Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ropita Dewi Sartika
"Peninggalan sejarah dapat dikenalkan secara menyeluruh kepada generasi muda untuk menumbuhkan semangat patriotisme, sifat kepahlawanan, dan nasionalisme. Salah satu peninggalan sejarah tersebut adalah Istana AlMukaromah yang merupakan peninggalan dari Kesultanan Sintang di Kalimantan Barat.Tujuan dari penulisan artikelini adalah mengidentifikasi peristiwa penting di Istana Al Mukaromah Kesultanan Sintang dan nilai kesejarahanIstana Al Mukaromah Kesultanan Sintang. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa studipustaka. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa Istana Al Mukaromah adalah istana yang merupakan peninggalan dari Kesultanan Sintangdibangun tahun 1939. Peristiwa penting yang pernah terjadi di Istana Al Mukaromah Kesultanan Sintang adalahperumusan Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Garuda Pancasila dengan semboyan BhinnekaTunggal Ika. Nilai-nilai yang terdapat dalam Istana Kesultanan Sintang adalah sejarah, religus, budaya, serta sosial."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2022
959 PATRA 23:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lisyawati Nurcahyani
"Tenun Ikat Sintang merupakan salah satu produk tradisional yang keberadaannyaterancam punah. Tujuan penelitian ini menjelaskan bagaimana strategi masyarakat Sintangdan pemerintah daerah merespon ancaman ini melalui kebijakan dan kerja sama dalampengembangan produk tenun ikat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif denganmelakukan wawancara dan pengamatan di lapangan serta didukung dengan studikepustakaan. Subyek penelitian adalah para perajin, lembaga swadaya masyarakat, danPemerintah Daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan berjalandengan baik dan diperlukan keterlibatan pihak lain seperti yayasan dan Pemerintah Daerah.Walaupun pengembangan telah dilakukan, masih ada hambatan yang belum terselesaikanterutama dalam penyediaan bahan baku dari tumbuh-tumbuhan alam yang ada di hutandan dalam bidang pemasaran yang disebabkan tingginya biaya produksi sehingga membuatharga tenun ikat menjadi mahal."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
370 JPK 3:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lisyawati Nurcahyani
"Tenun ikat Sintang is one of the traditional products whose existence is threatenedwith extinction. The purpose of this study explains how Sintang community’s strategiesand local governments respond to these threats through policy and cooperation in thedevelopment of weaving products. This study used library method and fieldobservations. Interviews were conducted with artisans, private organizations (NGO) andlocal governments. The results of this study were variety of efforts such as the developmentof human resources artisans, provision of raw materials, product diversification, the provisionof the means of production and marketing. In order for this strategy to work well it needed theintervention of authorities and institution such as non-governmental organizations suchand the local government. Despite efforts towards the developmen had been done,the problems still remain especially in the supply of raw materials on natural resources inthe forest as well as marketing as the effect of high production costs that make the Ikatweaving more expensive."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
370 JPK 3:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tangkilisan, Yuda Benharry
"Studi ini bermaksud membahas suatu pemberontakan yang dilancarkan oleh sekelompok elite kerajaan Sintang. Pemberontakan itu berlangsung antara tahun 1856 hingga tahun 1861. Dalam cerita rakyat setempat, sebagaimana yang ditemukan oleh 3.U. Lontaan (1975), pemberontakan itu disebut dengan Perang Tebidah. Sintang adalah suatu daerah di aliran sungai Kapuas pedalaman di Kalimantan Barat. Dewasa ini, secara administratif Sintang adalah suatu kabupaten daerah tingkat II.
Perkembangan di kerajaan Sintang memiliki suatu hal yang menarik dan berbeda berkenaan dengan keadaan alamnya. Sintang terlotak di pedalaman Kalimantan Barat yang secara pages memiliki banyak sungai yang saling berhubuugan. Dan Sintang terletak di main daerah pertemuan antara aliran sungai Kapuas ciao Malawi, dua sungai induk yang saling berhubungan dan penting di Kalimantan Barat. Keadaan yang seperti itu menjadikan sungai sebagai sumber dan sarana kehidupan yang penting. Pada gilirannya ciri geografi seperti itu mewarnai kehidupan dan kegiatan penduduknya. Malahan keadaan itu memberi corak tertenlu terhadap hubungan sosial dan budaya penduduknya baik secara internal maupun eksternal. Bennet Bronson (1977) memperkenalkan suatu kerangka pemikiran yang sesuai untuk daerah yang geografuiya memiliki banyak sungai. la mengajukan suatu kerangka hipotesa sebagai model fungsional dari nageri-negeri pesisir.
Kemudian dari keadaan geografis Sintang dapat ditandai beberapa tipologi kelompok masyarakatnya. Tipologi itu antara lain adalah penguasa, perompak dan penduduk sungai. Ketiga kelompok itu memiliki peranan mereka masing-masing sesuai dengan kekuasaan yang dipunyai. Kelompak perompak dapat berkembang menjadi penguasa sungai apabila kekuasaannya diakui oleh penduduk sungai yang menjadi kaulanya dan mendapat legitimasi dari kekuatan-kekuatan sekitarnya. Perbedaan kepentingan dau pengejaran kekuasaan merupakan sumber-suumber konflik Apalagi dalam tradisi kelompok Dayak hidup tindakan Menganyu yang penuh dengan kekerasan dan menjadi sumber permusuhan.
Kesemua proses-proses itu, ekonomi, politik dan sosial, difahami dalam suatu kontruksi yang disebut sebagai Dinamika Lokal. Perkembangan setempat kemudian menjadi kondusif untuk sebuah perubahan dan pada gilirannya berupa pergolakan ketika berlangsung intervensi dari luar. Kekuatan yang membawa dampak mendalam terhadap perkembangan setempat itu adalah kolonialisme. Pihak kolonial Belanda memiliki kepentingan yang berkembang terhadap Sintang dalam kerangka ekspansi kekuasaannya Pokok bahasan ekapansi kolonial merupakan suatu bagian dari kajian Imperialisme. Selanjutnya dalam perkembangan kajian Imperialisme muncul sudut pandung yang mengetengahkan kancah lokal seperti dan dikenal sebagai Pendekatan Piaggiran (Peripheral Approach). Namun dalam pendekatan itu penekanan diletakan pada tingkah laku dan tindakan pihak kolonial di seberang lautan.
Suatu faktor dari luar lainnya yang tidak kecil pengaruhnya terhadap Dinamika Lokal dan terutama Ekapansi Kolonial adalah unsur persaingan kekuatan kaionial lainnya (asing). Pada waktu yang hampir bersamaan, ekspansi kalonial yang tiba di ambang pintu kerajaan Sintang adalah gerakan kolonialisme Inggris dan Belanda. Di atas kertas Sintang sempat menjadi koloni Inggris ketika masa peralihan Inggris di awal abad ke-19. Kemudian terjadi penyerahan kembali ke tangan Belanda. Namun kehadiran Inggris, yang beralih ke Kalimantan UA tetap menjadi pertimbangan dalam perkemhaugan kspanui kolonial Belanda. Dengan demikian, pembahasan mengenai pemberontakan Sintang tahun 1856 hingga 1851 meugguuakan beberapa konstruksi seperti Dinamika Lokal, Ekspansi Kolonial dan Persaingan Internasional. Dalam konstruksi-konstruksi itu, latar belakang, sebab, jalannya dan akibat pemberontakan dianalisis dan diungkapkan dalam sualu penyajian yang kronologis.
Kesemua proses yang menjadi sebab-sebab tidak langsung menemukan pemantiknya (pemicu) untuk meletuskan sebuah pemberontakan pada swain upaya penaugkapan seorang penruka penduduk di Ingar, cabang dari sungai Kaysu, yang berlanjut pada penyerangan benteng Belanda di Sintang. Peristiwa itu merupakan lantaran (precipated factor) alami sebab langsung. Kemudian setelah pemberontakan berakhir, melalui sebuah penindasan dan tindakan represif kalonialisme Belanda berupa pengawasan yang makin ketat terhadap kerajaan Sintang. Walau begitu, hingga akhir abadi ke-19 daerah Sintang, dan kawasan pedalaman aliran sungai Kapuas pada umumnya, tetap diwarnai oleh gejolak perlawanan terhadap kekuaaaan kolonial Belanda."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9480
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kodasi
"Hepatitis E sudah dua kali menimbulkan kejadian luar biasa di Kabupaten Sintang tahun 1987 dan 1991. Telah diketahui bahwa hepatitis E erat hubungannya dengan penggunaan air sungai yang tercemar tinja. Lebih dan 60% masyarakat Sintang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Sehingga perlu diketahui faktor-faktor resiko yaitu penggunaan air sungai yang berhubungan dengan timbulnya IgG anti REV.
Penelitian dilakukan di 4 desa yang pernah terjadi kejadian luar biasa dan mudah dijangkau. Penelitian ini menggunakan 165 orang yang mempunyai IgG anti HEV positif dan 609 orang yang mempunyai IgG anti HEV negatif. Berhasil dijadikan kasus 148 orang IgG anti REV positif dan 165 orang dan kontrol 128 orang anti HEV negatif didapat secara random dari 609 orang.
Analisis regresi logistik multivariat menghasilkan: menggunakan air sungai sebagai sumber air minum mempunyai OR = 1,05 (95% CI = 0,37 - 2,93) p = 0,9198. Cuci alat makan/dapur OR = 2,88 (95% CI = 1,16 - 7,12) p = 0,0216. Gosok gigi OR = 0,73 (95% CI 0,28 - 1,88) p = 0,5185. Denis kelamin OR = 1,65 (95% CI = 0,99 - 2,74) p = 0,0519. Umur OR= 1,01 (95% CI = 0,99 -- 1,03 p = 0,1388.
Setelah dilakukan penilaian terhadap interaksi dan konfonding didapatkan model persamaan rnatematis sebagai berikut : Logit IgG anti HEV positif = -1,1359 + 0,9333 (cuci alat makan/dapur) + 0,4273 (jenis kelamin).
Berdasarkan hasil penelitian di atas hendaknya Dinas Kesehatan menginformasikan kepada masyarakat bahwa menggunakan air sungai untuk mencuci alat makant dapur dapat meningkatkan resiko terjangkit hepatitis E.
Untuk penelitian selanjutnya diupayakan memperluas populasi penelitian, dengan mengikutsertakan daerah di luar tempat terjadinya kejadian luar biasa. Penentuan kasus menggunakan sampel darah pada fase penyembuhan dan kontrol belum pernah mengidap hepatitis apapun.

The Risk Factors Associated with IgG Anti HEV in 4 Villages District of Sintang - West Kalimantan in 1996In Sintang district Hepatitis E Virus (REV) was the causative agent in an outbreak reported for sub districts along side the Pinoh River from September 1987 to March 1988. A second outbreak of HEV infection was recognized from sub districts along side the Kayan River in September 1991. Hepatitis E Virus is thought to be spread by ingestion of contaminated substances, especially water. Over 80 percent of the population live along the river in Sintang district. Coverage of save drinking water was only 30 percent of the population. The aim of this study is to know the risk factors associated with IgG Anti HEV.
This study was do in 4 villages that was outbreak and easy to come. The design of this study is case control. There are 148 cases IgG anti HEV (+) and 128 controls IgG Anti HEV (-).
The result of multivariate logistic regression analysis for each variable :
River as source of water for drinking OR = 1,05 (95% CI = 0,37 - 2,93) p = 0,9198.
Washing dinner set and kitchen set OR = 2,88 (95% CI = 1,16 - 7,12) p = 0,0216.
Brushing in the river OR = 0,73 (95% CI = 0,28 -- 1,88) p = 0,5185. Sex OR = 1,65 (95% CI = 0,99 - 2,74) p = 0,0519. Age OR = 1,01 (95% CI = 0,99 - 1,03) p = 0,1388. And then conduct by stepwise method, interaction and confounding analysis resulted the mathematical model as Logit IgG Anti HEV positive = - 1,1359 + 0,9333 (washing dinner or kitchen set) + 0,4273 (sex).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawan Nazir
"Kasus Hepatitis E pertama kali tercatat di Indonesia pada tahun 1978, yaitu ketika sebuah penelitian Kejadian Luar Biasa Hepatitis di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat menemukan 4 kasus Hepatitis E. Penyakit ini kemudian menimbulkan Kejadian Luar Biasa di kabupaten Sintang pada tahun 1991, dengan jumlah kasus tercatat sebanyak 1262 kasus dan 12 kematian. Agar penyakit Hepatitis E ini tidak lebih meluas, maka usaha pencegahan dan penanggulangan membutuhkan sebuah penelitian untuk mengetahui gambaran epidemiologi dan faktor risiko dari penyakit Hepatitis tersebut. Penelitian untuk maksud diatas menggunakan studi kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 65 kasus dan 65 kontrol. Analisa data yang terkumpul, menggunakan cara analisa deskriptif untuk mendapatkan gambaran epidemiologi. Sedangkan untuk mengetahui faktor risiko dan peranannya dalam penularan kejadian Hepatitis E mengunakan analisa univariat, bivariat dan multivariat.
Gambaran epidemiologi menunjukan bahwa distribusi frekuensi kasus terbesar di desa Nyangkom (23.08%), kasus laki-laki lebih banyak (53.85%) dari perempuan (46.15%), sebagian besar kasus (78.46%) berusia antara 19 - 45 tahun, kasus yang tidak sekolah adalah paling banyak (66.15%), sebagian besar kasus menggunakan air sungai sebagai sumber air utama (86.15%) dan frekwensi distribusi kasus mencapai puncaknya pada bulan Agustus 1991 (36.92%).
Analisa memberikan hasil bahwa air bersih mentah yang dipergunakan untuk minum (OR=4.20, CI 95% 1.75 ; 10.18), dan adanya orang serumah yang sakit (0R=1.85, CI 95% 1.13 ; 3.90) berperan dalam penularan kejadian Hepatitis E dengan dampak terbesar adalah air bersih mentah yang dipergunakan untuk minum (AR=76.19%). Peran faktor risiko lain diluar dari yang telah disebutkan diatas masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Sedangkan untuk penanggulangan dan pencegahan membutuhkan usaha pendidikan kesehatan tentang cara mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

The Contamination Risk Factor with respect to the Hepatitis E Incident in the Regency of Sintang, West Kalimantan, in the Year 1991Hepatitis E was first recorded in Indonesia in 1978, when a survey on Hepatitis outbreaks in the Regency of Sintang, West Kalimantan, found 4 cases of Hepatitis E. An outbreak of this disease subsequently occurred in the Regency of Sintang in 1991, during which as many as 1262 cases with 12 deaths were recorded. To prevent the further spread of this Hepatitis E, efforts were made by carrying out an epidemiology study of the disease's risk factor. For this purpose, a case control study was conducted, using 65 cases and 65 controls. To get a picture of the epidemic traits, a descriptive analysis was made on the collected data, whereas a univariate, bivariate and multivariate analysis was applied in order to find the risk factor and its role in the Hepatitis E contamination incident.
The finding on the epidemic traits showed the following frequency distribution : the largest number of showed the following frequency distribution : the largest number of cases occurred in the village of Nyangkom (23.08%), the number of the cases on males (53.85%) exceeds that on females (46.15), the majority of the cases occurred to victims of 19 - 45 years of age (78.46%), the biggest number affected non-school goers (66.15%), most of which use the river as their main source of water supply (86.15%) and the case distribution frequency reached its peak in August, 1991 (36.92%).
The analysis rendered the following result : uncooked drinking water (OR=4.24, CI 95% 1.75 ; 10.18) and the fact that a house-mate is sick (OR=1.85, CI 95% 1.13 ; 3.90) have a role in the Hepatitis E contamination incident, but that uncooked drinking water has the biggest share (AR=76.19%). Further studies still need to be carried out to discover the role of risk factors other than those mentioned above. Preventive and corrective action needs be taken, by educating the community on healthy living, in particular by showing them ways to obtain clean water for their daily use.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Akhmad
"ABSTRAKSI
Retribusi adalah merupakan salah satu sumber penerimaan Daerah yang dapat digunakan untuk membiayai penyediaan/pemasokan jasa/pelayanan publik kepada masyarakat. Manfaat dari pengenaan retribusi terhadap komoditas yang disediakan oleh pemorintah Daerah tersebut antara lain ; merupakan salah satu penerimaan bagi daerah guna perluasan kapasitas pelayanan yang dipasok oleh Pemerintah Daerah. mewujudkan rasa keadilan. menjamin pemanfaatan sumber-sumber ekonomi secara efisien dan mencegah pemborosan dan mengurangi defisit Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD).
Dari beberapa jenis penerimaan retribusi daerah yang ada, salah satimya adalah retribusi pasar. Dengan adanya penerimaan ini diharapkan dapat memberkan manfaat sebagaimana tersebut di atas. Manfaat tersebut akan dapat dicapai apabila penerimaan retribusi pasar ini minimal dapat menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai operasional/pemungutan retribusi pasar itu sendiri.
Untuk mengetahui dan memperkirakan penerimaan retribusi pasar seperti yang diharapkan, maka perlu diketahui besarnya potensi dan kapasitas dari penerimaan retribusi pasar yang ada. Sehingga dengan demikian dapat ditetapkan target penerimaan retribusi pasar yang disesuaikan dengan potensi dan kapasitas penerimaan retribusi pasar yang ada atau sesuai dengan tingkat pemanfaatan tempat usaha (kios dan !os) oleli pedagang.
Menegenai pelaksanaan pengelolaan pasar daa rertibusinya agar dapat dilakukan dengan efaktif dan efisien, maka perlu ditentukan/dicari alternatif pengelolaan pasar dan retribusinya yang tentunya memberikan manfaat yang lebih besar bagi daerah. Ada tiga pilihan/alternatif yang diajukan dalam Pengelolaan pasar dan retribusinya yaitu ; tetap mempertahan Dinas Pasar tetapi tidak melakukan rasionalisasi terhadap personil/pegawai, tetap Dinas Pasar tetapi dengan melakuakaii rasionalisasi terhadap personil/pegawai, dan Pengelolaan pasar digabung dengan Badan Pengelolan Keuangan dan kekayaan daerali (BPKKD).
Untuk menentukan pilihan dari beberapa alternatif tersebut di atas, agar lebih menjamin untuk dilaksanakan ditentukan dengan membandingkan antara lain; jumlah personil/pegawai pengelola pasar, biaya operasional yang dikeliiarkan untuk pemungutan retribusi dan revisi terhadap tarif retribusi pasar yang diperlukan. Sehingga alternatif yang paling baik yang dipilih dan dapat menjamin untuk dilaksanakan din dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi Daerah.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T289
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emira Fajarini
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perilaku orangutan anak terhadap pengasuhan dan pembelajaran sosial dari orangutan remaja tidak berkerabat yang terjadi di Sekolah Hutan Tembak. Subjek pengamatan yang diamati yaitu dua individu orangutan borneo, Pongo pygmaeus Linnaeus, 1760 dari kelas umur anak dan remaja. Pengamatan perilaku menggunakan metode pencatatan data focal instantaneus sampling dengan interval 5 menit dan ad libitum sampling untuk perilaku sosial yang mengindikasikan pengasuhan dan pembelajaran sosial. Pengasuhan pada individu yang tidak berkerabat merupakan suatu bentuk perilaku altruisme. Orangutan remaja memenuhi peran induk dengan kebiasaan berbagi makanan, berbagi sarang, dan menunggu ketika menjelajah. Kedekatan di antara kedua subjek pengamatan memungkinkan terjadinya pembelajaran sosial. Pembelajaran sosial menyebabkan orangutan anak banyak mengimitasi perilaku orangutan remaja. Hasil penelitian didapatkan data yang setara dengan 396 jam waktu pengamatan di Kandang Sosialisasi dan Sekolah Hutan. Terdapat perbedaan signifikan Uji Friedman, P < 0,05 antara proporsi aktivitas orangutan anak ketika beraktivitas bersama dan terpisah dengan orangutan remaja. Proporsi aktivitas harian orangutan lebih menyerupai orangutan remaja ketika bersama dibandingkan ketika berpisah. Hal tersebut membuktikan bahwa jarak kedekatan memungkinkan terjadinya pengasuhan dan pembelajaran sosial yang berpengaruh pada perilaku orangutan anak.

Adoption or parental care behavior to unrelated individuals is a form of altruism. The adoption of orangutans is demonstrated by parental care habits, such as sharing food, sharing nests, and wait during travel, fulfilling the parent role to juvenile orangutan. This research was conducted to find out juvenile orangutan rsquo s behavior responses to adoption and social learning by unrelated adolescent orangutans that occurred at Tembak Forest School. In the case of social learning, the juvenile orangutan will copy or imitate the behavior of adolescent orangutan when in close proximity. The observation used focal instantaneous sampling with 5 minute interval and ad libitum sampling for recording the social behavior, social learning, and altruism data. The results of the study were equals to 396 hour observation at Socialization Cage and Forest School, both showed significant difference Friedman Test, P 0.05 between activity proportion when juvenile orangutan in close proximity and separated with the adolescent orangutan. When in close proximity, juvenile orangutan rsquo s behavior is more similar to adolescent orangutan than when separated. Close proximity between individuals enable parental care behavior and social learning that affecting juvenile orangutan rsquo s behavior.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poltak Johansen
Yogyakarta: Amara Books, 2017
306.4 POL r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Mira Sophia
"Kalimantan adalah pulau terbesar ketiga di dunia, yang memiliki ratusan, bahkan ribuan, sungai dan anak sungai. Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, dengan panjang 1.143 kilometer, merupakan sungai terpanjang di Indonesia, yang selama berabad-abad telah membentuk masyarakat yang berkebudayaan sungai, dalam wujud kota-kota tepi sungai dari hulu hingga hilir sungai-sungainya. Dengan mengangkat 'lanting', salah satu bentuk permukiman tepi sungai di Kalimantan, penelitian ini ingin mengungkap fenomena kehadiran permukiman tepi sungai dalam konstitusi masyarakat perkotaan di Kalimantan. Ekologi politik digunakan sebagai pendekatan untuk mengungkap proses-proses sosial, ekonomi dan politik serta lingkungan pada permukiman lanting, untuk memberikan makna yang lebih mendalam terhadap hubungan kota dan sungai, yang merupakan representasi hubungan manusia dan alam yang kompleks. Lokasi studi adalah Kota Sintang, Kalimantan Barat. Penelitian di lapangan dilaksanakan dalam rentang waktu Oktober 2016 hingga Januari 2018. Partisipan berjumlah 25 orang, dengan penentuan partisipan melalui teknik purposive sampling dan snowball sampling, untuk menghasilkan sampel ilustratif. Data-data diolah dengan mengikuti kaidah teori beralas klasik (classic grounded theory), yang meliputi tahapan pengodean terbuka, penyusunan kategori dan properti (sub kategori) serta kategori inti, yang dijalin oleh proses penulisan memo dan perbandingan konstan hingga mencapai tahap saturasi. Penelitian ini menghasilkan usulan teori substantif baru yaitu 'urbanisme jejaring berbasis sungai' atau 'urbanisme dendritik' yang menawarkan cara pandang baru dalam memahami permukiman tepi air perkotaan sebagai manifestasi dari 'nexus' sosial-ekonomi-politik-lingkungan yang kompleks.

Borneo is the third-largest island in the world, boasting hundreds, if not thousands, of rivers and tributaries. The Kapuas River in West Kalimantan, with a length of 1,143 kilometers, is the longest river in Indonesia, which for centuries has shaped the culture of the community. By using 'lanting', a form of a river settlement in Kalimantan, this study aims to reveal the phenomenon of the river settlements in the constitution of urban society. Political ecology is used as an approach to reveal social, economic, and political as well as environmental processes in the lanting settlement, to give a deeper understanding of the relationship between the city and the river, which represents a complex relationship between human and nature. The study was conducted in Sintang City, West Kalimantan. In carrying out this research, the Glaserian grounded theory method is used. Field research was carried out in the period from October 2016 to January 2018, at two lanting settlements in Sintang City: Pasar Durian and Tanjung Puri, with 25 participants, which were chosen following the purposive and snowball sampling. This research produces a new substantive theory, 'river-based network urbanism' or 'dendritic urbanism' which offers a new perspective in understanding urban waterfront settlements as a manifestation of a complex socio-economic-political-environmental 'nexus'. The political ecology itself can be seen as a novelty to fill the methodological gap in architectural research and urban settlement studies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>