Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amsterdam : Elsevier, 1982
671.373 PRO s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
URANIA 15 (1-4) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Radias Ependi
Abstrak :
Sampel La0,5Ba0,5Mn1-xTixO3 dengan x = 0 ; 0.05 ; 0.10 dan 0.15 dari bahan dasar La2O3, BaCO3, MnCO3, dan TiO2 disentesis dengan menggunakan metode mechanical alloying. Keempat bahan dasar tersebut dicampur dengan menggunakan Planetary Ball Milling selama 25 jam, dikompaksi, kalsinasi pada suhu 8000C selama 10 jam dan disintering pada suhu 12000C selama 12 jam. Identifikasi fasa dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar X dan refinement GSAS dan diperoleh sampel La0,5Ba0,5Mn1-xTixO3 single phase untuk semua komposisi x, yang memiliki struktur kristal Monoklinik. Pengukuran terhadap nilai konduktivitas dan magnetoresistansi (MR) sampel diukur menggunakan Four Point Probe (FPP), sedangkan nilai magnetisasinya diukur menggunakan permagraph. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut disimpulkan bahwa semakin besar doping Ti yang diberikan pada sampel La0,5Ba0,5Mn1-xTixO3 membuat nilai magnetisasi dan konduktivitas sampel semakin menurun. Nilai negatif magnetoresistansi sampel pada umumnya mengalami penurunan. Untuk x = 0.15 nilai negatif magnetoresistansi sampel paling besar yaitu 4,26%. Penurunan nilai magnetisasi dan konduktivitas sampel seiring bertambahnya komposisi x yang diberikan, karena adanya kompetisi exchange interaction yang terjadi pada sistem, yaitu adanya interaksi Double Exchange (DE). Interaksi Double Exchange (DE) terjadi antara ion Mn3+-O-Mn4+ yang saling berdekatan.
La0,5Ba0,5Mn1-xTixO3 sample with concentration x = 0 ; 0.05 ; 0.10 ; and 0.15of La2O3, BaCO3, MnCO3, and TiO2 are synthesized using mechanical alloying. The fourth of basic matter are mixed with using Planetary Ball Milling during 25 hours, compacted, calcinations on 8000C during 10 hours and sinter at 12000C during 12 hours. Phase identification is carried out using X ray diffraction and GSAS refinement, getting La0,5Ba0,5Mn1-xTixO3 which single phase for all x composition, that have Monoklinik crystal structure. Conductivity and magnetoresistance (MR) are measured using Four Point Probe (FPP), while magnetization is measured using permagraph. From the measurement we get that the bigger Ti doping the more magnetization and conductivity is decreases. For negative magnetoresistance generally is increase, the biggest negative magnetoresistance is 4,26% for x = 0.15. The decreases of magnetization and conductivity sample with increasing composition x is given, due to there were competition exchange interaction in the system, that is interaction Double Exchange (DE). interaction Double Exchange (DE) happened between Mn3+-OMn 4+ ion adjacent to each other.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T33749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah Arifni
Abstrak :
Paduan senyawa perovskite La0,85Ba0,15Mn1-xTixO3 dengan komposisi x = 0,0; 0,1; 0,15; dan 0,2 dibuat dengan mensintesis bahan dasar La2O3, MnCO3, BaCO3, dan TiO2 dengan metode Mechanical Alloying. Keempat bahan dasar tersebut dicampur dengan menggunakan Planetary Ball Milling selama 25 jam, dikalsinasi dengan suhu 800oC selama 10 jam, dikompaksi, dan di sintering dengan suhu 1200oC selama 12 jam. Kemudian dilakukan identifikasi fase dengan difraksi sinar X dan refinement GSAS dan diperoleh sampel La0,85Ba0,15Mn1-xTixO3 single phase untuk semua komposisi x, yang mempunyai struktur kristal monoklinik. Pengukuran magnetisasi sampel dilakukan dengan phermagraph, sedangkan Four Point Probe (FPP) dilakukan untuk mengukur nilai resistivitas dan magnetoresistansi (MR) pada sampel. Dari hasil Permagraph didapatkan kurva hyterisis yang menunjukkan bahwa pada saat sampel belum didoping Ti masih bisa termagnetisasi oleh medan magnet eksternal, tetapi setelah didoping Ti sifat magnetnya menjadi paramagnetik yang tidak dapat termagnetisasi. Sedangkan hasil pengukuran dengan FPP menunjukkan bahwa sampel mengalami penurunan resistivitas tetapi setelah mencapai medan magnet tertentu. Nilai rasio magnetoresistansi meningkat seiring dengan semakin besarnya medan magnet eksternal, tetapi menurun dengan bertambahnya doping Ti. Nilai Magnetoristansi terbesar pada saat x = 0 yaitu -3,44%.
Alloy perovskite compounds La0,85Ba0,15Mn1-xTixO3 with composition x = 0,0; 0,1; 0,15; and 0,2 were made by synthesizing the basic materials La2O3, MnCO3, BaCO3, and TiO2 by Mechanical Alloying methods. This four basic ingredients are mixed using Planetary Ball Milling for 25 hours, calcined at 800oC temperature for 10 hours, in compacting, and sintering at 1200oC temperature for 12 hours. Then be indentified by X-Ray difraction phase and GSAS refinement and obtained sample La0,85Ba0,15Mn1-xTixO3 single phase for all composition x, which has monoclinic cristal structure. Magnetization measurements were conducted with phermagraph, while the Four Point Probe (FPP) is performed to measure the value of resistivity and magnetoresistance (MR) in the sample. From the results obtained Permagraph hyterisis curve which shows that when the Ti doped samples yet still be magnetized by an external magnetic field, but after the Ti doped the magnetic properties paramagnetic that can not be magnetized. While taking the measurements with FPP results indicate that the sample resistivity decreased but at a certain activation field. Magnetoresistance ratio also decreased but very small, with the largest negative magnetoresistance when x = 0 is -3.44%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T33753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronnie Higuchi Rusli
Abstrak :
Penambahan kekuatan pada keramik dengan cara sintering memainkan peranan yang penting didalam pembuatan bahan keramik lantai guna memproduksi produk keramik yang dapat diandalkan pada teknik sipil. Hal ini tidak lain berdasar pada suatu kenyataan bahwa transpor elemen material didalam strukturmikro selama proses sintering diakibatkan oleh proses difiisi permukaan dan difusi didalam kisi kristal. Proses difusi inilah yang menentukan penambahan kekuatan pada bahan keramik pada industri konstruksi sipil. Didalam penelitian ini struktur dari elemen material dalam bentuk bubuk sebagai bahan dasar dan juga bahan aditif berupa slag dianalisa dengan teknik difraksi sinar-x. Keramik bubuk dan aditif slag dicampur dengan perbandingan 5-50% untuk mempelajari efek dari proses sintering. Penambahan kekuatan pada keramik diamati berdasarkan beberapa indikator seperti penyusutan volume, porositas, uji kekerasan, dan kekasaran permukaan. Setelah bahan disintering sampai temperatur 1000° C bahan dianalisa dengan bantuan teknik difraksi sinar-x untuk mengetahui struktur kristal serta transformasi struktur mikro. Hasil analisa difraksi sinar-x menunjukkan bahan dasar keramik terdiri dari silika dan albit, sedangkan bahan aditif terdiri dari NiAs2. Keramik yang mempunyai porositas terrendah, kekerasan tertinggi, penyusutan volume tinggi dan kekasaran permukaan yang baik didapat dengan penambahan bahan aditif sebesar 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mekanisme penguatan pada keramik terjadi karena terbentuknya albit sebagai hasil penambahan aditif NJAs2 sebesar 5%.
Ceramic strengthening and sintering process plays important role in the fabrication of ceramic tile as well as to produce reliable ceramic products for civil engineering application. This stem from the fact that microstructures elemental materials transport during sintering process by surface and lattice diffusion governed the strengthening mechanism. In these studies, structure of elemental materials in the form of powder ceramic as well as its additive (slag) has been analysed by x-ray diffraction technique. Powder ceramic, and slag additive is mixed all together with a ratio of 5-50% in order to determine the result of sintering process. Strengthening was observed and analysed base on several indicators such as; volume shrinkage, porosity, hardness, and surface roughness. After sintering at temperature of 1000 °C, the product is analysed with x-ray diffraction technique to determine phase change as well as microstructures transformation.
1999
JIRM-1-2-Agust1999-42
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Matary Puspita Gatot
Abstrak :
Titanium memiliki afinitas yang tinggi terhadap oksigen untuk membentuk lapisan TiO2. Pada temperatur tinggi, lapisan TiO2 kehilangan sifat protektifnya sehingga dapat menyebabkan oksigen masuk ke dalamnya dan menyebabkan material menjadi rapuh, keras dan susah di machining . Percobaan ini bertujuan untuk meminimalisir lapisan TiO2 yang terbentuk pada saat proses sintering. Serbuk Ti-6Al-4V di kompaksi kemudian di sinter dengan teknologi baru arc plasma sintering dengan arus 40 A, 50 A, dan 60 A selama 8 menit untuk mencegah terjadinya oksidasi. Sebagai perbandingan, dilakukan pula sintering konvensional dengan atmosfer argon dengan temperatur 1100°C, 1200°C serta 1300°C selama 4 jam. Pengujian OM, SEM-EDS, XRD, densitas serta kekerasan dilakukan untuk menganalisis hasil sinter yang diperoleh. Fasa yang diperoleh dari hasil arc plasma sintering dan sintering konvensioanal adalah α dan β titanium. Lapisan TiO2 dari hasil proses arc plasma sintering lebih tipis dibandingkan dengan hasil sintering konvensional. Densitas relatif yang diperoleh pada proses arc plasma sintering untuk arus 40 A,50 A dan 60 A sebesar 89.54%, 91.87% dan 98.72% dengan nilai kekerasan secara berturut-turut 296.52, 332.81 dan 378.23 HV. Pada sintering konvensional densitas yang diperoleh pada temperatur 1100°C, 1200°C dan 1300°C adalah 95.73%, 96.72% dan 98.64% dengan nilai kekerasan secara berturut-turut sebesar 413.86, 427.45 dan 468.60 HV.
Titanium has a high affinity with oxygen forming a protective layer TiO2. At elevated temperatures, the TiO2 layer loses its protective properties. It can cause oxygen diffuse into bulk material and causes the material to become brittle, hard and difficult to machining. This experiment aims to minimize the formation of TiO2 layer during the sintering process. Ti-6Al-4V powder was compacted and then sintered with new technology arc plasma sintering (APS) with a current of 40 A, 50 A, and 60 A to produce the sintered specimen which was protected from oxidation. In comparison, conventional sintering was carried out with an argon atmosphere with a temperature of 1100°C, 1200C and 1300C. OM, SEM-EDS, XRD, density and hardness tests were carried out to analyze the results of the sintered process. Phases obtained from the arc plasma sintering and conventional sintering are a and b titanium. The TiO2 layer from the result of the arc plasma sintering process is thinner than the conventional sintering results.The relative density obtained in the arc plasma sintering process for currents 40 A, 50 A and 60 A was 89.54%, 91.87% and 98.72% with hardness values of 296.52, 332.81 and 378.23 HV. In conventional sintering the density obtained at temperatures of 1100 C, 1200 C and 1300 C was 95.73%, 96.72% and 98.64% with hardness values of 413.86, 427.45 and 468.60 HV, respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyatno
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam penelitian ini diteliti pengaruh opacifier dan pigmen di dalam glasir silikat terhadap sifat optis glasir silikat. Selain itu diteliti pula pengaruh kekentalan adonan glasir, pengaruh waktu sintering, dan pengaruh sintering ulang terhadap sifat optis glasir.
Opacifier yang dipergunakan di dalam penelitian adalah ZrSiO4, dan pigmen yang dipergunakan adalah pigmen pink (yang mengandung sistem AI-Zn-Cr-Co) dan pigmen hijau (yang mengandung sistem Al-Cr-Co). Sifat optis yang diukur adalah reflektansi glasir, dan pengukurannya menggunakan spektrofotometer yang ada di Jurusan Fisika FMIPA UI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga reflektansi glasir bertambah secara eksponensial terhadap penambahan konsentrasi opacifier. Pemberian pigmen pada glasir menyebabkan adanya variasi absorpsi pada daerah spektrum cahaya. Warna karakteristik yang terjadi pada glasir disebabkan adanya pusat-pusat absorpsi dan pusat-pusat refleksi. Penambahan konsentrasi pigmen memperbesar fraksi absorpsi pada pusat-pusat absorpsi dan menyebabkan sedikit pergeseran pusat-pusat absorpsi. Pada daerah di luar pusat absorpsi juga terjadi absorpsi lemah. Warna yang dihasilkan karena penambahan pigmen akan semakin tua dan kurang cemerlang.
Pada penelitian ini juga dicari hubungan antara fungsi KubeIka-Munk, yaitu log(K/S), dengan konsentrasi pigmen di dalam glasir (C). Hasil perhitungan menunjukkan ketidaklinearan hubungan antara log(K/S) dengan C yang menunjukkan ketidaksesuaian dengan hukum Lambert-Beer.
Dari hasil eksperimen didapatkan bahwa sifat reflektansi glasir juga dipengaruhi oleh kekentalan adonan glasir dan waktu sinteringnya. Dari hasil eksperimen juga dapat dibuat spesifikasi warna berdasarkan metode silinder warna.
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Anwar Dharma
Abstrak :
Telah dilakukan analisa unsur dan struktur terhadap bubuk keramik (bahan A) dan 2 jenis slag/terak (bahan B dan C ) secara kualitatif XRF dan XRD. Dari analisa ini diperoleh unsur dan phasa yang paling dominan sebagai berikut: - Bahan A Unsurnya: adalah Si, Al, Mn dan Fe, sedangkan phasanya SiO2 dan NaAl Si3 08 - Bahan B Unsur Fe, sedangkan phasanya Ni As2 - Bahan C Unsur Fe dan Si, sedangkan phasanya NgSi 03 Penelitian ini bertujuan untuk memperkuat suatu produk keramik dengan metado variasi penambahan prosentase bahan B maupun bahan C dari 5 - 50% terhadap bahan A dengan melakukan pembentukan tekan (pressing) sebesar 5 ton. Penguatan keramik ini diamati berdasarkan penyusutan volume dan perubahan beberapa sifat mekanik, antara lain terhadap porositas, kekasaran permukaan kekerasan dan pengamatan permukaan struktur mikro setelah pembakaran intensif 1000°C selama 3 jam. Dari hasil pengukuran dan pengamatan diperoleh bahwa pada penambahan 5% bahan B maupun bahan C, terjadi peningkatan yang sangat menyolok terhadap penyusutan, kekerasan dan semakin rapatnya susunan butiran permukaan (penyusutannya 3.7324 menjadi 7.5619 dan 7.8290%, sedang kan kekerasannya 307.89± 7.03 menjadi 563.77± 31.61 dan 525.69± 16.24 grf/μm2 ). Penambahan prosentasi yang lebih besar cenderung menunjukkan suatu angka penurunan terhadap sifat - sifat ini. Peningkatan ini erat kaitannya dengan penurunan porositas dan kekasaran - permukaannya yaitu 23.4518 menjadi 16.4849 dan 16.0266%, sedangkan kekasarannya 2.0 menjadi 1.5 dan 1.25/ μm, sehingga terbentuk ikatan atom sebagai akibat dari proses sintering selama berlangsungnya pembakaran.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Eko Putra
Abstrak :

Hidroksiapatit memiliki nilai biokompatibiltas yang tinggi dalam bidang kedokteran khususnya ortopedi. Namun sangat perlu ditingkatkan nilai properti mekanisnya dengan proses sintering. Temperatur yang dibutuhkan untuk proses sintering hidroksiapatit adalah 1200 oC. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan oven microwave komersial 800 W agar menghasilkan panas sampai temperatur 1200 oC untuk proses sintering hidroksiapatit. Pengembangan dalam hal pemilihan material, geometri, dan layout susceptor dan insulator. Prinsip pemanasan ini adalah pemanasan microwave hibrida, yakni panas yang bersumber dari microwave dan susceptor serta menahan panas keluar dari sistem dengan sistem insulator. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa oven microwave hibrida untuk sintering mencapai 1046 oC dalam waktu 30 menit.

 


Hydroxyapatite has a high biocompatibility value in medicine application, especially orthopedics. However, it is very necessary to increase the mechanical property value by sintering process. The temperature required for the hydroxyapatite sintering process is 1200 oC. The purpose of this study is to develop a 800 W commercial microwave oven to produce heat up to a temperature of 1200 oC for the sintering process of hydroxyapatit. The development includes material selection, geometry, and layouts susceptor and insulator. The principle of the heating is hybrid microwaves heating which heat sources are the microwave itself and susceptor while trapping the heat keep in the system by insulator material. In 30 minutes, The experimental result showed that the microwave hybrid oven for sintering reached 1046 oC.

 

2019
T53970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>