Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simamora, Stevy Elisabeth Dame
Abstrak :
Di Indonesia berdasarkan hasil riskesdas tahun 2013 menunjukkan angka nasional BBLRyaitu sekitar 10,2 . Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Global Adult TobaccoSurvey GATS tahun 2011 diperoleh hasil bahwa 67 laki-laki di Indonesia merokok. 1 Sementara itu pada tahun 2011-2015 prevalensi perokok pasif yang terpapar asaprokok di rumah sekitar 78.4, lebih dari separuh perokok pasif adalah kelompok rentanseperti perempuan dan balita. 2. Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui hubunganpaparan asap rokok dari suami pada wanita usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR.Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui hubungan paparan asap rokok dari suami padawanita usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR.Penelitian ini menganalisis data IFLS V tahun 2014. Jumlah wanita usia 15-57 tahun yangmenjadi responden IFLS V sebanyak 2.721 orang. Sebanyak 1.599 orang menjadi totalsampel karena telah memenuhi syarat kriteria inklusi yaitu wanita usia 15 ndash; 57 tahundengan anak kelahiran terakhir yang lahir hidup dalam kurun waktu 2007-2015, Pernahmelahirkan. Sedangkan kriteria ekslusi yaitu : data tentang riwayat merokok suamidanvariabel kovariat tidak lengkap, dan ibu merupakan perokok aktif.Proporsi ibu usia 15-57 tahun yang terpapar asap rokok dari suami adalah 73,5 .Proporsi bayi dengan berat lahir rendah yang dilahirkan oleh ibu yang terpapar asaprokok dari suami pada penelitian ini adalah 7,74, dan proporsi bblr pada ibu yang tidakterpapar asap rokok dari suami yaitu 6,86 . Terdapat hubungan yang tidak bermaknaantara merokok pasif pada ibu usia 15-57 tahun dengan kejadian BBLR dengan 1,096 CI95 0,721-1,66 setelah dikontrol oleh variabel riwayat kunjungan ANC.Pengaruh paparan asap rokok terhadap kejadian BBLR setelah dikontrol oleh variabelriwayat kunjungan ANC tidak bermakna. Meskipun faktor yang mempengaruhi BBLRsangat banyak dan kompleks, namun hal ini dapat dicegah sejak dini. Salah satunyamelalui melindungi masyarakat dari paparan asap rokok melalui upaya pencegahan danpromosi kesehatan. ...... In Indonesia based on the results of Riskesdas Basic Health Research in 2013 showsthe national rate of LWB is about 10.2 . Based on a survey conducted by Global AdultTobacco Survey GATS in 2011, it was found that 67 of men in Indonesia smoke. 1 Meanwhile in 2011 2015 the prevalence of passive smokers exposed to cigarette smokeat home is about 78.4, more than half of passive smokers are vulnerable groups suchas women and toddlers. 2 . Objective This study to see the effect of exposure to husbands cigarette smoke with theLWB.Method This study analyzed IFLS V data in 2014. A total of 1,599 people into the totalsample because it has fulfilled the inclusion criteria, namely women aged 15 57 yearswith the last born birth of children in the period 2007 2015, Ever give birth. While theexclusion criteria are data about husbans smoking history and covariate variable isincomplete, and mother is active smoker.Results 73.5 of husbands were smokers. The proportion of infants with low birthweight born to mothers exposed to cigarette smoke from husbands in this study was7.74, and the proportion of bblr in mothers not exposed to cigarette smoke fromhusbands was 6.86. There was no significant relationship between passive smoking inwomen aged 15 57 years with LWB incidence with 1.096 95 CI 0.721 1.66 aftercontrolled by antenatal care ANC visit variables.Conclusion The effect of exposure to husbands smoke with the LWB after controlled byantenatal care ANC visit history variable is not significant. Although the factors thataffect LBW are very numerous and complex, but this can be prevented early on. One ofthem through protecting people from exposure to cigarette smoke through preventionefforts and health promotion.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita
Abstrak :
ABSTRAK
Proporsi perokok di Indonesia meningkat setiap tahunnya dengan usia perokok pemula yang semakin muda. Merokok memberikan dampak kerugian ekonomi pada perokok dan juga orang yang terpapar asap rokok. Penelitian dari beberapa negara membuktikan berhenti merokok dapat menurunkan utilisasi pelayanan kesehatan dan pengeluaran kesehatan dibanding tidak berhenti merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko berstatus mantan perokok dengan utilisasi pelayanan kesehatan pada peserta JKN tahun 2016. Desain studi adalah potong lintang dengan pendekatan kuantitatif. Menggunakan data sekunder Susenas dan Podes dengan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 75.352 individu. Analisis regresi logistik multinomial multivariabel dilakukan dengan proses analisis faktor risiko. Dari analisis diketahui laki-laki berstatus mantan perokok meningkatkan utilisasi rajal saja, ranap saja, dan rajal dan ranap sebesar 1,3 kali (b= 3%; p=0,017), 2,6 kali (b=94%; p=0,000), dan 1,7 kali (b=55%; p=0,000) lebih besar dibanding laki-laki bukan perokok, setelah dikontrol dengan status perkawinan, proporsi ART mantan perokok, dan persepsi keparahan. Dapat disimpulkan adanya riwayat merokok pada laki-laki berhubungan dengan peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan dibanding bukan perokok, terlebih yang tidak berhenti merokok. Peningkatan utilisasi pelayanan kesehatan akan berdampak pada peningkatan pengeluaran kesehatan. Upaya promosi tidak merokok dan kampanye berhenti merokok harus terus ditingkatkan.
ABSTRACT
The proportion of smokers in Indonesia continues to increase annually and with younger age of new-smokers. Smoking causes substantial economic losses for smokers as well as secondhand smokers. A plenitude of research from many countries proves that quitting smoking can reduce healthcare utilization and spending compared to those that do not quit smoking. This study aims to determine the relationship of risk factors of former smokers with healthcare utilization among JKN members in 2016. This is a cross- sectional study with a quantitative approach using Susenas and Podes data with samples meeting the inclusion and exclusion criteria of 75,352 individuals. Multivariable multinomial logistic regression analysis was performed through the risk factor analysis process. The analysis revealed that male ex-smokers increase the utilization of outpatient only, inpatient only, and outpatient and inpatient by 1.3 times (b=23%; p= 0.017), 2.6 times (b=94%; p=0.000), and 1.7 (b=55%; p=0.000) than male nonsmokers, after controlling for marital status, proportion of former smokers among household members, and perception of severity. It can be concluded that a smoking history among men is associated with the increase in healthcare utilization, more than for non-smokers and more so for those who do not quit smoking. Increased healthcare utilization will result in increased health spending. Efforts for non-smoking and smoking cessation campaigns should be prioritized and improved.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Cyntia Putri
Abstrak :
ABSTRACT
Latar Belakang : Nitric oxide (NO) merupakan sistem pertahanan non spesifik yang berperan sebagai antibakterial di dalam rongga mulut yang dapat ditemukan di dalam saliva. Tujuan : Mengetahui hubungan konsentrasi NO sebagai sistem pertahanan non spesifik dengan derajat kebersihan gigi dan mulut yang dinilai melalui skor OHI-S. Metode : Sampel yang diteliti adalah saliva unstimulated dan diukur dengan metode Griess Reagent pada 50 subjek dewasa muda yang terdiri dari dua kelompok, yaitu 25 subjek perokok dan 25 subjek non perokok. Indeks skor OHI-S dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Metode analisis yang digunakan adalah uji statistik Independent T-test, dan korelasi Spearman. Hasil : Konsentrasi NO saliva pada dewasa muda perokok lebih tinggi dari non perokok dengan adanya perbedaan bermakna (p < 0,05) dan hubungan antara konsentrasi NO dengan skor indeks OHI-S adalah positif sedang dengan tidak ada hubungan yang signifikan (r = 0,305, p > 0,05). Kesimpulan : Konsentrasi nitric oxide saliva pada perokok meningkat diakibatkan oleh kondisi kebersihan rongga mulut subjek yang buruk.
ABSTRACT
Background: Nitric oxide (NO) is a non-specific defense system that acts as an antibacterial in the oral cavity which can be found in saliva. Objective: To determine the relationship between NO concentration as a non-specific defense system and the degree of oral hygiene as assessed by the OHI-S score. Methods: The sample studied was unstimulated saliva and measured by the Griess Reagent method on 50 young adult subjects consisting of two groups, namely 25 smoking subjects and 25 non-smoking subjects. The OHI-S score index was categorized into good, moderate, and bad. The analytical method used is the Independent T-test statistical test, and the Spearman correlation. Results: NO salivary concentration in young adult smokers was higher than non-smokers with a significant difference (p <0.05) and the relationship between NO concentration and OHI-S index score was moderate positive with no significant relationship (r = 0.305, p> 0.05). Conclusion: The concentration of salivary nitric oxide in smokers is increased due to poor oral hygiene conditions in the subject.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rowella Octaviani
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku merokok staf administrasi pria di UI tahun 2009, dengan disain potong lintang dan metode tidak acak accidental sampling. Lebih dari setengah (56%) responden adalah perokok dan 37,5% dari mereka adalah perokok berat (>10 batang/hari). Pengetahuan responden mengenai penyakit akibat rokok sudah cukup baik namun mereka masih belum memahami zat-zat yang terkandung dalam rokok. Sikap staff administrasi terhadap perokok pasif, peraturan mengenai KTR dan pelarangan iklan, cukup positif. Namun mereka masih saja merokok di lingkungan kampus. Hal ini disebabkan rokok masih diperdagangkan di lingkungan kampus UI, harga rokok masih murah dan belum terlaksananya peraturan KTR di kampus UI. Saran, perlu dibuat peraturan yang melarang penjualan rokok di kampus UI dan UI menerapkan peraturan KTR disertai dengan pengawasan yang ketat dan pemberian sanksi yang tegas.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Akhir Matua
Abstrak :
Di tengah kontroversi terhadap kekhawatiran bahaya merokok dan perkembangan industri rokok di Indonesia, studi ini memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi (determinan) probabilitas merokok dan besamya jumlah konsumsi rokok. Studi ini menganalisis data individu berskala nasional yang diperoleh dari IFLS-1997 dengan menggunakan 'sample selection model'. Hasil studi ini menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah konsumsi rokok berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi merokok. Dua variabel ekonomi, harga rokok dan pendapatan memiliki hubungan yang signifikan dengan besamya jumlah konsumsi rokok, dimana harga rokok berpengaruh negatif dan pendapatan berpengaruh positif. Variabel-variabel sosiodemografi-sebagai proksi 'selera'--yang secara signifikan memiliki hubungan dengan jumlah konsumsi rokok adalah umur, pendidikan, jenis kelamin dan status perkawinan. Wilayah dan daerah tempat tinggal jugs memiliki hubungan yang signifikan dengan besamya jurnlah konsumsi rokok.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Fachrizal
Abstrak :
ABSTRAK
Secara visual, sulit untuk membedakan antara perokok dan bukan perokok bahkan untuk dokter atau dokter gigi yang berpengalaman. Salah satu cara yang paling obyektif untuk mengenali lidah perokok adalah dengan menggunakan alat seperti kamera. Penelitian yang relevan menemukan bahwa kelainan pada permukaan lidah dapat ditangkap oleh kamera HS pada rentang spektrum 650 - 900 nm. Sistem yang diusulkan terdiri dari dua bagian, perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras terdiri dari rangka aluminium, slider, sebuah sumber cahaya halogen dan kamera HS dengan rentang spektral antara 400-1000 nm yang terhubung ke komputer. Sistem dilengkapi oleh perangkat lunak pengolah citra hiperspektral yang dirancang untuk mendeteksi lidah perokok. Nilai reflektansi permukaan lidah diekstraksi dari citra lidah responden yang sebelumnya dikoreksi dengan menggunakan referensi citra hiperspektral gelap dan terang. Merata-ratakan data reflektansi spektral disetiap region lidah dilakukan untuk mengubah fitur yang ada menjadi ruang dimensi yang lebih kecil. Principal Component Analysis PCA digunakan untuk menghitung dan memilih subset fitur yang akan digunakan sebagai input oleh pengklasifikasi. Support vector machine SVM digunakan sebagai model klasifikasi citra karena kinerjanya sangat baik untuk memilih separator hyperplane terbaik di antara dua kelas yang berbeda. Sejumlah sampel citra lidah diakuisisi, diolah dan diklasifikasikan sebagai lidah perokok dan bukan perokok oleh sebuah sistem pengukuran hiperspektral. Evaluasi hasil sistem diperiksa menggunkan confusion matriks dengan menjadikan false positive rate FPR , false negative rate FNR , sensitivity dan specificity sebagai parameter kehandalan sistem. Validasi terhadap hasil pengukuran dilakukan menggunakan metode k-fold cross validation dengan rata-rata error klasifikasi SVM sebagai parameter akurasi sistem prediksi. Sistem deteksi perokok untuk mengidentifikasi smoker rsquo;s melanosis ini berhasil mengklasifikasi lidah perokok dan bukan perokok dengan akurasi yang baik.Kata kunci: Hiperspektral, SVM, Fingerprint, Lidah, Perokok.
ABSTRACT
Visually, it is difficult to diffrentiate between smoker and non smoker tongue even for an experienced doctor or dentist. One of the most objective way to acknowledge the smoker tongue is by using tools such as camera. The relevant research found that lession on tongue surface possible to be captured by hiperspektral camera in spectral range 650 ndash 900 nm. The proposed system contains of two parts, hardware and software. The hardware consists of workbench, slider, a halogen light source and hyperspectral camera with spectral range between 400 1000 nm connected to personal computer. The system complemented with hiperspektral image processing software built up especially to analyse the smoker tongue. The reflectance values of tongue surface was extracted from respondent tongue image that previously corrected using white and dark hiperspektral image references. Averaging all of spectral data have been done to transform the existing features into a lower dimensional space. The principal component analysis PCA was used to compute and select the features subset which will be used as an input by the classifier. The support vector machine SVM classifier is used as image classification model since it perform excellent to choose the best hyperplane separator between two difference classes. A number of samples of the tongue image were acquired, processed and classified as smokers and non smokers tongue by a hyperspectral measurement system. The evaluation of system result is checked using confusion matrix by making false positive rate FPR , false negative rate FNR , sensitivity and specificity as system reliability parameters. Validation of the measurement results was done using k fold cross validation method with average error classification SVM as parameter of system prediction accuration. Smoker detection system to identify smoker rsquo s melanosis is successfully classify the tongue of smokers and non smokers with good accuracy.Keywords Hiperspektral, Reflectance, Smoker, Tongue, Diagnosis, SVM, PCA
2017
T49745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbullah
Abstrak :
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ada sekitar 70 juta perokok aktif di Indonesia. Apabila dihitung dari populasi penduduk Indonesia ada 28,62% penduduk yang merokok di tahun 2023 dan persentase ini meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak 0,36%. Perilaku merokok ini menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit paru-paru kronis, kerusakan gigi, penyakit mulut, stroke, serangan jantung, kanker rahim, gangguan mata, dan kerusakan pada rambut. Untuk menekan jumlah perokok di Indonesia, diperlukan sistem untuk deteksi perokok. Deteksi perokok saat ini memakan biaya yang mahal, bantuan ahli, dan sistem yang kompleks. Oleh karena itu, deep learning dengan algoritma Convolutional Neural Network hadir sebagai solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Skripsi ini membahas bagaimana merancang sistem deep learning dengan Convolutional Neural Network (CNN) untuk keperluan deteksi wajah perokok. Skripsi ini juga membahas bagaimana pengaruh berbagai skenario jumlah data pelatihan dan data pengujian serta penambahan ekstraksi fitur wajah terhadap metrik evaluasi . Hasil dari rancangan dievaluasi dengan metrik evaluasi kalkulasi loss function, akurasi, dan F1 score. Hasil simulasi menunjukan skenario data pelatihan 70% dan data pengujian 30% adalah skenario terbaik dengan nilai metrik evaluasi pengujian pada skenario ini sebesar 2.236 untuk loss, 54.5% untuk akurasi, dan 34.9% untuk F1 score. Skenario ini diimprovisasi dengan adanya penambahan ekstraksi fitur perokok pada awal preprocessing yang ditandai dari penurunan loss sebesar 65.65%, peningkatan akurasi sebesar 19%, dan peningkatan F1 score sebesar 24.08%. ......The 2023 Indonesian Health Survey (SKI) conducted by the Ministry of Health (Kemenkes) reported that there are approximately 70 million active smokers in Indonesia. This accounts for 28.62% of the Indonesian population in 2023, representing a 0.36% increase from the previous year. Smoking behavior leads to various diseases such as chronic lung disease, tooth damage, oral diseases, stroke, heart attacks, uterine cancer, eye disorders, and hair damage. To reduce the number of smokers in Indonesia, a smoker detection system is necessary. Current smoker detection methods are expensive, require expert assistance, and involve complex systems. Therefore, deep learning with Convolutional Neural Network (CNN) algorithms presents a solution to address these issues. This thesis discusses how to design a deep learning system using Convolutional Neural Networks (CNN) for smoker face detection. It also examines the impact of different training and testing data scenarios and the addition of facial feature extraction on evaluation metrics. The designed system is evaluated using metrics such as loss function calculation, accuracy, and F1 score. The simulation results show that a scenario with 70% training data and 30% testing data is the best scenario, yielding evaluation metric values of 2.236 for loss, 54.5% for accuracy, and 34.9% for F1 score. This scenario was improved with the addition of smoker feature extraction in the preprocessing stage, resulting in a 65.65% reduction in loss, a 19% increase in accuracy, and a 24.08% increase in F1 score.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi Widowaty
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai perilaku merokok pada siswa SMP. Hal ini dilatarbelakangi meningkatnya jumlah perokok muda di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh stereotipi perokok dan konformitas terhadap perilaku merokok sebagai upaya untuk memahami faktor-faktor yang dapat menjadi prediktor perilaku merokok pada siswa SMP. Pada stereotipi perokok, peneliti menggunakan hasil penelitian terdahulu dan hasil elisitasi. Sedangkan aspek konformitas disusun berdasarkan alasan untuk melakukan dan tidak melakukan konformitas (Baron & Byrne, 2003). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain ex post facto field study. Partisipan penelitian ini adalah 120 siswa SMP di Jakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa stereotipi perokok dan konformitas memberikan sumbangan yang signifikan terhadap perilaku merokok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa stereotipi perokok dan konformitas dapat dijadikan sebagai prediktor pada perilaku merokok siswa SMP. Hasil analisis multiple regression, R =0, 631, R2 = .398, menunjukan bahwa stereotipi perokok dan konformitas secara bersama-sama menyumbang sebesar 39,8 % terhadap perilaku merokok pada siswa SMP. Di antara stereotipi perokok dan konformitas, ditemukan bahwa stereotipi perokok memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap perilaku merokok siswa SMP. Selain itu, melalui hasil analisis t-test ditemukan adanya perbedaan stereotipi perokok dan konformitas yang signifikan antara partisipan yang merokok dan yang tidak merokok. ......The research studies smoking behavior among middle school students. This research's aim is to examine how much smoker stereotype and conformity influence smoking behavior on middle school students. To measure smoker stereotype the research uses the previous research and elicitation. While aspects of conformity arranged by reasons to conform and not to conform (Baron & Byrne, 2003). The design of this research is ex post facto field study. Participants of this research are 120 middle school students in Jakarta. This research's results that smoker stereotype and conformity influence smoking behavior in middle school student. This meant that smoker stereotype and conformity was predictors toward smoking behavior on middle school students. The multiple regression analysis showed R =0, 631, R2 = .398. This meant that smoker stereotype and conformity were effectively contribution 39,4 %. Smoker stereotype had greater contribution than conformity. Beside that, this research also finds that there is a significant difference in smoker stereotype and conformity between smokers and non smokers.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Maulana
2012
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3   >>