Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christina S. Handayani
Abstrak :
Tesis ini mengetengahkan masalah jender secara lintas budaya berkenaan dengau isu kepemimpinan. Ada kecenderungan perbedaan jender disebarkan dan diindoktrinasilmn untuk kepentingan politik., sehingga muncul kebijakan-kebijakan politis yang bias dan menguntungkan salah satu kategori jender tertenlu, yang biasanya dianggap lebih menguntuugkan laki-laki (Okin, 1994; Jane, l995). Masalah jender tidak akan dapat dipahami secara sederhaua hanya dengan membedakan kategori seks yaitu pria alan wanita (Mosse, 1981). Dalam setiap masyarakat yang diteliti, terdapat perbedaan yang dilakukan oleh pria dan wanita dalam komunitasnya yang menentukan perbedaan status maupun kekuasaan mereka di dalam masyarakatnya. Budaya Batak dan Jawa menarik untuk dikaji mengingat persamaan dan perbedaan kedua budaya ini dalam menempatkan pria dan wanita. Secara psikologis pembagian kekuasaan dalam interaksi sosial antar jenis kelamin tidak hanya tergantung pada keruampuan ataupun pengetahuan yang dimiliki pria atau wanita. tetapi juga tergantung pada serangkaian keyakinan mengenai ciri sifat pria dan wanita yang merupakan geueralisasi yang dibuat tentang pria dan wanita, yang dikenal dengan stereotip jender. Perbedaan keyakinan tentang kualitas psikologis pria dan wanita melahirkan sikap dan dan praktik disluiminalif yang menyiraikan hubungan bersifat politis antara pria dan wanita. Sementara diskrlminasi marupakan indikasi adanya prasangka yang akan menentukau kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanlta, atau pria/wanita sama saja. Landasan teoritis yang digunakan adalahplarmed behavior theory dad Ajzen (1975) karena teori ini dapat menjawab tujuan utama penelitian ini, yaitu menguji apakah ada pengaruh jenis kelamin, atereotip jender dan prasangka secara simultan terhadap kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja? Di samping itu dikaji pula beberapa pertanyaan barikut ini: (1) Apaka ada pengaruh suku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadap stereotip jender?; (2) Apakah ada pengaruh auku bangsa dan jenis kelamin yang signifikan terhadap prasangka?; (3) Apakah ada hubungan antara suku bangsa dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita aama saia?; (4) Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja? Subyek penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama kuliah, berasal dari suku bangsa Batak atau Jawa, pria atau wanita dan terlibat dalam organiaaai, serta saat ini tinggal di Jakarta. Subyek terdiri dari 32 subyek wanita Batak, 32 subyek pria Batak; dan 32 subyek wanita Jawa, 32 subyek pria Jawa Instrumen pengumpulan data terdiri dari 2 (dua) akala pengukuran yaitu skala stereotip jender dan skala sikap prasangka, serta 1 (satu) angket kacenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saja. Untuk meuguji hipoteais penelitian ini digunakan metnde analisis diskriminaai yang pada hakekatnya mengkaji pengaruh variabel-variabel dalam pelbagai populasi atau sampel, tarutama jika variabel tarikanya barupa variabel nominal atau data kategori. Analisis diskrirninasi ini dilakukan untuk manjawab permasalahan utama penelitian Di samping itu digunakan pula metode multivariat untuk menguji signifikansi pengaruh variabel data kalzegori terhadap variabel tergantung data kuantitatif terutama menjawab pertanyaan pertama dan kedua; serta metode chi- square untuk menguji ada tidaknya hubungan antara dua variabel yang keduanya berdifat nominal yaitu menjawab pertanyaan ketiga dan keempat. Dari hasil studi disimpulkan bahwa: (1) Secara umum gambaran pria dan wanila menurut responden: Batak dan Jawa aama, yaitu pria dinilai lebih maskulin dan wanita dinilai lebih feminin; (2) Ada pengamh suku bangsa dan jenis kelamin yang signinikan terhadap stereotip jender. Responden Batak menilai tingkat maskulinitas wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian responden Jawa. Kelompok pria menilai tingkat maskulinitas wanita lebih tinggi dibandingkan penilaian kelompok wanita sendiri; (3) Tidak ada pengaruh bangsa yang signifikan terhadap prasangka, tetapi ada pengaruh jenis kelamin yang signiiikan terhadap prasangka. Kelornpok pria lebih berprasangka terhadap wanita sebagai pemimpin, sebaliknya kelornpok wanita lebih berprasangka terharlap pria. sebagai pemimpin; (4) Ada hubungan antara suku bangsa dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria., wanita, atau pria/wanita sama aaja Kecenderungan responden Barak lebih banyak memilih pria/wanita.; sedangkan responden Jawa memiliki dua kecenderungan yang sama kuainya yaitu memilih pria atau memilih pria/wanita; (5) Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau priafwanita sama saia; (6) Berdasarkan analisis diskriminasi ada dua (2) variabel yang berpengaruh terhadap kecenderungan nlerrlilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, aiau pria/wanita sama saja yaitu variabel prasangka terhadap wanita sebagai pemimpin dan variabel femininitas pria. Keterbatasan dan kelemahan penelitian ini antara lain; (1) Belum mencakup semua. variabel yang rnuugkin mempengaruhi kecendarungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita, atau pria/wanita sama saia sebagaif sebuah intensi tingkah laku, seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2) Metode analisis datanya baru terbatas mendiskriminasilczm kelompok subyek berdasarkan variabel- variabel yang dilihat sehiugga tidak dapat melihat model konseptual yang paling tepat dapat menggambarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi tingkah laku dan tingkah laku yang nampak; (3) Penelitian ini tidak dilakukan di daerah asal atau budaya asal, meksipun sudah disiasati dengan meneliti daerah yang tidak memiliki dominan culture seperli Jakarta. Dari hasil studi ini disarankan; (1) Dalam meneutukan seorang pemimpin dalam sebuah Organisasi faktor-faktor psikologis seperti stereotip jender lerutama dimensi femininitas pria dan prasangka terhadap wanita hendaknya perlu diperhatikan, karena faktor-faktor ini menentukan kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin, pria, wanita., atau pria/wanita sama Baia; (2) Untuk mengurangi kesenjangan antara pria dan wanita sebagai pemimpin rnaka proporsi kategori wakil yang memilih harus seimbang misalnya kategori pria dan wanita, atau antar suku bangsa dan sebagainya; (3) Dalam proses sosialisasi terutama dalam kurikulum pendidikan formal hendaknya dimasukkan kesetaraan jender; (4) Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan melibatkan berbagai suku bangsa mengingat bangsaiui adalah bangsa yang multietnik dan multikultural; (5) Penelitian selanjutnya perlu pula dilakukan untuk menentukan ciri sifat pemimpin yang dapat mewakili stereotip yang diharapkan bagi semua suku bangsa di Indonesia Berdasarkan keterbatasan dan kelemahan penelitian ini disaranka.n: (1) Perlu diteliti kedua. determinan yang lain seperti norma subyektif dan kontrol perilaku; (2) Perlu digunakan metode analisis LISREL untuk melihat model konseptual yang paling tepat menggarnbarkan dinamika hubungan antara keyakinan, sikap, intensi tingkah laku dan tingkah laku yang nampak, dalam konteks kecenderungan memilih pemimpin berdasarkan jenis kelamin (pria, wanita, priafwanita); (3) Perlu dilakukan penelitian di daerah asal, misalnya budaya Batak di Medan, budaya Jawa di Jogya dan Solo.
2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina S. Handayani
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T38334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naiborhu, Yunita
Abstrak :
ABSTRAK
Pada saat Ini bangsa Indonesia sedang berusaha untuk mensukseskan kemitrasejajaran antara pria dan wanita di segala bidang, Hal ini disebabkan karena ternyata di negara-negara berkembang seperti Indonesia, terdapat perbedaan yang cukup besar antara pria dan wanita dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan kesehatan. Bangsa Indonesia yang sedang berkembang ini membutuhkan sumber daya manusia, tidak terkecuall pria maupun wanita. Oleh karena itu, pemberian kesempatan pada wanita pada bidang-bidang tersebut tentunya diharapkan dapat membantu mengembangkan sumber daya manusia Indonesia secara optimal Perbedaan perlakuan maupun kesempatan yang diberikan kepada pria dan wanita ini disebabkan karena adanya keyakinan di dalam masyarakat bahwa laki-laki dan perempuan berbeda, dan keyakinan ini disebut stereotip jender. Stereotip-stereotip yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan menyebabkan masyarakat beranggapan bahwa kedua jenis kelamin memiliki perannya masing-masing, sesuai jendernya. Anak, yang merupakan sumber daya pembangunan di masa yang akan datang telah 'menerima' stereotip-stereotip tersebut melalui orang tua. Ketika anak memasuki usia sekolah, anak mempelajari stereotip ini melalui guru, teman sebaya dan dari berbagai media seperti buku dan televisi. Selain berbagai faktor yang bertambah kompleks ini. secara kognitif anak usia sekolah telah mencapai tahapan perkembangan kognitif yang disebut tahap ketetapan jender. Setelah anak mencapai tahap ini barulah anak secara sistematis memasukkan ide-ide stereotip ini ke dalam dirinya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana pengetahuan anak usia sekolah terhadap stereotip jender ini. yang 'berasal' dari orang dewasa. serta melihat gambaran perkembangan pengetahuan stereotip jender tersebut pada kelompok usia 8-9 serta 11-12 tahun. Dari berbagai penelitian stereotip jender juga ditemukan bahwa ada kecenderungan anak laki-laki untuk memiliki keyakinan yang stereotipis dibandingkan dengan anak perempuan. Oleh karena itu. melalui penelitian ini peneliti juga akan melihat adakah perbedaan antara pengetahuan stereotip jender anak laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan alat yang disebut The Children's Sex Stereotype Measure II yang telah digunakan di berbagai negara, antara lain Pakistan, Malaysia, Jepang, Singapura, India, Amerika. Kanada dan Perancls. Penelitian ini menggunakan sampel penelitian sebanyak 60 subyek yang berusia 8-9 tahun serta 60 subyek yang 11-12 tahun sehingga total subyek berjumlah 120 orang dan diperoleh dengan menggunakan tehnik incidental sampling. Subyek berasal dari golongan sosial ekonomi menengah atas di Jakarta. Hasil utama yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada kecenderungan meningkatnya pengetahuan anak terhadap stereotip-stereotip laki-laki dan perempuan dan pengetahuan anak usia ini sudah hampir menyerupai pengetahuan stereotip jender orang dewasa. Dari hasil penelitian juga diperoleh beberapa stereotip yang belum diasosiasikan oleh salah satu dari kedua jenis kelamin oleh anak usia ini. Melalui uji signifikansi peneliti juga memperoleh hasil tidak adanya perbedaan antara anak usia 8-9 tahun dengan 11-12 tahun dalam pengetahuan stereotip jender, serta tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dalam pengetahuan stereotip jender. Hasil tersebut diduga karena faktor sosialisasi orang tua serta lingkungan yang relatif sama antara anak laki-laki dan perempuan yang berasal dari golongan sosial ekonomi menengah atas di Jakarta. Selain itu, mungkin faktor alat , khususnya jumlah item yang relatif sedikit diduga berperan dalam hasil yang tidak signifikan ini. Oleh sebab itu di dalam peneiitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk mengambil berbagai sampel yang lebih variatif, serta menyempurnakan alat peneiitian ini.
1997
S2710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library