Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kimberly Gabrielle Batanghari
Abstrak :
Prevalensi soil-transmitted helminthes (STH) tinggi di Indonesia, terutama di daerah padat penduduk dan berpenghasilan rendah. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi STH adalah kunci penanggulangan masalah ini. Tujuan riset ini untuk mengetahui efektifitas penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan tentang pencegahan infeksi STH pada anak panti. Studi eksperimental ini dilakukan di panti asuhan kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Koleksi data dilakukan tanggal 10 Juni 2012 dimana anak panti asuhan diminta mengisi kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan. Kuesioner meliputi pertanyaan tentang pencegahan infeksi STH. Data diolah menggunakan program SPSS versi 11.5 dan diuji dengan chi square test dan marginal homogeneity. Hasil yang didapat sebagai berikut; Dari 142 anak, 59 (41,5%) laki-laki dan 83 (58,5%) perempuan berpartisipasi, 78 (54,9%) berpendidikan SD, 55 (38.7%) SMP dan 9 (6.4%) SMA. Tingkat pengetahuan respoden tidak berhubungan dengan karakteristik demografi (chi square, p>0,05). Sesudah penyuluhan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan sedang dan baik 33 (23,2%) menjadi 42 (29.6%) dan 1 (0.7%) menjadi 14 (9.9%). Tingkat pengetahuan buruk menurun dari 108 (76,1%) menjadi 86 (60,6%). Terdapat perbedaan bermakna pada Uji marginal homogeneity (p<0,001). Disimpulkan penyuluhan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan anak panti asuhan mengenai pencegahan STH.
Prevalence of soil-transmitted helminthes (STH) infection is high in Indonesia, especially amongst those who live in crowded, low-income areas. The knowledge of preventive measures towards STH infection, mainly A. lumbricoides and T. Trichuria could be the pivotal answer in reducing the spread of STH infections. The aim of this research is finding out the effectiveness of health education with the hopes of increasing the knowledge level of the subjects. This experimental study was conducted in an orphanage located in Lubang Buaya, East Jakarta on 10th of June 2012 by filling up questionnaires before and after health education was given. All subjects participated. Questionnaire contains questions pertaining preventive measures to avoid STH infections. Data was processed with SPSS version 11.5 and tested with chi- square test and marginal homogeneity. Collected information showed 59 (41.5%) male and 83 (58.5%) female participants. Of the 142 correspondents, 78 (54.9%) were in primary school, 55 (38.7%) in middle school and 9 (6.4%) in high school. Before and after health education showed an increase in knowledge levels for fair and good; from 33 (23.2%) to 42 (29.6%) and 1 (0.7%) to 14 (9.9%) respectively. Marginal homogeneity test showed a significant difference with p<0.001 between the orphans? knowledge level before and after health education. To conclude, health education for respondents was effective in increasing the knowledge level towards prevention of STH.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Fitry B.J.
Abstrak :
Infeksi soil transmitted helminths STH menyerap nutrisi hospes sehingga dapat mengakibatkan gangguan gizi dan anemia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak pengobatan albendazol 400 mg selama tiga hari berturut-turut terhadap prevalensi anemia pada anak yang terinfeksi STH di Desa Perobatang, Sumba Barat Daya. Penelitian ini menggunakan desain pre and poststudy dan data diambil pada bulan Juli 2016 dan bulan Januari 2017. Semua anak yang berusia 1 ndash;15 tahun dijadikan subjek penelitian kemudian dilakukan pemeriksaan feses dengan metode kato katz dan pemeriksaan Hb menggunakan rapid test diagnostic strip. Selanjutnya subjek diberikan albendazol 400 mg selama tiga hari berturut-turut yang diminum di depan peneliti. Enam bulan setelah pretest dilakukan pemeriksaan ulang feses dan Hb post test untuk mengetahui apakah terjadi penurunan prevalensi STH dan peningkatan Hb. Dari 156 subjek yang diperiksa, prevalensi A. lumbricoides, T. trichiura dan cacing tambang adalah 65,4 ; 55,8 ; 14,7 , prevalensi anemia 71,2 . Setelah diberikan albendazol triple dose, pevalensi A. lumbricoides, T. trichiura dan cacing tambang menurun menjadi 32,1 ; 51,3 , dan 0 , prevalensi anemia turun menjadi 25 . Terdapat perbedaan bermakna pada prevalensi STH dan sebelum dan sesudah pemberian albendazol triple dose Mc Nemar, p=0,001 . Disimpulkan albendazol triple dose efektif menurunkan STH dan menurunkan anemia.
Soil transmitted helminths STH infections absorb hosts rsquo s nutrients and lead into nutritional disorder and anemia. The aim of the study was to determine the treatment effect of albendazole 400mg for three consecutive days on the prevalence of anemia in STH infected children in Perobatang Village, Southwest Sumba. Pre and post study design was used in this study and data was taken in July 2016 and January 2017. Children aged 1 15 years were subjected to this study, fecal samples were examined using kato katz method, and Hb tested using rapid test diagnostic strip. Subsequently, subjects were given 400mg albendazole for three consecutive days and witnessed by the researchers. Six months following the pretest, re examination of the stool and Hb post test was done to determine whether there is a decrease in STH prevalence and an increase of Hb. From the 156 subjects examined, the prevalence of A. lumbricoides, T. trichiura and hookworm were consecutively 65.4 , 55.8 , 14,7 , and the prevalence of anemia was 71,2 . After a triple dose of albendazole administration, A. lumbricoides, T. trichiura and hookworm decreased to 32.1 , 51.3 , and 0 , and the prevalence of anemia decreased to 25 . There was a significant difference in STH prevalence before and after the administration of triple dose albendazole Mc Nemar, p 0.001 . As a conclusion, triple dose of albendazole is effective in reducing STH infection and anemia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Kurniawati
Abstrak :
ABSTRAK
Tanah merupakan media penularan penyakit cacing usus. Kontaminasi tanah permukiman menjadi indikator pencemaran tanah oleh tinja penderita infeksi kecacingan dari kelompok soil transmitted helminths (STH). Prevalensi kecacingan di Kabupaten Pandeglang cukup tinggi sebesar 43,78%. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan kontaminasi tanah permukiman oleh telur/larva cacing dengan infeksi kecacingan pada siswa SD. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang pada Januari s.d. Juni 2016 dengan desain kasus kontrol terhadap 56 kasus dan 62 kontrol. Proporsi tanah permukiman yang terkontaminasi telur/larva cacing sebesar 43,20%. Hasil penelitian tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara kontaminasi tanah permukiman oleh telur/larva cacing dengan infeksi kecacingan (OR 1,696; 95% CI 0,813 ? 3,535). Sedangkan variabel yang signifikan berhubungan dengan infeksi kecacingan pada siswa SD antara lain jamban keluarga (OR 2,423; 95% CI 1,147 ? 5,119), kebiasaan BAB (OR 3,12; 95% CI 1,312 ? 7,421), dan kebiasaan cuci tangan (OR 4,407; 95% CI 2,034 ? 9,547). Analisis multivariat menunjukkan bahwa kontaminasi tanah permukiman oleh telur/larva cacing tidak berhubungan secara signifikan dengan infeksi kecacingan pada siswa SD. Kontaminasi tanah permukiman oleh telur/larva cacing merupakan salah satu variabel confounding dalam infeksi kecacingan pada siswa SD dan kebiasaan cuci tangan sebagai variabel yang paling dominan dan signifikan berhubungan dengan infeksi kecacingan pada siswa SD; OR = 4,395 (95% CI 1,982 - 9,745). Diperlukan upaya untuk meningkatkan pendidikan dan promosi kesehatan kepada masyarakat untuk hidup bersih dan sehat terutama praktik cuci tangan pakai sabun dan kebiasaan BAB serta akses masyarakat terhadap jamban keluarga yang memenuhi syarat.
ABSTRACT
Soil is a media transmission of intestinal diseases caused by helminth. The presence of helminth eggs/larvae in the soil residential as an indicator of soil contamination by human faeces. The prevalence of helminthiases in Pandeglang quite high at 43.78%. The aim of this study was to analyze the associations between residential soil contamination by eggs/larvae of the helminth parasite and helminthiases on elementary students. This study was conducted in Pandeglang in January to June 2016 with case control design of the 56 cases and 62 controls. The proportion of residential soil contaminated eggs/larvae was 43.20%. This study found no significant associations between residential soil contamination by eggs/larvae of the helminth parasite with helminthiases in school children (OR 1.696; 95% CI 0.813 to 3.535). While significant association of using of family toilets (OR 2.423; 95% CI 1.147 to 5.119), bowel habits (OR 3.12; 95% CI 1.312 to 7.421), and handwashing (OR 4.407; 95% CI 2.034 to 9.547 ) with the school children. Multivariate analysis showed that soil contamination settlement by eggs / larvae is not significantly associated with helminthiases. Contamination of soil residential by eggs / larvae of the helmiths was one of the confounding variables in helminthiases and hand washing as the most dominant variable and significantly related to helminthiases on elementary school students; OR = 4.395 (95% CI 1.982 to 9.745). Efforts were needed to improve public access to eligible family latrines and health education and promotion to the community for clean and healthy living especially hand washing for school children
2016
T46527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Aulia
Abstrak :
Infeksi soil-transmitted helminth (STH) merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama di dunia, terutama di negara berkembang. Keberadaan dan aktivitas STH di tubuh inang dapat menyebabkan perubahan pada mukosa usus, termasuk menyebabkan kerusakan sel yang dapat mempengaruhi permeabilitas usus dan menstimulasi respon imun seperti inflamasi. Studi ini dilakukan untuk menentukan status inflamasi dan permeabilitas usus pada berbagai status infeksi parasit cacing usus pada anak usia balita di Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Sampel tinja yang diperoleh dari anak berusia 20-59 bulan diperiksa keberadaan telur cacing dengan metode Kato-Katz dan diukur konsentrasi biomarker permeabilitas dan inflamasi usus dengan metode Enzyme-linked immunosorbent assay. Biomarker permeabilitas usus yang digunakan adalah α-1-antitripsin (AAT) fekal sedangkan biomarker inflamasi usus yang digunakan adalah calprotektin fekal (FC). Prevalensi infeksi STH pada penelitian ini adalah 17,12%, dengan spesies dominan A. lumbricoides diikuti oleh T. trichiura. Sebagian besar anak memiliki AAT terdeteksi (64,71%), sedangkan hasil sebaliknya ditemukan untuk FC (35,06%). Status infeksi STH tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan status konsentrasi AAT, termasuk ketika dianalisis dengan spesies STH. Hubungan yang signifikan hanya ditemukan antara infeksi T. trichiura dan status konsentrasi FC. Sebagian besar anak mengalami peningkatan permeabilitas usus, tetapi tidak selalu disertai inflamasi usus. Infeksi STH tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan biomarker tinja kecuali antara status infeksi T. trichiura dan biomarker inflamasi usus yang mungkin dapat dijelaskan oleh perilaku spesies ini pada habitatnya dalam tubuh inang. ......Soil-transmitted helminth (STH) infection is still a major health problem in low-and middle-income countries (LMIC). The presence and activity of STH can cause changes in the intestinal mucosa, including cell damage that can affect intestinal permeability and stimulate immune responses such as inflammation. This study investigated the inflammatory and permeability status of the intestinal mucosa in various status of STH infection in preschool-age children (PSC) residing in Nangapanda District, Ende Regency, East Nusa Tenggara. Stool samples were obtained from children aged 20-59 months, and were then examined for worm eggs using Kato-Katz method and measured for the concentrations of biomarkers of intestinal permeability and inflammation by Enzyme-linked Immunosorbent assay. Intestinal permeability biomarkers were represented by fecal α-1-antitrypsin (AAT), while intestinal inflammation biomarkers were represented by fecal calprotectin (FC). The prevalence of STH infection in this study was 17.12%, with A. lumbricoides as the predominant species followed by T. trichiura. Most children had detectable AAT (64,71%), while the opposite result was found for FC (35,06%). STH infection status did not have a significant association with AAT concentration status, including when analyzed by STH species. A significant association was only found between T. trichiura infection and FC concentration status. Most children had increased gut permeability, but not necessarily accompanied by gut inflammation. STH infection did not have a significant correlation with fecal biomarkers except between T. trichiura infection status and gut inflammatory biomarker, which might be explained by the feeding habit of this spesies.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jason Rahmadi Ruslie
Abstrak :
Trichuris trichiura adalah soil-transmitted helminths (STH) yang umum ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dengan sanitasi yang buruk. Banyak anak-anak usia prasekolah dan sekolah tinggal di daerah dimana parasit ini secara intensif ditransmisikan, dan membutuhkan pengobatan dan intervensi pencegahan segera. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan prevalensi anemia pada anak-anak baik yang terinfeksi T. Trichiura maupun anak-anak yang tidak terinfeksi yang tinggal di daerah endemik desa Nangapanda, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai Juni 2010. Metode analisa feces yang digunakan adalah konsentrasi formol-ethyl asetat and analisa darah dengan menggunakan alat sysmex KX 21 untuk mengukur anemia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional analitik. Data sekunder diperoleh dari Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jumlah peserta bertotal 262 anak. Penelitian ini menunjukkan bahwa risiko terinfeksi Trichuris pada anak usia 12-14,99 tahun secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dalam kelompok usia 5-11,99. Namun, korelasi antara infeksi T.trichiura dan status anemia ditemukan tidak signifikan bahkan setelah disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak. Pada kesimpulan, tidak ada hubungan yang signifikan antara infeksi trichiura Trichuris dengan status anemia peserta penelitian. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memperjelas adanya hubungan Trichuris trichiura dan anemia, beserta dengan jenis cacing lainnya. ......Trichuris trichiura is a soil-transmitted helminth (STH) which is commonly found throughout the world, especially in tropical areas with poor sanitation. Many preschool-age children and school-age children live in areas where these parasites are intensively transmitted. The objective of this study was to determine the prevalence of anemia in T. trichiura infected children and non-infected children living in endemic area of Nangapanda village, Ende district, East Nusa Tenggara. The research was performed from May to June 2010. Formol-ethyl acetate concentration method was used to analyze the stool sample and blood analysis sysmex KX21 was used to measure anemia. This study used analytical cross sectional design. Secondary data was obtained from the Department of Parasitology, Faculty of Medicine University of Indonesia. Total participants were 262 children. The risk of having Trichuris infection in children aged 12-14.99 years was significantly lower compared to those in the 5-11,99 age group. However, the relationship between T. trichiura infection and anemia status was not significant even after adjusted to age and gender. In conclusion, there were no significant relationship between T. trichiura infection with the anemia status of the participants. Further study by using cohort design should made to elucidate the relationship between Trichuris trichiura and anemia, including other types of helminthes as well.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Irvin Rembrant Holleritz
Abstrak :
Latar Belakang: Infeksi Soil-transmitted helminths merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Faktor risiko infeksi STH adalah jumlah anggota keluarga dan kepadatan keluarga di daerah endemis STH. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui hubungan jumlah anggota keluarga, luas rumah, dan kepadatan keluarga terhadap prevalensi STH pada keluarga anak Sekolah Dasar. Metode: Penelitian menggunakan desain potong-lintang dengan kuesioner untuk memperoleh data demografi, dan pemeriksaan tinja untuk menilai infeksi STH di Kalibaru dan Batu Ampar pada tahun 2012 hingga 2014. Hasil: Prevalensi STH keluarga di Kalibaru dan Batu Ampar secara berurutan sebesar 64,8% dan 10,4%. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara jumlah anggota keluarga dalam satu rumah dengan infeksi STH pada keluarga (p = 0,767), namun di Kalibaru, jumlah anggota keluarga sedikit merupakan faktor proteksi terhadap infeksi STH di keluarga (OR = 0,899, 95% CI = 0,445-1,817). Uji statistik menunjukkan hubungan bermakna antara luas rumah dengan infeksi STH pada keluarga (p = 0,038). Selain itu, kepadatan keluarga memiliki hubungan bermakna dengan infeksi STH pada keluarga (p = 0,003). Keluarga yang padat meningkatkan risiko terjadinya infeksi STH dalam keluarga (OR = 2,326, 95% CI = 1,332-4,062). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan infeksi STH di keluarga. Terdapat hubungan antara luas rumah dan kepadatan keluarga dengan infeksi STH di keluarga.
Background: Soil-transmitted helminths (STH) infection is a national health problem. The risk factors are number of family members and family density in endemic areas. This research was conducted to find the association between number of family members, house's area, and family density towards STH prevalence in school-age children?s families. Methods: Cross-sectional method was used, with questionnaire to collect demographic data and fecal examination to gain STH infection status in Kalibaru and Batu Ampar from 2012 to 2014. Results: Family?s STH prevalence in Kalibaru and Batu Ampar were 64.8% and 10.4%, respectively. There was no significant relation between the number of family members and STH infection in family (p = 0.767). However, in Kalibaru, lesser family member was protective against STH infection (OR = 0.899, 95% CI = 0.445-1.817). Statistics showed significant relationship between house?s area and STH infection in family (p = 0.038). There was significant relationship between family density and STH infection in family (p = 0.003). Dense family increases family?s STH infection risk (OR = 2.326, 95% CI = 1.332-4.062). Conclussion: It is concluded that there is no relationship between the number of family members and STH infection within family. House's area and family density is associated with STH infection in family.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maringga, Fredy Rodeardo
Abstrak :
Latar Belakang: Di Indonesia, angka prevalensi infeksi Soil-transmitted helminths masih cukup tinggi, terutama di populasi siswa sekolah dasar dan yang menjadi faktor risiko utama terjadinya infeksi adalah faktor sosioekonomi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dan tingkat pendidikan orangtua terhadap infeksi STH di keluarga siswa Sekolah Dasar. Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan desain potong-lintang (cross-sectional). Data pekerjaan dan pendidikan orangtua diperoleh melalui kuesioner. Status infeksi tinja diperoleh melalui pemeriksaan sampel tinja yang dikumpulkan oleh siswa SD Kalibaru (Jakarta Utara) dan MI Al Amin Batuampar (Jakarta Timur), serta keluarganya. Pemeriksaan sampel tinja menggunakan metode Kato-katz. Hasil: Dari 207 keluarga yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan prevalensi STH pada keluarga siswa sekolah dasar di Kalibaru adalah sebesar 64,8% dan pada siwa sekolah dasar di Batuampar adalah sebesar 10,4%. Tidak didapatkan hubungan antara pekerjaan bapak dengan infeksi STH di keluarga (p=0,052; p>0,05) dengan OR=2,46, 95% CI = 0,97-6,20. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan infeksi STH di keluarga (p=0,512; p>0,05) dengan OR=1,041, 95% CI = 0,511-2,12. Tingkat pendidikan bapak yang rendah menjadi faktor risiko infeksi STH di keluarga (p=0,001; p<0,05) dengan OR=2,52, 95% CI = 1,42-4,44. Demikian juga dengan tingkat pendidikan ibu yang rendah juga menjadi faktor risiko infeksi STH di keluarga (p=0,008; p<0,05) dengan OR=2,25, 95% CI = 1,234-4,105. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan bapak dan ibu dengan infeksi STH di keluarga. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan bapak dan ibu dengan infeksi STH di keluarga.
Background: High prevalence of soil-transmitted helminthes in Indonesia, especially in elementary school students is mainly affected by the socioeconomic factors. This research was aimed to find out the relationship between parental occupation and education level towards the prevalence of STH in elementary school student?s families. Method: This research was conducted using cross-sectional design. Parental occupation and education level was obtained from the questionnaire. The STH infection status was obtained from the examination of fecal sample collected by the students of Kalibaru Primary School and Madrasah Ibtidaiyah Al Amin Batuampar and their families. The fecal sample examination was conducted using Kato-katz method. Result: From 207 families which fulfilled the inclusion criterias, the prevalence of STH is 64.8% in Kalibaru Primary School and 10.4% in Madrasah Ibtidaiyah Al Amin. There was no direct effect from father?s occupation toward the prevalence of STH among families (p=0.052; p>0.05) with OR=2.46, 95% CI = 0.97-6.20. There was no significant relation between the mother?s occupation and the prevalence of STH among families (p=0.008; p<0.05) with OR=2.25, 95% CI=1.234-4.105. Low father?s educational level is risk factor for STH infection in families (p=0.001; p<0,05) with OR=2.52, 95% CI = 1.42-4.44. Low mother?s educational level is also a risk factor for STH infection in families (p=0.008; p<0.05) with OR=2.25, 95% CI = 1.234-4.105. Conclusion: There is no relationship between parental occupation and prevalence of STH among families. There is significant relationship between both of mother's and father's level of education with prevalence of STH among families.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ichsan Sulaiman Taufik
Abstrak :
Angka infeksi soil-transmitted helminths (STH) masih tinggi di Indonesia, terutama di daerah tertinggal yang memiliki kriteria sulit air serta tingkat sanitasi dan higiene yang rendah seperti di Sumba Barat Daya SBD . Desa Perobatang merupakan salah satu desa tertinggal di SBD yang penduduknya rentan terinfeksi STH karena memiliki kebiasaan penduduk buang air besar sembarangan BABS. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengobatan massal Penelitian ini menggunakan studi fixed cohort prospective. Data diambil empat kali, yaitu pada bulan Juli dan 2 minggu setelahnya, Oktober 2016, dan Januari 2017. Data infeksi STH didapatkan dari hasil pengumpulan feses warga menggunakan metode Kato Katz dan diperiksa menggunakan mikroskop cahaya. Sampel diperiksa lagi setelah 2 minggu pengobatan menggunakan albendazole triple dose 400mg untuk mengetahui angka kesembuhan dan diperiksa lagi setelah 3 dan 6 bulan pasca pengobatan untuk mengetahui kejadian reinfeksi. Dari pemeriksaan 3 bulan berkala, didapatkan sebagian besar pasien infeksi yang sudah sembuh mengalami reinfeksi secara intensif, yaitu reinfeksi A.lumbricoides sebesar 33 dengan rincian 19 pada bulan ke-3 dan 14 pada bulan ke-6 dan reinfeksi T.trichiura sebesar 9 dengan rincian 2 pada bulan ke-3 dan 7 pada bulan ke-6, sedangkan pada cacing tambang tidak terdapat kasus reinfeksi.
Soil transmitted helminths STH infection rate is relatively high in Indonesia, especially in deprived area with lack of water availability, poor sanitation and hygiene, such as Sumba Barat Daya SBD . Perobatang village is one of the deprived villages in SBD where its villagers are vulnerable to be infected by STH as they have the habit of open defecation. This study aimed to evaluate the mass treatment using albendazole 400mg given for 3 days consecutively. This was a cohort fixed prospective study design. Data were collected four times, on July 12, July 26, October 2016, and January 2017. STH prevalence was obtained by collecting villagers rsquo stool samples that will be processed using Kato Katz method and be examined using microscope. The stool samples were collected again at 2 week post treatment to determine the cure rate and at 3 and 6 months post treatment to determine the incidence of re infection. At 3 months post treatment, most of the recovered patients from infection are intensively re infected A.lumbricoides re infection of 33 with details 19 in 3 months and 14 in 6 months and T.trichiura re infection of 9 with details 2 in 3 months and 7 in 6 months, while there is no re infection in hookworm.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Salima Ridwan
Abstrak :
Prevalensi STH yang tinggi di Asia 67 dapat menyebabkan malnutrisi, anemia, gangguan kognitif, serta gangguan pertumbuhan. Albendazol 400mg triple dose merupakan antelmintik spekrum luas namun efektivitasnya berbeda-beda di setiap wilayah. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan penelitian untuk mengetahui manfaat deworming menggunakan albendazol triple dose terhadap status gizi anak di Desa Perobatang, Kabupaten Sumba Barat Daya. Penelitian dilakukan dengan desain pre-post study, data diambil pada bulan Juli 2016 dan Januari 2017. Subjek 1-15 tahun diminta mengumpulkan feses untuk diperiksa dengan metode kato katz untuk diagnosis STH, antropometri, dan minum albendazol 400mg tiga hari berturut-turut. Data diolah dengan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi STH sebelum diberikan deworming adalah 95,5 dengan rincian T.trichiura 85,2 , A.lumbricoides 71,6 , dan cacing tambang 18,2 . Setelah diberikan albendazol triple dose, prevalensi STH menurun signifikan uji McNemar, p< 0,001 menjadi 53,4 dengan rincian T.trichiura 39,8 , A.lumbricoides 22,7 , dan cacing tambang 1,1 . Sebelum deworming, subjek yang memiliki status gizi baik 33 , gizi kurang 47,7 , dan gizi buruk 19,3 . Setelah deworming, jumlah subjek dengan gizi baik meningkat menjadi 75 dan gizi kurang menjadi 25 ; gizi buruk tidak ditemukan. Disimpulkan deworming dengan albendazol triple dose efektif meningkatkan status gizi anak di Desa Perobatang.
High prevalence of STH in Asia 67 could lead into malnutrition, anemia, cognitive impairment, and growth disorders. Triple dose albendazole 400mg is a broad spectrum antihelminthic agent, however its effectiveness varies in every region. This study is to determine the benefits of deworming using albendazole triple dose on children rsquo s nutritional status in Perobatang Village, Southwest Sumba District. The study was conducted with pre post study design data was taken in July 2016 and January 2017. Subjects age 1 to 15 years of age were asked to collect the stool for the examination with kato katz method for the diagnosis of STH, anthropometry, and taking albendazole 400mg for three consecutive days. Data were processed with SPSS version 20. Results showed the prevalence of STH prior to the treatment was 95.5 T.trichiura 85.2 , A.lumbricoides 71.6 , and hookworm 18.2 . Post treatment showed the prevalence of STH decreased significantly McNemar test, p
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifasti Yasmin Arfiananda
Abstrak :
Latar belakang: Prevalensi Soil-transmitted helminths (STH) masih tinggi di Indonesia, terutama di daerah dengan keterbatasan akses air untuk bersih dan aman, dan kurangnya edukasi tentang pentingnya higienitas dan sanitasi, seperti Desa Panimbang di Panimbang, Banten, Indonesia. Penduduk Desa Panimbang, terutama anak usia sekolah berisiko terinfeksi STH karena salah satu kebiasaan buruk mereka yaitu buang air besar secara terbuka. Pada tahun 2018, Sungkar et al. mengumpulkan feses anak usia sekolah pada SDN Panimbang 01 dan 03, mengobati yang terinfeksi STH dengan tiga dosis albendazole, mengumpulkan feses mereka kembali dua minggu setelah pengobatan, dan menemukan hampir semua anak yang sebelumnya positif menjadi sembuh atau negatif. Satu tahun setelah pengobatan pertama, Sungkar et al. ingin mengevaluasi kembali pengobatan dengan tiga dosis albendazole yang diberikan tahun lalu. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort untuk mengevaluasi data infeksi STH sebelum dan sesudah intervensi. Data sesudah intervensi yang diukur adalah data satu tahun setelah pengobatan pertama di tahun sebelumnya. Hasil: Pada tahun 2018, 40,8% dari 382 subyek terinfeksi dengan STH. Pada tahun 2019, prevalensi infeksi STH menurun menjadi 24,6%. Terdapat 216 subyek yang berpartisipasi sebelum dan sesudah pengobatan dengan albendazole. Prevalensi infeksi STH pada 216 subyek tersebut juga menurun, dari 41,7% menjadi 22,7%. Kedua penurunan ini signifikan secara statistik (p value < 0,05). Proporsi infeksi untuk semua tipe STH menurun secara signifikan. Namun untuk askariasis, penurunan yang signifikan hanya ditemukan pada perempuan (p value < 0,05), dan untuk trichuriasis, penurununannya tidak signifikan untuk kelompok umur 10-12 tahun (p value 0,021). Berdasarkan pengamatan telur cacing pada feses anak, terdapat penurunan jumlah telur rata-rata yang signifikan untuk askariasis dan trichuriasis. Kesimpulan: Prevalensi dan intensitas infeksi STH satu tahun setelah pengobatan dengan tiga dosis albendazole menurun secara signifikan. ......Introduction: Soil-transmitted helminths (STH) prevalence is still high in Indonesia, especially in areas with limited access to clean and safe water, and lack of education about the importance of hygiene and sanitation, such as Panimbang Village in Panimbang, Banten, Indonesia. The villagers of Panimbang village, especially the school-aged children, are at risk of STH infection due to their bad habits of open defecation. In 2018, Sungkar et al. collected the school-aged children of SDN Panimbang 01 and 03 stool, treated the positive students with triple-dose albendazole, collected their stool again two weeks after treatment, and found that almost all positive students were cured. One year later after the first treatment, Sungkar et al. would like to re-evaluate the triple-dose albendazole treatment a year ago. Method: This study uses a cohort design to evaluate pre and post intervention data of STH infections in which the re-measurement is conducted in one year period post prior study. Result:In 2018, 40,8% of 382 subjects are infected by STH. The prevalence of STH infection in 2019 dropped to 24,6%. There were 216 subjects who were present before and after albendazole treatment. The prevalence of STH infection in 2018 and 2019 has decreased as well from 41.7% to 22.7%. The decreases were both statistically significant (p<0,05). The proportion of infection for all types of STH infection have all reduced significantly. However, for ascariasis, the significant reduction only happens in female (p value < 0.05), and as for trichuriasis, there were no significant reduction for 10-12 years old group (p value 0.021). Based on helminths’ eggs examination in the children’s stool, there was a significant reduction in the average number of eggs for both ascariasis and trichuriasis. Conclusion: One year after triple-dose albendazole treatment, the prevalence and intensity of STH infection has decreased significantly.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>