Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naiborhu, Yunita
"ABSTRAK
Pada saat Ini bangsa Indonesia sedang berusaha untuk
mensukseskan kemitrasejajaran antara pria dan wanita di segala bidang, Hal
ini disebabkan karena ternyata di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, terdapat perbedaan yang cukup besar antara pria dan wanita
dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan kesehatan. Bangsa Indonesia yang
sedang berkembang ini membutuhkan sumber daya manusia, tidak terkecuall
pria maupun wanita. Oleh karena itu, pemberian kesempatan pada wanita
pada bidang-bidang tersebut tentunya diharapkan dapat membantu
mengembangkan sumber daya manusia Indonesia secara optimal
Perbedaan perlakuan maupun kesempatan yang diberikan kepada pria
dan wanita ini disebabkan karena adanya keyakinan di dalam masyarakat bahwa laki-laki dan perempuan berbeda, dan keyakinan ini disebut stereotip
jender. Stereotip-stereotip yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan
menyebabkan masyarakat beranggapan bahwa kedua jenis kelamin memiliki
perannya masing-masing, sesuai jendernya.
Anak, yang merupakan sumber daya pembangunan di masa yang akan
datang telah 'menerima' stereotip-stereotip tersebut melalui orang tua. Ketika
anak memasuki usia sekolah, anak mempelajari stereotip ini melalui guru,
teman sebaya dan dari berbagai media seperti buku dan televisi. Selain
berbagai faktor yang bertambah kompleks ini. secara kognitif anak usia
sekolah telah mencapai tahapan perkembangan kognitif yang disebut tahap
ketetapan jender. Setelah anak mencapai tahap ini barulah anak secara
sistematis memasukkan ide-ide stereotip ini ke dalam dirinya. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana pengetahuan anak usia sekolah
terhadap stereotip jender ini. yang 'berasal' dari orang dewasa. serta melihat
gambaran perkembangan pengetahuan stereotip jender tersebut pada
kelompok usia 8-9 serta 11-12 tahun.
Dari berbagai penelitian stereotip jender juga ditemukan bahwa ada
kecenderungan anak laki-laki untuk memiliki keyakinan yang stereotipis
dibandingkan dengan anak perempuan. Oleh karena itu. melalui penelitian ini
peneliti juga akan melihat adakah perbedaan antara pengetahuan stereotip
jender anak laki-laki dan perempuan.
Penelitian ini menggunakan alat yang disebut The Children's Sex
Stereotype Measure II yang telah digunakan di berbagai negara, antara lain
Pakistan, Malaysia, Jepang, Singapura, India, Amerika. Kanada dan
Perancls. Penelitian ini menggunakan sampel penelitian sebanyak 60 subyek
yang berusia 8-9 tahun serta 60 subyek yang 11-12 tahun sehingga total
subyek berjumlah 120 orang dan diperoleh dengan menggunakan tehnik
incidental sampling. Subyek berasal dari golongan sosial ekonomi menengah
atas di Jakarta.
Hasil utama yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada
kecenderungan meningkatnya pengetahuan anak terhadap stereotip-stereotip
laki-laki dan perempuan dan pengetahuan anak usia ini sudah hampir
menyerupai pengetahuan stereotip jender orang dewasa. Dari hasil penelitian
juga diperoleh beberapa stereotip yang belum diasosiasikan oleh salah satu
dari kedua jenis kelamin oleh anak usia ini.
Melalui uji signifikansi peneliti juga memperoleh hasil tidak adanya
perbedaan antara anak usia 8-9 tahun dengan 11-12 tahun dalam
pengetahuan stereotip jender, serta tidak ada perbedaan antara anak laki-laki
dalam pengetahuan stereotip jender.
Hasil tersebut diduga karena faktor sosialisasi orang tua serta
lingkungan yang relatif sama antara anak laki-laki dan perempuan yang
berasal dari golongan sosial ekonomi menengah atas di Jakarta. Selain itu,
mungkin faktor alat , khususnya jumlah item yang relatif sedikit diduga berperan dalam hasil yang tidak signifikan ini. Oleh sebab itu di dalam
peneiitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk mengambil berbagai
sampel yang lebih variatif, serta menyempurnakan alat peneiitian ini."
1997
S2710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina S. Handayani
"Tesis ini mengetengahkan masalah jender secara lintas budaya berkenaan
dengau isu kepemimpinan. Ada kecenderungan perbedaan jender disebarkan dan
diindoktrinasilmn untuk kepentingan politik., sehingga muncul kebijakan-kebijakan
politis yang bias dan menguntungkan salah satu kategori jender tertenlu, yang
biasanya dianggap lebih menguntuugkan laki-laki (Okin, 1994; Jane, l995). Masalah
jender tidak akan dapat dipahami secara sederhaua hanya dengan membedakan
kategori seks yaitu pria alan wanita (Mosse, 1981). Dalam setiap masyarakat yang
diteliti, terdapat perbedaan yang dilakukan oleh pria dan wanita dalam komunitasnya
yang menentukan perbedaan status maupun kekuasaan mereka di dalam
masyarakatnya. Budaya Batak dan Jawa menarik untuk dikaji mengingat persamaan
dan perbedaan kedua budaya ini dalam menempatkan pria dan wanita.
Secara psikologis pembagian kekuasaan dalam interaksi sosial antar jenis
kelamin tidak hanya tergantung pada keruampuan ataupun pengetahuan yang dimiliki
pria atau wanita. tetapi juga tergantung pada serangkaian keyakinan mengenai ciri
sifat pria dan wanita yang merupakan geueralisasi yang dibuat tentang pria dan
wanita, yang dikenal dengan stereotip jender. Perbedaan keyakinan tentang kualitas
psikologis pria dan wanita melahirkan sikap dan dan praktik disluiminalif yang
menyiraikan hubungan bersifat politis antara pria dan wanita. Sementara diskrlminasi
marupakan indikasi adanya prasangka yang akan menentukau kecenderungan
memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanlta, atau pria/wanita sama
saja.
Landasan teoritis yang digunakan adalahplarmed behavior theory dad Ajzen
(1975) karena teori ini dapat menjawab tujuan utama penelitian ini, yaitu menguji
apakah ada pengaruh jenis kelamin, atereotip jender dan prasangka secara simultan
terhadap kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita,
atau pria/wanita sama saja? Di samping itu dikaji pula beberapa pertanyaan barikut
ini: (1) Apaka ada pengaruh suku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadap
stereotip jender?; (2) Apakah ada pengaruh auku bangsa dan jenis kelamin yang
signifikan terhadap prasangka?; (3) Apakah ada hubungan antara suku bangsa dan
kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau
pria/wanita aama saia?; (4) Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dan
kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau
pria/wanita sama saja?
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama kuliah, berasal dari
suku bangsa Batak atau Jawa, pria atau wanita dan terlibat dalam organiaaai, serta
saat ini tinggal di Jakarta. Subyek terdiri dari 32 subyek wanita Batak, 32 subyek pria
Batak; dan 32 subyek wanita Jawa, 32 subyek pria Jawa Instrumen pengumpulan
data terdiri dari 2 (dua) akala pengukuran yaitu skala stereotip jender dan skala sikap
prasangka, serta 1 (satu) angket kacenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis
kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja.
Untuk meuguji hipoteais penelitian ini digunakan metnde analisis diskriminaai
yang pada hakekatnya mengkaji pengaruh variabel-variabel dalam pelbagai populasi
atau sampel, tarutama jika variabel tarikanya barupa variabel nominal atau data
kategori. Analisis diskrirninasi ini dilakukan untuk manjawab permasalahan utama
penelitian Di samping itu digunakan pula metode multivariat untuk menguji
signifikansi pengaruh variabel data kalzegori terhadap variabel tergantung data
kuantitatif terutama menjawab pertanyaan pertama dan kedua; serta metode chi-
square untuk menguji ada tidaknya hubungan antara dua variabel yang keduanya
berdifat nominal yaitu menjawab pertanyaan ketiga dan keempat.
Dari hasil studi disimpulkan bahwa: (1) Secara umum gambaran pria dan
wanila menurut responden: Batak dan Jawa aama, yaitu pria dinilai lebih maskulin dan
wanita dinilai lebih feminin; (2) Ada pengamh suku bangsa dan jenis kelamin yang
signinikan terhadap stereotip jender. Responden Batak menilai tingkat maskulinitas
wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian responden Jawa. Kelompok pria menilai
tingkat maskulinitas wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian kelompok wanita
sendiri; (3) Tidak ada pengaruh bangsa yang signifikan terhadap prasangka,
tetapi ada pengaruh jenis kelamin yang signiiikan terhadap prasangka. Kelornpok pria
lebih berprasangka terhadap wanita sebagai pemimpin, sebaliknya kelornpok wanita
lebih berprasangka terharlap pria. sebagai pemimpin; (4) Ada hubungan antara suku
bangsa dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria.,
wanita, atau pria/wanita sama aaja Kecenderungan responden Barak lebih banyak
memilih pria/wanita.; sedangkan responden Jawa memiliki dua kecenderungan yang
sama kuainya yaitu memilih pria atau memilih pria/wanita; (5) Tidak ada hubungan
antara jenis kelamin dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis
kelamin, pria, wanita, atau priafwanita sama saia; (6) Berdasarkan analisis
diskriminasi ada dua (2) variabel yang berpengaruh terhadap kecenderungan nlerrlilih
pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, aiau pria/wanita sama saja yaitu
variabel prasangka terhadap wanita sebagai pemimpin dan variabel femininitas pria.
Keterbatasan dan kelemahan penelitian ini antara lain; (1) Belum mencakup
semua. variabel yang rnuugkin mempengaruhi kecendarungan memilih pemimpin
berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saia sebagaif sebuah
intensi tingkah laku, seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2) Metode analisis
datanya baru terbatas mendiskriminasilczm kelompok subyek berdasarkan variabel-
variabel yang dilihat sehiugga tidak dapat melihat model konseptual yang paling tepat
dapat menggambarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi tingkah
laku dan tingkah laku yang nampak; (3) Penelitian ini tidak dilakukan di daerah asal
atau budaya asal, meksipun sudah disiasati dengan meneliti daerah yang tidak
memiliki dominan culture seperli Jakarta.
Dari hasil studi ini disarankan; (1) Dalam meneutukan seorang pemimpin
dalam sebuah Organisasi faktor-faktor psikologis seperti stereotip jender lerutama
dimensi femininitas pria dan prasangka terhadap wanita hendaknya perlu
diperhatikan, karena faktor-faktor ini menentukan kecenderungan memilih pemimpin
berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita., atau pria/wanita sama Baia; (2) Untuk
mengurangi kesenjangan antara pria dan wanita sebagai pemimpin rnaka proporsi
kategori wakil yang memilih harus seimbang misalnya kategori pria dan wanita, atau
antar suku bangsa dan sebagainya; (3) Dalam proses sosialisasi terutama dalam
kurikulum pendidikan formal hendaknya dimasukkan kesetaraan jender; (4)
Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai suku bangsa
mengingat bangsaiui adalah bangsa yang multietnik dan multikultural; (5) Penelitian
selanjutnya perlu pula dilakukan untuk menentukan ciri sifat pemimpin yang dapat
mewakili stereotip yang diharapkan bagi semua suku bangsa di Indonesia
Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan penelitian ini disaranka.n: (1) Perlu
diteliti kedua. determinan yang lain seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2)
Perlu digunakan metode analisis LISREL untuk melihat model konseptual yang
paling tepat menggarnbarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi
tingkah laku dan tingkah laku yang nampak, dalam konteks kecenderungan memilih
pemimpin berdasarkan jenis kelamin (pria, wanita, priafwanita); (3) Perlu dilakukan
penelitian di daerah asal, misalnya budaya Batak di Medan, budaya Jawa di Jogya
dan Solo."
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina S. Handayani
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T38334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library