Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Pascal Komala
Abstrak :
Di negara berkembang prevalensi skabies sekitar 6 27 dari populasi umum dan lebih tinggi pada anak anak dan remaja Pengetahuan mengenai pencegahan berperan penting dalam menanggulangi skabies Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan usia tingkat pendidikan sumber informasi lama sakit skabies dengan tingkat pengetahuan santri akan pengobatan skabies di Pesantren X Jakarta Selatan dan peran penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri akan pengobatan skabies di Pesantren X Jakarta Selatan Pada dasarnya penelitian ini menggunakan desain ekperimental yang diimplementasikan dengan mekanisme pre post study Data diambil di Jakarta anggal 9 Mei 2013 pada 100 santri yang sebelum penyuluhan diberikan kusioner dan sesudahnya Kuesioner terdiri atas 5 pertanyaan yang mengaju kepada pengobatan skabies Pada penelitian didapatkan data sebelum penyuluhan santri yang memiliki pengetahuan baik 7 orang 7 pengetahuan sedang 25 orang 25 dan buruk 68 orang 68 Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara usia jenjang pendidikan sumber informasi dan lama menderita skabies dengan pengetahuan mengenai pengobatan skabies Setelah penyuluhan guru dengan tingkat pengetahuan baik adalah 23 orang 23 cukup 37 orang 37 dan kurang 40 orang 40 Berdasarkan uji marginal homogeneity didapatkan perbedaan bermakna p 0 01 pada tingkat pengetahuan yang dimiliki santri sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan Disimpulkan bahwa penyuluhan memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan santri mengenai pengobatan skabies guna hasil pengobatan yang lebih baik.
In developing countries the prevalence of skabies approximately 6 27 of the general population and is higher in children and adolescents Knowledge about prevention plays an important role to eradicate scabies Aim of this study is to acknowledge the relationship of age level of education resources history of previous scabies with knowledge level of students in the boarding school would be the treatment of skabies X South Jakarta and the role of education on the level of knowledge of students will be the treatment of skabies in Pesantren X South Jakarta This research be made basicly by experimental research implemented with pre post study mechanism The collection of data was organized in Jakarta May 9th 2013 About 100 students participated to fill out questionnaires before and after counseling This quessionaire contained 5 questions regarding the treatment of scabies The result of the pre counseling quessionnaire showed that students who have a good knowledge level is 7 7 mild 25 students 25 and poor 68 students 68 There is no significant relationship in age level of education resources and long suffering with the knowledge of the treatment of scabies After being given counseling the teacher with good knowledge level 23 people 23 mild 37 people 37 and poor 40 people 40 Based on the marginal homogenity test it was concluded that there is significant differences p 0 01 at the level of knowledge of students before and after health education In conclusion counseling served effectivity in upgrading students knowledge about the treatment of scabies to improve the outcome of the disease
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hirzi Salsabil Zulkarnain
Abstrak :
Prevalensi skabies di Indonesia tinggi terutama di tempat padat penduduk seperti pesantren. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi skabies dan hubungannya dengan karakteristik santri di Pondok Pesantren X, Jakarta Timur. Penelitian cross-sectional ini dilakukan di pesantren X, Jakarta Timur pada tanggal 10 Juni 2012. Kuesioner dibagikan untuk mengidentifikasi perilaku subjek, diikuti dengan anamnesis dan pemeriksaan dermatologi untuk menegakkan diagnosis. Subjek adalah semua santri madrasah aliyah dan madrasah tsanawiyah yang hadir pada waktu pengambilan data. Data dianalisis dengan chi-square test. Hasil menunjukkan bahwa prevalensi skabies di Pesantren X adalah 50%. Ada perbedaan signifikan antara prevalensi skabies dan tingkat pendidikan para santri namun tidak ada perbedaan signifikan dengan jenis kelamin dan perilaku. Lesi kebanyakan ditemukan di daerah sela-sela jari tangan, abdomen, kaki, bokong, dan daerah genital. Area yang paling sering terkena lesi skabies adalah daerah sela-sela jari tangan. Kesimpulannya, ada hubungan antara prevalensi skabies dan tingkat pendidikan, namun tidak dengan tingkat pendidikan dan jenis kelamin. Juga bisa disimpulkan bahwa lesi paling banyak menetap di sela-sela jari tangan. ...... Prevalence of scabies in Indonesia is very high, especially in crowded places such as Islamic boarding schools. The purpose of this research is to study the prevalence of scabies and its association with the characteristics of students in Pesantren X, Jakarta Timur. This cross-sectional study was conducted in pesantren X, Jakarta Timur on June 10th, 2012. Diagnosis was performed by anamnesis and dermatological examination, followed by handing out questionnaires to identify subjects? behavior. Research subjects including all madrasah tsanawiyah and madrasah aliyah patients who were present at the time of study. Data was analyzed using chi-square test. The results show that the prevalence of scabies in Pesantren X is 50%. There is a significant difference between the prevalence of scabies and educational level of the santri but not with gender and behavior. Most lesions are found in interdigital space of the hand, abdomen, leg, buttocks, and genital area. Interdigital space of the hand is the most frequent location infested with scabies lesion. In conclusion, there is an association between the prevalence of scabies with the educational level of the subjects, but not with other characteristics such as gender and behavior. It is also found that interdigital space is the most frequent area in which scabies lesion can occur.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hansen Angkasa
Abstrak :
Skabies menempati peringkat ke-3 dari 12 penyakit kulit tersering di Indonesia. Permetrin merupakan obat pilihan skabies, namun memberikan efek samping eritema, rasa panas, gatal, nyeri;pengolesan permetrin ke seluruh tumbuh menambah ketidaknyaman. Karena itu timbul pemikiran mengobati skabies di lesi saja diikuti mandi dua kali sehari dengan sabun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas permetrin yang dioleskan ke seluruh tubuh dibandingkan dengan lesi saja. Penelitian eksperimental ini dilakukan di Pesantren, Jakarta Timur. Semua santri dilakukan anamnesis dan pemeriksaan kulit untuk mendiagnosis skabies.Santri positif skabies dibagi tiga kelompok berdasarkan kamar tidur. Kelompok satu diobati permetrin metode standar, kelompok dua dan tiga hanya diberikan permetrin di lesi saja. Ketiga kelompok diharuskan mandi dua kali menggunakan sabun namun kelompok tiga menggunakan sabun antiseptik. Data diambil pada bulan Mei-Juli 2012, diolah dengan SPSS 11.5 dan dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis. Hasilnya menunjukkan dari 188 santri, 94 orang positif skabies, namun yang diikutkan dalam penelitian 69 santri. Pada minggu pertama jumlah santri yang sembuh dengan permetrin standar, lesi+sabun dan lesi+sabun antiseptik adalah 1/23, 4/23 dan 1/23 (p=0,198); minggu kedua 18/23, 12/23 dan 8/23 (p=0.012); minggu ketiga 22/23, 21/23 dan 18/23(p=0,163). Disimpulkan pengobatan skabies menggunakan permetrin standar sama efektifnya dengan pengobatan hanya di lesi saja. ......Ranked 3rd out of the 12 most common skin diseases in Indonesia. Permethrin remains the drug of choice for scabies but has side effects: erythema, tingling, pain, itch and prickling sensation. Topical whole-body application causes discomfort for the patient. Thus, we proposed modified usage of permethrin by confining topical application to the lesion enforced with baths twice daily. The objective of the study is to know the effectiveness of whole body against lesiononly application of permethrin. The experimental study was done at Pesantren X, located at East Jakarta. All students were diagnosed for scabies via anamnesis and physical examination. Infested students were divided into three groups based on bedroom allocation. First group was treated with whole-body application while the rest were given lesion-only application. All groups were instructed to take baths twice daily with soap except the third group, which used antiseptic soap. Data collection was done from May-July 2012, processed using SPSS 11.5, tested with Kruskal-Wallis Test. Result showed 94 out of 188 scabies positive, but 69 were randomly picked for analysis. In week one, cure rates in the first, second and third group were 1/23, 4/23 and 1/23 respectively (p=0.198); Week two: 18/23, 12/23, 8/23 (p=0.012); Week three: 22/23, 21/23 and 18/23 (p=0.163). Thus, the three methods yield similar results that are statistically insignificant.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anry Umar
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan perbandingan tingkat usia, pendidikan, jumlah sumber informasi, serta sumber informasi paling berkesan dengan tingkat pengetahuan santri tentang pencegahan penyebaran parasit Sarcoptes scabiei sebelum dan sesudah penyuluhan. Para santri pesantren X di Jakarta Selatan dikumpulkan untuk kuesioner pretest, selanjutnya diberi penyuluhan tentang pencegahan scabies, dan kemudian diberi kuesioner posttest setelah penyuluhan. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam komputer kemudian diuji dan dianalisa dengan program SPSS 21. Subjek penelitian ini didominasi oleh siswa SD/Imtihan dan SMP/tsanawiyah (89%), berusia ≥17 tahun (81%), mendapat informasi dari ≤3 Sumber (90%), dan informasi berasal dari petugas kesehatan/dokter (68%). Dari variabel-variabel yang dinilai dalam penelitian ini (usia, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi, serta sumber informasi paling berkesan), terdapat perbedaan tingkat pengetahuan pretest mengenai pencegahan skabies yang bermakna antara sampel dengan sumber informasi paling berkesan berasal dari petugas kesehatan dengan non petugas kesehatan (p=0,004), serta terdapat perbedaan tingkat pengetahuan posttest mengenai pencegahan skabies yang bermakna antara sampel dengan jumlah sumber informasi >3 dan ≤3 (p=0,032). Terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dengan setelah penyuluhan (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan tentang pencegahan Sarcoptes scabiei pada para santri di pondok pesantren X di Jakarta Selatan dinilai cukup efektif.
This study was conducted to determine the distribution and comparison of age, education, number of information resources, and the most impressive information resources about the prevention of scabies before and after counseling in the student of pesantren X at South Jakarta. The students were collected to be given pretest questionnaire, then counseling of scabies prevention, and posttest questionnaire after counseling. The data obtained were entered into a computer and then tested and analyzed with SPSS 21. The subjects of this study were dominated by elementary school/Imtihan and junior high school/Tsanawiyah students (89%), aged ≥17 years (81%), being informed from ≤3 sources (90%), and information derived from the health officer (68%). Of the variables assessed in this study, there are level of knowledge differences about the prevention of scabies in pretest among a sample with the most memorable information from health officers and non-health officers (p=0.004), and there were level of knowledge differences about the prevention of scabies in posttest between samples with a amount of information resources >3 and ≤3 (p=0.032). There were significant knowledge differences between pretest and posttest (p=0.000). Education about prevention awareness against Sarcoptes scabiei to the student of pesantren X in South Jakarta was quite effective.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Eltapama Landika
Abstrak :
Skabies adalah penyakit kulit yang sering terjadi di pesantren. Untuk mencegah skabies, santri perlu diberikan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan santri mengenai penularan dan pencegahan skabies. Desain penelitian adalah pre-post study. Data diambil tanggal 10 Juni 2012 menggunakan kuesioner berisi 10 pertanyaan tentang penularan dan pencegahan skabies. Data diolah menggunakan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji chi-square dan marginal homogeneity. Hasilnya menunjukkan jumlah responden 181 orang; terbanyak pada usia ≤ 15 tahun (64,6%), laki-laki (60,8%) dan pendidikan tsanawiyah (60,8%), informasi skabies dari 3 sumber informasi (43,1%) dengan sumber informasi paling berkesan adalah dokter (76,8%). Sebelum penyuluhan tentang penularan 30,9% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 47,5% sedang, dan 21,6% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan 56,3% berpengetahuan baik, 39,8% sedang, dan 3,9% berpengetahuan kurang. Sebelum penyuluhan tentang pencegahan 32,6% responden berpengetahuan baik, 48,6% dan 18,8% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan 60,8% memiliki pengetahuan baik, 32,6% sedang, dan 6,6% berpengetahuan kurang. Sebelum penyuluhan, tingkat pengetahuan berhubungan dengan umur, tingkat pendidikan, dan jumlah sumber informasi (p<0,05). Uji marginal homogeneity terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan responden mengenai penularan dan pencegahan skabies. ......Scabies is skin disease that often occurs in Pesantren. To prevent scabies, students should be given the health promotion about the transmission and prevention of scabies. This study was needed to determine the effectiveness of health promotion in improving students? knowledge about the transmission and prevention of scabies. This study?s design was a pre-post study. Data was taken on June 10th, 2012 using a questionnaire containing 10 questions about scabies. The data processed using SPSS version 20 and analyzed using chi-square and marginal-homogeneity test. The results from 181 people show; highest at age ≤15 years (64.6%), male (60.8%) from tsanawiyah (60.8%), and from 3 sources of information (43.1%) with doctor as the most memorable source (76.8%). Before health promotion about transmission, 30.9% had good knowledge, 47.5% moderate, and 21.6% was poor. After health promotion 56.3% had good knowledge, 39.8% and 3.9% was poor. Before health promotion about prevention, 32.6% of respondents had good knowledge, 48.6% and 18.8% was poor. After health promotion 60.8% had good knowledge, 32.6% and 6.6% was poor. Before health promotion was held, knowledge level is related to age, education level, and number of sources (p<0.05). Marginal-homogeneity test found significant differences in knowledge level before and after health promotion (p<0.05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Dimas Dwiputro
Abstrak :
Skabies adalah penyakit kulit ketiga paling sering di Indonesia. Obat pilihan untuk skabies adalah permetrin. Akan tetapi, pengolesan permetrin yang harus ke seluruh tubuh tidak nyaman untuk dilakukan di negara tropis dan lembab seperti Indonesia. Muncullah ide untuk mengoleskan permetrin hanya di lesi saja diikuti dengan pemakaian sabun antiseptik dua kali sehari. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas permetrin yang dioleskan pada lesi saja dengan yang ke seluruh tubuh. Penelitian eksperimental ini dilaksanakan di Pesantren X, Jakarta Timur. Pada awal penelitian, semua santri dianamnesis dan diperiksa kulitnya untuk mendiagnosis santri mana yang skabies. Santri positif dibagi dua berdasarkan kamar. Kelompok satu diberi metode standar, kelompok dua diberikan metode modifikasi. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012, diolah memakai SPSS 20.0 for windows dan dianalisis dengan uji chi square. Dari 188 santri, 50% positif skabies, tetapi yang ikut dalam penelitian hanya 46 orang. Di minggu pertama, santri yang sembuh dengan metode standar dan modifikasi adalah 1/23 dan 1/23 (p=0,580); minggu kedua 18/23 dan 8/23 (p=0,011); minggu ketiga 22/23 dan 18/23 (p=0,187). Disimpulkan pada akhir pengobatan metode modifikasi sama efektifnya dengan metode standar, tetapi metode standar memiliki tingkat kesembuhan yang lebih cepat.
Scabies is the third most common skin disease in Indonesia. Drug of choice for scabies is permethrin. However, whole-body application of permethrin is uncomfortable in a tropical country like Indonesia. Thus, a modified way was proposed to use permethrin only in lesion followed by the usage of antiseptic soap twice a day. The objective of this research is to compare the effectiveness between lesion-only against whole body application of permethrin. This experimental research was conducted in Pesantren X, East Jakarta. The research started with anamnesis and skin examination on the students to diagnose them of scabies. Students with positive results were then divided into two groups based on their living quarters. First group had standard method while the second group had a modified method. Data was collected on May-July 2012 and analyzed using chi square test in SPSS 20.0. From 188 students, 50% are scabies positive, and 46 of them were randomly picked for analysis. On the first week, students that recovered through standard method and the modified method were 1/23 and 1/23 (P=0.580); second week 18/23 and 8/23 (p=0.011); third week 22/23 and 18/23 (p=0.187). To conclude, both methods have similar effectiveness, but the standard method had faster recovery rate.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Pasha
Abstrak :
ABSTRAK
Permetrin adalah obat pilihan untuk terapi skabies karena memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Pengobatan standar dengan mengoleskan ke seluruh tubuh kurang nyaman sehingga dipikirkan untuk mengoleskan permetrin hanya di lesi saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi terapi permetrin 5% krim metode standar dibandingkan pengolesan di lesi saja (modifikasi). Penelitian dilakukan di sebuah pesantren di Jakarta Selatan pada bulan Juli-September 2013 dengan desain randomized controlled trial (RCT). Semua santri dilakukan pemeriksaan kulit dan santri yang positif dijadikan subjek penelitian lalu dibagi dua secara random: kelompok yang diberikan metode standar dan kelompok yang dioleskan permetrin di lesi saja. Evaluasi pada minggu ke-1 sampai ke-5. Data diolah menggunakan SPSS versi 20.0 dan diuji dengan chi-square. Tes Friedman untuk mengevaluasi efektivitas terapi standar dan lesi saja. Dari 98 santri, terdapat 67 santri positif skabies (prevalensi 68%). Angka kesembuhan untuk metode standar terus membaik setiap minggunya, dari 30% pada minggu pertama dan mencapai 96,9% pada minggu ke-5, begitu juga untuk lesi-saja, dari 23,5% pada minggu pertama sampai 91,1% untuk minggu ke-5. Uji chi-square pada minggu ke-1 (p=0,466) sampai minggu ke-5 (p=0,322) tidak ada perbedaan bermakna pada kedua metode. Disimpulkan bahwa pengobatan skabies dengan permetrin metode standar sama efektivitasnya dengan metode di lesi saja.
ABSTRACT
Permethrin 5% is the first line of treatment for scabies due to its high cure rate. Standard method of treatment is by applying permethrin all over the body, except the face, seems to be uncomfortable for the patient, therefore, applying to the lesion-only is recommended. The objective of this study is to evaluate scabies treatment using standard permethrin method compared to lesion-only. The study is done in an Islamic boarding school in South Jakarta on July?September 2013 with a randomized controlled trial (RCT) study design. All of the students were examined and those who tested positive for scabies are participated in the study and randomly divided into two groups: treated by using standard method and lesion-only. Evaluation is done throughout the first week until fifth week. The data collected were analyzed using SPSS 20.0 and tested with chi-square to distinguish the two methods. Friedman test was used to evaluate the effectiveness of standard and lesion-only method. From 98 students 67 were diagnosed with scabies (the prevalence 68%). Cure rate for standard method increased by the week, from 30% on the first week to 96.9% on the fifth, so does lesion-only, from 23.5% on the first week to 91.1% on the fifth week. Chi-square test during week 1 (p=0.466) until week 5 (p=0.322) showed that there are no significant difference on the two methods. It is concluded that effectiveness of applying permethrin with lesion-only method is the same for standard.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70445
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizani Putri Iman
Abstrak :
Skabies adalah penyakit kulit dengan prevalensi tinggi di Indomesia, terutama di tempat tinggal dengan penghuni yang padat seperti pesantren. Sebuah pesantren di Jakarta Timur diketahui memiliki prevalensi skabies yang tinggi sehingga dilakukan intervensi pada beberapa tahun terakhir. Riset ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi skabies pada tahun 2014 dibandingkan 2011 dan 2012. Studi repeated cross-sectional ini dilakukan pada tanggal 8 Maret 2014 dengan subjek 189 orang. Diagnosis skabies ditetapkan melalui anamnesis dan pemeriksaan dermatologis. Data dianalisis menggunakan program SPSS 20 dengan uji chi-square. Pada tahun 2014 diperoleh prevalensi skabies 23,8 , lebih rendah dibandingkan tahun 2011 51,6 dan 2012 51.6 . Dengan uji chi-square didapatkan nilai p=0,000 yang berarti terdapat perbedaan signifikan terhadap prevalensi skabies pada santri tahun 2011, 2012 dan 2014. Penurunan prevalensi skabies disebabkan pengobatan masal dan penyuluhan kesehatan mengenai pola hidup bersih dan sehat yang dilakukan oleh peneliti beserta bantuan dari dokter spesialis kulit. ...... Scabies is a disease with a high prevalence particularly in crowded residencies such as boarding school. In Jakarta Timur there is Islamic boarding schools known with its high rate of scabies prevalence for the last several years, in which certain intervention has been done during those of years. This research is conducted with the aim to observe the prevalence of scabies in the year of 2014 and the previous years 2011 and 2012, in which similar study had been done. This repeated cross sectional study was conducted on March 8th 2014, involving 189 subjects. Diagnosis of scabies was made by anamnesis and dermatology examination. The data collected was analyzed using SPSS 20 with chi square test. The scabies prevalence in the year of 2014 was 23.8, which is lower compared to the year of 2011 51.6 and 2012 51.6. Using chi square test, the p value obtained is 0.000, meaning that there's a significant difference of scabies prevalence in the year of 2011, 2012 and 2014. The decline of scabies prevalence among those periods of years is due to the massive treatment and education regarding healthy and hygienic lifestyle conducted by the researcher along with the help of dermatologists involved.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Sarayar
Abstrak :
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan Sarcoptes scabiei, merupakan penyakit kulit ketiga terbanyak di Indonesia. Pada komunitas padat penduduk tanpa kebersihan yang baik, seperti asrama, pesantren, dan barak tentara, skabies hampir menyerang seluruh individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara prevalensi skabies dengan perilaku kebersihan di sebuah pesantren, di Jakarta Timur. Desain penelitian berupa cross sectional study dan semua santri dijadikan subyek penelitian. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 Juni 2012 dengan menggunakan kuesioner yang berisi 7 pertanyaan mengenai perilaku kebersihan. Data prevalensi skabies diperoleh berdasarkan pemeriksaan kulit. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji fischer exact. Hasilnya menunjukkan 149 (79%) dari 188 santri menderita penyakit kulit dan penyakit kulit terbanyak yang diderita adalah skabies (50%). Perilaku kebersihan umumnya buruk dan hanya 8 (6%) santri yang berperilaku baik. Uji fischer exact menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara prevalensi skabies dengan perilaku santri, nilai p=0,567. Disimpulkan bahwa perilaku kebersihan santri tergolong buruk dengan prevalensi skabies adalah 50%, dan tidak terdapat hubungan antara prevalensi skabies dengan perilaku kebersihan. ...... Skabies is a skin disease caused by Sarcoptes scabiei, the third most prevalent skin disease in Indonesia. In densely populated communities without good hygiene, such as dormitories, boarding schools, and military barracks, skabies infests almost all of the individuals. This study aims to determine the prevalence of skabies and its relationship with hygiene behavior in an Islamic boarding school (pesantren), in East Jakarta. The research is a cross-sectional study and total sampling is used. Data were collected on June 10, 2012 using a questionnaire containing seven questions regarding hygiene behavior of the students. Physical examination is performed to obtain the prevalence of skin disease among the students, in which skabies has the highest prevalence. The data were processed with SPSS version 20 and analyzed by Fischer?s exact test. The results showed that 149 out of the 188 students (79 %) suffer some form of skin diseases, in which skabies is the majority (50 %). Hygiene behavior is generally poor where only 8 (6 %) students were considered having good hygiene behaviour. Fischer's exact test showed no significant difference between the prevalence of skabies with the hygiene behavior of students, p value=0,567. It is concluded that the hygiene behavior of students is relatively poor as the prevalence of skabies was 50 %,and there was no relationship between the prevalence of skabies with hygiene behavior.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>