Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Alviansyah Hidayat
"Vigilantisme diartikan sebagai sebuah tindakan main hakim sendiri yang dilakukan untuk membela nilai yang dipercayai tanpa mempertimbangkan apakah tindakan tersebut berbasiskan keadilan. Perilaku vigilantisme bukanlah sesuatu yang baru dalam budaya penggemar, contohnya di kalangan fandom K-Pop yang berpusat di Twitter atau biasa disebut dengan Stan Twitter dimana sering ditemukan adanya bentuk vigilantisme digital, salah satunya kasus yang baru-baru ini terjadi yaitu kasus AG. Dengan menggunakan Media Construction of Reality, penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana fenomena vigilantisme muncul sebagai bentuk fanatisme penggemar terhadap idolanya, terutama dalam lingkungan Stan Twitter K-Pop. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana konstruksi media memengaruhi nilai-nilai budaya penggemar K-Pop yang ada di Twitter, termasuk budaya vigilantisme digital demi membela idola yang digemari. Dari 6 informan yang diwawancarai, ditemukan bahwa perilaku vigilantisme sebenarnya merupakan sesuatu yang tidak disukai namun dianggap wajar karena nilai-nilai budaya penggemar lain yang sudah dikonstruksikan sebelumnya. Peran dan partisipasi dari penggemar K-Pop lain diperlukan dalam mencegah adanya normalisasi perilaku vigilantisme digital lebih lanjut di kalangan penggemar K-Pop.

Vigilantism is defined as an act to upheld the values an individual/community believes without considering whether the action is based on justice. Vigilantism is not something unusual in a fan culture, especially among K-Pop fandoms centered on Twitter or commonly referred to as Stan Twitter, like what happened to AG as one of the recent case. By using Media Construction of Reality, this study tries to explain how vigilantism emerges as a form of fan fanaticism towards their idols, especially in Stan K-Pop Twitter. Through a qualitative approach, this study aims to see how media construction affects the K-Pop fan culture on Twitter, including those of doing digital vigilantism in order to defend their idols. Based on the 6 informants interviewed, this research found that vigilantism is something that is actually frowned upon but still considered normal because of other values which have been constructed and established among the fandoms. The role and participation of other K-Pop fans is necessary in preventing further normalization of digital vigilantism among K-Pop fan community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahnaz Savitri
"Perkembangan teknologi terutama penggunaan media sosial memungkinkan terbentuknya beragam komunitas online, di mana salah satunya adalah komunitas fandom K-pop di media sosial Twitter yang disebut K-Pop Stan Twitter. Penelitian ini akan berfokus pada salah satu fandom K-Pop yang bernama Inner Circle. Penelitian ini akan menggunakan metode etnografi digital untuk menjelaskan bagaimana anggota fandom Inner Circle membentuk identifikasi mereka saat mereka menegosiasikan produktivitas dan budaya partisipasi mereka melalui platform media sosial. Temuan dari penelitian ini menyatakan bahwa identifikasi dapat mencakup tiga dimensi: inti, isi, dan perilaku. Inti dari fandom Inner Circle diartikulasikan dalam kiasan positif ―fandom yang dewasa‖, yang ditunjukkan oleh keyakinan, nilai, norma, dan rutinitas kelompok, yang dibandingkan dengan kelompok lain. Identifikasi juga diperkuat melalui pengalaman kelompok, sejarah dan tradisi, dan ritual di mana penggemar sama-sama membangun makna. Demografi, anggota fandom, ukuran fandom yang kecil, interaksi parasosial, serta audiens yang dibayangkan, adalah faktor-faktor yang memengaruhi proses identifikasi. Penelitian ini akan menjelaskan motivasi penggemar bergabung dengan Stan Twitter, serta alasan mereka menggunakan akun Twitter khusus penggemar. Penelitian ini juga memperhatikan dua jenis teks penggemar yaitu tweet penggemar serta profil Twitter penggemar yang merupakan cara anggota menunjukkan dedikasi dan semangat untuk fandom mereka. Selain itu, penelitian ini akan menunjukkan bagaimana penggemar membentuk representasi selebritas yang menjadi objek fandom mereka pada komunitas fandom virtual yang dibayangkan.

The development of technology, especially the use of social media, allows the formation of various online communities, one of which is the K-Pop fandom community on Twitter called K-Pop Stan Twitter. This research will focus on one of the K-Pop fandoms named Inner Circle. This study then draw on digital ethnographic data to explore how members of inner Circle fandom form their identification as they negotiate their productivity and participatory culture through online social media platforms. The findings of this study suggest that identification can include three dimensions: core, content, and behavior. The core of the Inner Circle fandom is articulated in the positive tropes of “mature fandom”, represented by the group’s beliefs, values, norms, and routines, as compared to other groups. Identification is also strengthened through group experience, history and tradition, and rituals in which fans build meaning together. Demographic, fandom size, parasocial interactions, and imagined audience are factors influencing the identification process. This study will explain fans' motivations to join Stan Twitter, as well as the reasons they are using a Twitter fan acoount. This study also pays attention to two types of fan text, namely fan tweets and fan Twitter profiles which are one way for members to show their dedication and passion for their fandom. In addition, it will show how fans shape the representation of celebrities who are the object of their fandom in an imagined virtual fandom community."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library