factor analysis. Based on the results of this research, occupational health and safety dominated by good integration to meet the demands of cooperation in the aspect of K3 factor., The high number of occupational accidents in the construction industry still occupies the highest position among the other industries that cause occupational health and safety performance decreases. One reason is the involvement of many parties, including subcontractors, where an internal company still have inadequate management. Therefore, is need to know the dominant factors affecting the procurement of subcontractors on planning and implementation process referring to the PMBOK 2013 as a guide to specific methodology, in order to increase safety and health performance. The research method used are survey and case study. Data processed by statistic analysis and factor analysis. Based on the results of this research, occupational health and safety dominated by good integration to meet the demands of cooperation in the aspect of K3 factor.]
2015
T42922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Wahyudi
Abstrak :
Supply chain atau rantai pengadaan, adalah sistem yang dilalui organisasi bisnis untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke pelanggan (user). Mata rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan, yang mempunyai tujuan sama yaitu seefektif dan seefisien mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang atau jasa tersebut. Salah satu program yang dijalankan dalam rangka mendukung sistem Supply chain pada PT. AHM (Astra Honda Motor) adalah dengan melaksanakan program multisourcing pada kegiatan pengadaan barang, yaitu suatu program yang tidak hanya berorientasi pada satu sumber atau satu subkontraktor saja, tapi dengan minimal dua subkontraktor dalam pengadaan barangnya. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam pelaksanaan program multisourcing ini antara lain : 1. Quality 2. Cost 3. Delivery 4. Development 5. Management. Dalam skripsi ini, penulis akan mengevaluasi program mutisourcing yang telah dijalankan untuk part radiator dengan menitikberatkan pada aspek kualitas dan delivery, karena ini merupakan aspek terpenting yang harus dipertimbangkan dalam memilih subkontraktor apakah subkontraktor itu tetap layak dipertahankan kontribusinya dalam pengadaan barang ke PT. Astra Honda Motor. Analisa Six Sigma digunakan untuk mengukur kualitas subkontraktor dengan menggunakan pendekatan DMAIC (Define Measure Analyze Improve Control). Dari hasil evaluasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa program multisourcing yang telah dilakukan, sourcing untuk subkontraktor kedua memiliki performance yang lebih baik daripada subkontraktor awal yang mendatangkan partnya dari Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa subkontraktor lokal yang diajukan sebagai subkontraktor kedua layak dipertahankan eksistensinya untuk pengadaan part ke PT. AHM. ......Supply chain is a system which passing by business organization for distribute product or service to user. This supply chain is also constitute network from any organization that related each others, which have the same goal to implement more effective and efficience for produce or distribute product. One program for supporting supply chain system at PT. AHM (PT. Astra Honda Motor) is implementing multisourcing program on procurement activity which is not program that just oriented by one subcontractor, but two or more subcontractor. There are aspects focus to implement multisourcing program : 1. Quality 2. Cost 3. Delivery 4. Development 5. Management. In this final report, the writer will evaluate multisourcing program that had already done at PT. AHM for radiator part focuses by quality aspect and delivery aspect, because that aspect are important to consider in choosing subcontractor to see eksistency feasibility from them. Six sigma analysis used to measure subcontractor quality aspect and delivery aspect with using DMAIC approach. From this evaluation, we can take conclusion that multisourcing program that had already done have better performance from second subcontractor than the first subcontractor. It is mean that local subcontractor which proposed to be second subcontractor feasible to holdover they eksistency by PT. AHM.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52127
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raka Devan Ilham M.
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai siklus pendapatan dan pengendalian internal atas siklus tersebut di perusahaan subkontraktor konstruksi yaitu PT ABC. Masih sedikit studi yang mempelajari mengenai siklus pendapatan dan pengendalian internal pada perusahaan konstruksi khususnya perusahaan subkontraktor. Padahal, kontraktor utama memiliki pengaruh di dalam siklus pendapatan subkontraktor yang membuat terdapat proses yang berbeda dengan perusahaan non konstruksi. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara kepada empat responden, observasi aktivitas PT ABC dan analisis dokumen perusahaan. Siklus pendapatan PT ABC terdiri dari aktivitas penerimaan proyek konstruksi, aktivitas pengerjaan proyek konstruksi, penagihan dan penerimaan kas. Dalam siklus pendapatan PT ABC, setiap aktivitas memiliki kelemahan-kelemahan seperti pencatatan yang tidak tepat, tidak ada rekonsiliasi transaksi dan permasalahan terkit piutang usaha. Analisis menggunakan COSO Internal Control Integrated Framework tahun 2013 menunjukkan bahwa penerapan lima komponen pengendalian internal di PT ABC yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pengawasan belum memadai. ......This study discusses the revenue cycle and internal control over the cycle in the construction subcontractor company, PT ABC. There are still few studies that study the revenue cycle and internal control in construction companies, especially subcontractor companies. In fact, the main contractor has influence in the subcontractor's revenue cycle, which makes the process different from that of non-construction companies. This research was conducted by conducting interviews with four respondents, observing PT ABC activities and analysing company documents. PT ABC's revenue cycle consists of activities of receiving construction projects, activities of working on construction projects, billing and cash collection. In PT ABC's revenue cycle, every activity has weaknesses such as incorrect recording, no transaction reconciliation and problems related to account receivables. Analysis using the COSO Internal Control Integrated Framework 2013 shows that the implementation of the five components of internal control at PT ABC which consists of the control environment, risk assessment, control activities, information and communication and monitoring is inadequate.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingkiriwang, Fristi
Abstrak :
Proyek EPC memiliki tiga elemen utama: engineering (rekayasa), procurement (pengadaan) dan contruction (konstruksi) dengan skema kontrak yang menunjuk kontraktor EPC sebagai penanggung jawab tunggal terhadap ketiga elemen tersebut. Pada proyek EPC, fase engineering memegang peranan sangat penting karena fase ini akan menentukan sukses tidaknya pelaksanaan suatu proyek EPC. Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa penyebab utama delay (keterlambatan) maupun cost overrun (peningkatan biaya) proyek adalah karena adanya kesalahan, kelalaian maupun perubahan desain yang dilakukan pada fase engineering. Fase engineering pada proyek EPC memiliki tiga tahapan utama yaitu FEED (Front End Engineering Design), basic design dan detail engineering. Aktivitas detail engineering pada suatu proyek EPC umumnya menjadi lingkup kontraktor EPC, namun atas pertimbangan terhadap beberapa hal khususnya efisiensi, kontraktor EPC seringkali menyerahkan lingkup pekerjaan detail engineering tersebut kepada pihak ketiga dalam hal ini subkontraktor pekerjaan detail engineering. Terkait dengan adanya proses desain dalam aktivitas engineering terdapat suatu ukuran kinerja yang disebut sebagai kinerja desain. Pengertian kinerja desain adalah efektivitas praktek desain engineering dan manajemen desain dalam suatu perusahaan terhadap tujuan dan sasaran proyek. Pada proyek EPC dimana aktivitas detail engineering diserahkan kepada subkontraktor pekerjaan detail engineering, maka kinerja desain kontraktor EPC akan sangat dipengaruhi oleh kinerja desain subkontraktor pekerjaan detail engineering tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat empat faktor dominan yang mempengaruhi kinerja desain subkontraktor pekerjaan detail engineering dan berdampak terhadap cost overrun pada proyek EPC yaitu: tingkat automasi; level teknologi dan kompleksitas proyek; kualifikasi subkontraktor pekerjaan detail engineering dan data vendor; kelengkapan definisi lingkup kerja dan praktek review/approval dokumen desain oleh owner. ......EPC project has three basic elements: engineering, procurement and construction with the contract scheme awarding the EPC contractor a single point responsibility for all activities related to these three elements. In EPC projects, engineering phase plays an important role because this phase will determine the success or failure of the project implementation. The previous research has shown that the main sources of project delay and cost overrun are design errors, omissions and changes made during engineering phase. Engineering phase itself has three stages namely FEED (Front End Engineering Design), basic design and detail engineering. Detail engineering activities in an EPC project generally be the scope of the EPC contractor, but on consideration of several things, especially efficiency, EPC contractor often deliver detailed engineering scope of work to a third party in this case detail engineering subcontractor. Associated with the design process in engineering activities there is a measure of performance known as design performance. The definition of design performance is the effectiveness of the engineering design practice and design management in a company to the goals and objectives of the project. In EPC project where detail engineering activities handed over to the detail engineering subcontractor, the design performance of the EPC contractor will be strongly influenced by the design performance of the detail engineering subcontractor. The results of this research indicate there are four dominant factors that affect the design performance of detail engineering subcontractors and impact to cost overrun of the EPC project, they are: the level of automation; the level of technology and complexity of projects; qualifications of detailed engineering subcontractor and vendor data; the completeness of the scope of work definition and practice of design document review/approval by the owner.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30144
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Yunadiesti
Abstrak :
Syarat penting untuk menuntun kepada keberhasilan suatu proyek adalah pengendalian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor waktu, biaya dan mutu. Pada umumnya proses pengendalian dalam setiap kegiatan konstruksi terdiri dari fungsi dari tiga langkah pokok, yaitu : (1) pengukuran, yang merupakan penetapkan standar kinerja; (2) evaluasi, pengukuran kinerja terhadap standar; dan (3) tindakan koreksi, yakni upaya pembetulan apabila terjadi penyimpangan terhadap standar yang diberlakukan. Pengendalian biaya proyek bertujuan untuk meningkatkan kiner a biaya proyek sehingga biaya aktual lebih kecil atau sama dengan biaya rencana. Pengendalian biaya proyek ini termasuk diantaranya adalah pengendalian biaya subkontraktor. Pengendalian terhadap penyimpangan biaya (cost overrun) pada pengelolaan subkontraktor dapat dilakukan dengan penerapan langkah-langkah tindakan koreksi yang sesuai sehingga tindakan koreksi efektif dan efisien dalam mengatasi penyimpangan biaya yang terjadi. Rekomendasi tindakaa koreksi pengendalian biaya subkontraktor telah diidentifikasi dari penelusuran dampak dan penyebab penyimpangannya pada penelitian sebelumnya. Rekomendasi tindakan koreksi ini masih memerlukan langkah-langkah tindakan koreksi yang jelas. Dengan bantuan Metode Delphi maka penelitian ini akan mengidentiftkasi langkahlangkah rekomendasi tindakan koreksi tersebut dengan menghimpun langkah-langkah tindakan koreksi yang berbeda-beda dari setiap pakar untuk selanjutnya dilakukan analisis dan pengambilan rekomendasi langkah-langkah yang memiliki frekuensi penerapan tertinggi dan cocok dengan tindakan koreksinya. Hasil penelitian ini aka; digunakan untuk melengkapi Software Corrective Action dan Neural Network yang dapat memudahkan pengambilan keputusan dalam pengendalian biaya proyek.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Getsemane
Abstrak :
Subkontraktor merupakan salah satu komponen penunjang di dalam dunia konstruksi. Kontraktor biasanya mengadakan subkontraktor dalam proyek dengan alasan yaitu keterbatasan alat dan pengetahuan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Pada proyek-proyek jalan, kontraktor biasanya menyerahkan sebagian dari pekerjaan (contohnya : pekerjaan timbunan tanah) untuk diberikan kepada subkontraktor dengan alasan agar lebih efisiensi dan meminimalisir kemungkinan terjadinya resiko (risk allocation) terhadap pekerjaan tersebut. Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk menghasilkan prosedur pengendalian mutu pekerjaan subkontraktor berbasis manajemen resiko yang dapat mengatasi resiko yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah. Salah satu metode optimalisasi kinerja subkontraktor terhadap proyek ialah metode pendekatan resiko. Dengan mengambil contoh pada pekerjaan tanah pada proyek konstruksi jalan diharapkan menjadi salah satu cara untuk mengoptimalkan potensi subkontraktor sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan dan menghasilkan resiko yang minimal. Dalam penulisan tugas akhir ini penyusun mencoba meninjau tentang pengendalian pekerjaan subkontraktor pada proyek jalan tol ruas Purwakarta Selatan-Plered, khususnya mutu pekerjaan timbunan tanah dengan cara mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan menetapkan risiko dominan. Adapun hasil penelitian ini adalah prosedur pengendalian mutu dari risiko dominan tersebut dan dilengkapi dengan form monitoring serta evaluasi. Dengan adanya prosedur ini dapat dihasilkan pekerjaan timbunan tanah yang sesuai dengan spesifikasi dan hubungan mitra antara kontraktor dan subkontraktor bisa berjalan dengan lancar untuk proyek berikutnya. ......Contractor usually perform a subcontractor in project of with reason of that is limitation of knowledge and appliance in finishing a work Subcontractor aim to assist work of contractor in finishing a work. At project of road contractor usually deliver some of work (the example : work of filling and compacting land) to be passed to subcontractor with reason of so that more efficiency and possibility minimize the happening of risk (allocation risk) to the work. As for target of writing of this final duty is to yield quality control procedure work of subcontractor base on risk management able to overcome risk which possible happened at the time of execution work of land filling. One of the subcontractor performance optimize method to project is method approach of risk. By taking example work of land at project of road construction expected to become one of the way of to be optimize of subcontractor potency so that done work as according to specification of which is specified dan resulting minimum land filling. In this research, writer try to evaluate about operation work of subcontractor at project of road construction joint Purwakarta Selatan-Plered, specially quality of work land filling by identifying risk which possible happened at the time of work execution in field and specify dominant risk As result of this research is quality control procedure from the dominant risk and provided with observing form and also evaluate. With existence of this procedure can be resulted work of land filling matching according to specification with partner relation between subcontractor and contractor can walk at ease for to next project.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35272
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rafinska Giandita
Abstrak :
Memutuskan untuk menggunakan jasa subkontraktor adalah alternatif pilihan bagi kontraktor utama khususnya untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Menggunakan jasa subkontraktor menjadi salah satu cara bagi kontraktor utama untuk dapat memindahkan risiko-risiko yang mungkin terjadi selama masa proyek berlangsung. Namun di sisi lain, risiko-risiko tersebut dapat menjadi risiko bagi kontraktor utama apabila penggunaan jasa subkontraktor tidak dikendalikan dengan baik dalam setiap prosesnya. Tingginya risiko dan ketidakpastian menggunakan jasa subkontraktor pada Proyek EPC dapat menjadi salah satu penyebab penyimpangan biaya proyek. Salah satu strategi pengendalian untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan biaya adalah mendeteksi risiko-risiko yang mungkin terjadi dengan penggunaan subkontraktor, dan menelaah kembali setiap prosedur terkait proses subkontraktor yang dimiliki oleh Perusahaan, untuk kemudian dikembangkan suatu pedoman yang secara ditel menjelaskan langkah kerja yang dapat menjadi acuan setiap pihak dalam mengendalikan subkontraktor di setiap prosesnya.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan suatu prosedur terkait proses pengendalian subkontraktor sehingga dapat diterapkan pada Perusahaan Kontraktor Proyek EPC untuk dapat meminimalisasi terjadinya deviasi biaya pada proyek. ......Deciding to use subcontractor is an alternative choice for main contractors in particular to carry out construction work. Using subcontractor is one way for main contractors to shifting the risks that may occur during the project period. On the other hand, those risks can be move back for main contractor if the subcontractor is not well controlled in every process. The high risk and uncertainty of using subcontractor on the EPC Project can be one of the causes of project cost deviations. One of the control strategies to minimize the occurrence of cost aberrations is to detect risks that may occur with using subcontractors, and review each procedure related to the subcontractor process owned by the Company, and then develop a guideline that explicitly describes the work steps that can be a reference each party in controlling subcontractors in each process.This study will be conducted with the aim of developing procedures related to the subcontractor control process so that it can be applied to EPC Project Contractor Company to be able to minimalize cost deviation on the project.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library