Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muh. Junaidi
Abstrak :
ABSTRACT
Politeness, speech act and discourse have become an interest area of language use in context. Attention has been drawn to the universality of politeness strategies across the culture. This study examines the nature of pattern of communication in terms of politeness, speech acts and discourse in sasak speech community. The subject of the studi is 1 Tuan Guru giving religious speech in silkur village. Participantobservaton is used as the method of data collection in this study. A video recording was used to collect data. Result of the study shows that reminding and sugesting are not acts of indicating or threatening addressees' negative face, but possitive strategies used to minimized the threat for adresses' possitive face and negative one as means of saving addressees' negative face. These three variables were interrealted to dechiper the nature of speech pattern of language use in the sasak speech community. the notion of face should be analyzed according to norms and cultural values such acts in different speech communities. Hence, the universality of communicative action and the type of speech act in a given speech community are crucial variable to sctinize the language use in context.
Mataram: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 MBSN 11:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Ferizky Fadli
Abstrak :
Dalam dunia perfilman saat ini dikenal istilah sulih suara atau dubbing, sebuah istilah yang merujuk pada kegiatan mengubah audio percakapan dalam sebuah film menjadi bahasa lain sehingga bahasa film tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Analisis dilakukan pada sebuah film animasi karya Hayao Miyazaki yang berjudul Spirited Away. Bahasa yang digunakan dalam film ini adalah bahasa Jepang, namun setelah ditayangkan di Netflix, memiliki beberapa opsi pilihan sulih suara dalam bahasa lain, salah satunya yaitu bahasa Arab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tindak tutur ekspresif berbahasa Arab digunakan dalam film Spirited Away yang telah disulih suara berbahasa Arab. Dalam proses analisis data, data dianalisis berdasarkan teori tindak tutur ekspresif yang dikemukakan oleh Searle (1976), dan Guiraud, et al. (2011) serta teori tindak tutur ekspresif milik Austin (1962). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskrpitif dengan pendekatan pragmatik. Setelah dilakukan analisis, ditemukan tindak tutur ekspresif sebanyak 53 data dalam film Spirited Away. Tuturan tersebut terdiri atas: (1) Thanking (terima kasih) sebanyak 15 data; (2) Disapproving (ketidaksetujuan) sebanyak 8 data; (3) Praising (memuji) sebanyak 5 data; (4) Accusing (menuduh) sebanyak 5 data; (5) Welcoming (ungkapan menyambut atau selamat datang) sebanyak 5 data; (6) Approving (menyetujui) sebanyak 3 data; (7) Sadness (kesedihan) sebanyak 3 data; (8) Protesting (memprotes) sebanyak 3 data; (9) Guilt (rasa bersalah) sebanyak 2 data; (10) blaming (menyalahkan) sebanyak 2 data; (11) Apologizing (meminta maaf) sebanyak 2 data. Hasil analisis menunjukkan bahwa sulih suara bahasa Arab dalam film ini memadukan dua budaya, yaitu Jepang dan Arab, dalam aspek keramahtamahan dan kesopanan dalam interaksi sosial. ......In the world of filmmaking today, the term dubbing is well known. It refers to the activity of changing the audio conversations in a film into another language so that the film's language can be understood by a wider audience. An analysis is conducted on an animated film by Hayao Miyazaki titled "Spirited Away." The language used in this film is Japanese, but after being broadcasted on Netflix, it offers several dubbing options in other languages, including Arabic. The aim of this research is to analyze how expressive speech acts in the Arabic language are used in the film "Spirited Away" after being dubbed in Arabic.During the process of data analysis, the data is analyzed based on the theory of expressive speech acts proposed by Searle (1976) and Guiraud, et al. (2011), as well as Austin's (1962) theory of expressive speech acts. The method used in this research is qualitative-descriptive research with a pragmatic approach. After the analysis, a total of 53 instances of expressive speech acts were found in the film "Spirited Away." These expressions consist of: (1) Thanking with 15 instances; (2) Disapproving with 8 instances; (3) Praising with 5 instances; (4) Accusing with 5 instances; (5) Welcoming with 5 instances; (6) Approving with 3 instances; (7) Sadness with 3 instances; (8) Protesting with 3 instances; (9) Guilt with 2 instances; (10) Blaming with 2 instances; (11) Apologizing with 2 instances. The analysis results indicate that the Arabic dubbing in this film combines two cultures, Japanese and Arab, in terms of hospitality and politeness in social interactions.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Andriani
Abstrak :
Setiap filsuf mencoba mencari totalitas kebenaran realitas. Realitas menjadi ?ada? bila dibahasakan. Bahasa membuat objek yang tadinya tidak dikenali, menjadi teridentifikasi dan termaknai. Namun, bahasa selalu berpolar, terbatas dan kontingen sehingga kebenaran objektif yang ingin dicapai pun tidak pernah tuntas terungkap, ia selalu lepas. Ketidakmungkinan menemukan realitas objektif juga disebabkan oleh adanya proses speech-acts di dalam komunikasi. Ketika seorang filsuf menyampaikan kebenaran realitas, ia tidak hanya sekedar mengemukakan apa yang ia temukan melalui ucapan konstantif, tetapi dibalik tuturannya, ada tindakan performative agar orang percaya terhadap apa yang ia temukan. Mereka membuat kebenaran subjektif seolah-olah objektif.
Every philosopher always in effort to find truth of reality. Reality could be ?valid? if it expressed. Language makes unidentified object have meaning. But language expressed in polarity, imitation, and contingency so the idealized objective truth always in pursuit. The impossibility of finding objective reality also caused by speech-acts process in communication. When a philosopher delivers a truth of reality, s/he not only giving what s/he found by constantive utterance but also implies performative act to influence people. They turn subjective truth into objective ones.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16121
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Marcellino Budiman
Abstrak :
Penelitian ini meneliti tentang tuturan memuji dalam 14 data dalam bentuk unggahan dalam media sosial Instagram dengan tulisan pendek berbahasa Jepang tentang produk roti yang terlampir dalam penelitian ini melalui perspektif dari J. L. Austin (1962), John Searle (1979), dan I Dewa Putu Wijana (1996). Penelitian ini diteliti dengan teknik analisis wacana dan menjelaskan secara deskrpitif sehingga bisa dimasukkan kepada dua kategori dengan tujuan menentukan jenis tuturan memuji. Penelitian ini telah menemukan adanya tuturan memuji langsung dan taklangsung pada data yang terlampir. ......This research has done a research of compliment speech acts in 14 pieces of data in the form of Instagram posts of bread-related products that have captions in Japanese language that was attached onto this research with the perspectives of J. L. Austin (1962), John Searle (1979) and I Dewa Putu Wijana (1996). This research was done using the discourse analysis method and giving descriptive explanations toward the compliment acts that is categorized within two categories with the purpose of determining what kind of speech act is used. This research has found the usage of direct and indirect speech act on the aforementioned attached data.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Fadhilah
Abstrak :
Saat ini, memelihara hewan adalah bagian dari hidup masyarakat. Tempat yang menjadi sarana sekaligus prasarana perawatan hewan peliharaan adalah Pet Shop. Ulasan-ulasan yang dilontarkan pada laman Google Review sebuah Pet Shop berasal dari pengalaman pemilik hewan yang pernah mengunjungi Pet Shop tersebut. Masalah yang akan diangkat dari penelitian ini adalah jenis tindak tutur memuji, strategi pujian dan hubungan antara jenis tindak tutur memuji dan strategi pujian. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pedekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dengan teknik analisis konten. Teori yang digunakan adalah teori jenis tindak tutur memuji Holmes (1988) dan strategi pujian Herbert (1986). Data yang dianalisis adalah tuturan yang terdapat dalam ulasan laman Google Review Mikky Pet Shop. Berdasarkan analisis data ditemukan 4 jenis tindak tutur yang terdiri atas 11 tindak tutur memuji penampilan, 23 tindak tutur memuji kemampuan atau kinerja, 17 tindak tutur memuji kepemilikan, dan 13 tindak tutur memuji kepribadian. Kemudian strategi yang ditemukan sebanyak 7 strategi pujian, yaitu kekaguman sebanyak 7 tindak tutur, anggapan sebanyak 43 tindak tutur, kontras sebanyak 1 tindak tutur, evaluasi sebanyak 15 tindak tutur, penjelasan sebanyak 21 tindak tutur, dan permintaan sebanyak 2 tindak tutur dan pernyataan keinginan sebanyak 1 tindak tutur. Strategi-strategi ini mayoritas memiliki pola yang sama, yaitu memuji pelayanan dari Mikky Pet Shop. Namun dalam penelitian ini, tidak ditemukan tindak tutur memuji dengan strategi candaan. Setelah dihubungkan, artikel ini menemukan bahwa ada hubungan antara jenis tindak tutur menurut Holmes (1988) dan strategi pujian menurut Herbert (1986). Secara keseluruhan, strategi anggapan paling banyak digunakan untuk tiap-tiap jenis tindak tutur memuji. Jenis-jenis tersebut adalah tindak tutur memuji penampilan, tindak tutur memuji kepemilikan, dan tindak tutur memuji kepribadian. Pengecualian terlihat pada tindak tutur memuji kinerja dan kemampuan. Untuk tindak tutur kinerja dan kemampuan, strategi yang paling banyak digunakan adalah strategi evaluasi. ......Nowadays, raising animals is part of people's lives. A place that is both a facility and an infrastructure for pet care is a Pet Shop. Reviews made on the Google Review page for a Pet Shop come from the experience of animal owners who have visited the Pet Shop. The issues that will be raised from this study are the classification of speech acts of compliment, compliment strategies and the relationship between the classification of speech acts of compliment and compliment strategies. This study designed using a qualitative descriptive approach. The approach used in this study is an approach with content analysis techniques. The theory used is the speech act compliment’s classification by Holmes (1988) and compliment strategy by Herbert (1986). The data analyzed are the speech acts contained in the Google Review page of Mikky Pet Shop. The findings found 4 classifications of speech acts of compliment. The 4 classifications of speech acts consist of 11 speech act of complementing appearance, 23 speech act of complementing ability or performance, 17 speech act of complementing possession, and 13 speech act of complementing personality. Then the strategies found were 7 compliment strategies, namely 7 speech acts of admiration, 43 speech acts of assumption, 1 speech act of contrast, 15 speech acts of evaluation, 21 speech acts of explanation, and 2 speech acts of requests and 1 speech act of statements wishes. The majority of these strategies have the same pattern, complementing the services of Mikky Pet Shop. However, in this study, there were no speech acts using joking strategies. After being linked, this article finds that there is a relationship between the classification of speech acts according to Holmes (1988) and compliment strategies according to Herbert (1986). Overall, the assumption strategy is most widely used for each type of speech act of compliment. These types are speech acts complementing appearance, speech acts complementing possession, and speech acts complementing personality. Exceptions are seen in speech acts praising performance and ability. For performance and ability speech acts, the most widely used strategy is the evaluation strategy.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Alif Rayhan
Abstrak :
Dialogue subtitling telah menjadi bagian penting dari video game modern dan terikat pada proses di mana subtitle dialog diterjemahkan dari bahasa sumber asli (SL) ke bahasa target lain (TL) (Pelwood, 2021). Gagasan ini sesuai dengan video game online populer Genshin Impact di mana game ini menggabungkan terjemahan subtitle ke dialog karakternya. Jumlah interaksi karakter game yang tinggi di Genshin Impact menghasilkan berbagai tindak tutur yang ditemukan dalam dialog karakter yang memiliki pengaruh pada strategi subtitling yang digunakan oleh penerjemah. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana tindak tutur dalam dialog karakter di Genshin Impact diterjemahkan menggunakan teori strategi subtitling Gottlieb. Proses analisis dimulai dengan mengevaluasi dan mengklasifikasikan jenis-jenis tindak tutur dan strategi subtitling yang digunakan oleh penerjemah. Kemudian, data dianalisis untuk melihat tren dalam proses penerjemahan. Hasil makalah menunjukkan strategi subtitling yang konsisten digunakan untuk menerjemahkan kategori tindak tutur tertentu. Proses penerjemahan dialog karakter di Genshin Impact mencakup strategi parafrase, transfer, imitasi, kondensasi, dislokasi, ekspansi, transkripsi, peniadaan, dan strategi pengunduran diri. ......Dialogue subtitling has been an important part of modern video games and is bound to be a process where dialogue subtitle is translated from its original source language (SL) to another target language (TL) (Pelwood, 2021). This notion sticks true to the popular online role-playing video game Genshin Impact where the game incorporates subtitle translation to its characters' dialogue. The high number of game characters’ interactions in Genshin Impact results in a variety of speech acts found in the character dialogue which has an influence on the subtitling strategies employed by the translator. Thus, this paper aims to explore how speech acts in character dialogue in Genshin Impact are translated using Gottlieb's subtitling strategies theory. The analysis process starts with evaluating and categorizing the types of speech acts and subtitling strategies used by the translator. Then, the data are analysed to see the trends in the translation process. The results of the paper indicate consistent subtitling strategies employed for translating specific categories of speech acts. The translation of characters’ dialogues process in Genshin Impact includes paraphrase, transfer, imitation, condensation, dislocation, expansion, transcription, decimation, and resignation strategies.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yusri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan menjelang pemilihan gubernur tahun 2013 khususnya dalam aspek kesopanan berbahasa dan bagaimana hubungan antara budaya tutur masyarakat Sulawesi Selatan dengan maksim kesopanan berbahasa yang secara universal diikuti. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan pragmatik. Data dalam penelitian ini ialah data tertulis, yakni tuturan para calon gubernur Sulawesi Selatan yang diambil dari media cetak terbesar di Sulawesi Selatan, yakni Harian Fajar dan Tribun Timur selama 4 bulan, yaitu bulan April, Mei, Juni, dan Juli. Data yang berupa tuturan para politisi dikaji berdasarkan maksim-maksim yang secara universal diikuti untuk menunjukkan kesopanan berbahasa terhadap lawan tuturnya. Dalam melakukan pemaknaan, peneliti juga memperhatikan konteks tutur budaya masyarakat Sulawesi Selatan. Maksim-maksim yang digunakan adalah maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim pemufakatan, dan maksim simpati. Penelitian ini menemukan bahwa tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan yang sesuai dengan maksim kesopanan berbahasa cenderung mengikuti maksim penghargaan, tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan yang melanggar maksim kesopanan berbahasa cenderung mengikuti maksim kesederhanaan. Berdasarkan berbagai tuturan yang dianalisis, dapat dilihat bahwa tuturan calon gubernur Sulawesi Selatan cenderung sesuai dengan maksim kesopanan berbahasa. Beberapa tuturan yang diinterpretasikan dengan konteks budaya tutur masyarakat Sulawesi Selatan memperlihatkan bahwa terdapat kesesuaian antara budaya tutur masyarakat Sulawesi Selatan dengan maksim kesopanan berbahasa yang peneliti gunakan.

The research looks into the Governor Candidate of South Sulawesi’s representation of speech acts leading up to the governor’s election in 2013, in particular into politeness and the relation between cultural speech acts in South Sulawesi society and universal politeness maxim. The research is qualitative with pragmatic approach. This research uses written data from the utterances of the South Sulawesi’s incumbent Governors printed in the biggest mass media in South Sulawesi—Harian Fajar and Tribun Timur—for 4 months, in April, May, June, and July. The data, in the form of utterances produced by the politicians, are analyzed based on maxims that are universally used to show politeness towards their addresses. In analyzing meanings, researchers also consider the cultural context in which speech acts occured in South Sulawesi society. The maxim involved tact maxim, generosity maxim, approbation maxim, modesty maxim, agreement maxim, and sympathy maxim. The research finds that the utterances by the incumbent Governors of South Sulawesi conform to politeness maxim in accordance with approbation maxim, while the utterances by the governor candidate of South Sulawesi that violate the politeness maxim tend to adhere to modesty maxim. Utterances that are analyzed show that the utterances produced by the governor candidate of South Sulawesi are more likely to conform to politeness maxim. Several utterances that are interpreted within South Sulawesi cultural context of speech acts show that there is appropriateness between cultural speech act in South Sulawesi society and maxim of politeness used in this research.
Universitas Negeri Makassar. Lembaga Penelitian, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Muryantina
Abstrak :
Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tidak semata-mata digunakan hanya untuk menyampaikan makna tertentu pada pihak kawan bicara, tetapi juga untuk menunjukkan sikap kita terhadap kawan bicara dan topik pembicaraan. Tuturan yang mencerminkan tindakan pembicara terhadap seseorang atau sesuatu disebut "tindak tutur". Dalam tindak tutur manusia, terdapat daya pragmatik yang diharapkan terjadi setelah tuturan tersebut diujarkan. Daya pragmatik ini dapat disampaikan baik dengan cara langsung maupun tidak langsung. Dalam penuturan tidak langsung, sering terdapat implikasi makna yang sering kali tergantung pada elemen-elemen kontekstual. Salah satu konteks penting dalam memahami implikatur adalah kebudayaan. Dalam film Everything is Illuminated (2005) terdapat banyak tindak tutur dan implikatur dalam dialog tokoh Alexander Perchov dan Jonathan Foer. Sering kali kedua tokoh ini saling tidak memahami tindak tutur dan implikatur yang mereka gunakan pada satu sama lain. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Temuan dari penelitian ini adalah perbedaan kebudayaan antara kedua tokoh sangat berpengaruh terhadap proses pemahaman dan penggunaan tindak tutur dan implikatur. ......Language, in daily use, doesn't only function as a medium to communicate meanings to the addressee, but also to show the speaker_s attitudes toward the addressee and the discussed topic. Utterances that indicate the speaker's attitude towards something or someone are usually called 'speech acts'. Each of these speech acts has a pragmatic force that expects something to happen when the speech act is uttered. This pragmatic force could be expressed directly and indirectly. In implied speech acts, there are implications of meanings that often depend on contextual elements. One of the important contextual elements to understand the implicatures is culture. In the movie Everything is Illuminated (2005), there are so many speech acts and implicatures in Alexander Perchov dan Jonathan Foer's dialogues. Both characters often don_t understand each others speech acts and implicatures. These misunderstandings happen because they have different cultural backgrounds. The finding of the research is that the different cultural background of the speakers really influences the comprehension and the using of speech acts and implicatures
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13961
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nandafitri
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas aspek pragmatik pembangun humor dalam pementasan Opera Van Java. Aspek pragmatik yang digunakan dalam analisis adalah praanggapan, implikatur, tuturan, dunia kemungkinan, dan konteks. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan aspek pragmatik yang digunakan Opera Van Java dalam membangun humor. Selain itu, dalam skripsi ini juga dijelaskan bentuk atau cara penyampaian humor dalam pementasan Opera Van Java.
ABSTRACT
This thesis talks about pragmatic aspects of humor?s construction in Opera Van Java. Pragmatic aspects which are used in this thesis are presupposition, implicature, speech acts, possible world, and context. This thesis aims to expain pragmatic aspects which are used in Opera Van Java to construct humor. Besides that, this thesis talks about how Opera Van Java convey its humor.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42271
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Clarita Michelle Tan
Abstrak :
Tindak tutur menolak dalam bahasa Jepang pada umumnya disampaikan secara tidak langsung dengan moda verbal. Namun, tampaknya anak-anak Jepang tidak hanya menggunakan moda verbal pada saat menolak. Berdasarkan pengamatan awal, tampaknya anak-anak Jepang menggunakan moda verbal dan nonverbal pada saat menolak. Oleh karena itu, variasi moda verbal dan nonverbal menolak pada anak menarik untuk dicermati. Permasalahan penelitian ini adalah multimodalitas respons menolak dalam bahasa Jepang oleh anak usia 2–4 tahun. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan respons anak ketika menolak, baik secara verbal maupun nonverbal. Data penelitian ini adalah 7 video respons menolak anak ketika orang tua meminta anaknya untuk melakukan sesuatu. Video itu diperoleh dari acara reality show yang berjudul Hajimete no Otsukai. Temuan penelitian ini adalah pola multimodalitas respons menolak, yaitu (i) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal mengangguk, menunduk, menangis, menatap ibu, (ii) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menunduk, menatap ayah, melihat ke kanan, (iii) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menunduk, menatap ayah, menggelengkan kepala, (iv) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menunduk, menangis, melihat ayah, menggelengkan kepala, melihat ke kiri, bersandar pada ayah, (v) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal menangis, mengusap tangan, menarik ibu, (vi) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal melihat ayah, membuka dan menutup pintu, mundur selangkah, (vii) respons tuturan menolak disertai moda nonverbal melihat ibu, melihat ke kanan dan kiri, berjalan pulang. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak Jepang cenderung menolak dengan menggabungkan moda verbal dan nonverbal. ...... Refusal speech act in Japanese is generally conveyed indirectly with the verbal mode. However, it seems that Japanese children do not only use verbal modes when refusing. Based on initial observations, it seems that Japanese children use both verbal and nonverbal modes when refusing. Therefore, the variety of verbal and nonverbal modes of refusing by children is interesting to observe. The problem of this study is the multimodality of refusal responses in Japanese by 2–4 years old children. The purpose of this study is to explain children's responses when refusing, both verbally and nonverbally. The data of this study are 7 videos of children's refusal responses when parents ask their children to do something. The videos were obtained from a reality show called Hajimete no Otsukai. The findings of this study are multimodality patterns of refusal responses, (i) refusal speech response with nonverbal modes of nodding, looking down, crying, looking at mother, (ii) refusal speech response with nonverbal modes of looking down, looking at father, looking to the right, (iii) refusal speech response with nonverbal modes of looking down, looking at father, shaking the head, (iv) refusal speech response with nonverbal modes of looking down, crying, looking at father, shaking the head, looking to the left, leaning on the father, (v) refusal speech response with nonverbal mode of crying, rubbing hands, pulling mother, (vi) refusal speech response with nonverbal mode of looking at father, opening and closing the door, taking a step back, (vii) refusal speech response with nonverbal mode of looking at mother, looking to the right and left, walking home. This shows that Japanese children tend to refuse by combining verbal and nonverbal modes.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>