Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Avianti Hartadi
Abstrak :
Sindroma Down disebabkan abnormalitas kromosom yaitu adaya kromosom ekstra  pada pasangan kromosom ke 21 dengan karakteristik tertentu. Anak sindroma Down memliki gingivitis. sIgA di dalam saliva merupakan tanda diaktivasinya respon imun humoral di dalam rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar sIgA saliva dengan gingivitis anak sindroma Down. Subyek penelitian berusia 15-17 tahun, sebanyak 34 anak yang terdiri dari 17 anak sindroma Down dan 17 anak normal. Seluruh subyek penelitian dinilai kadar sIgA saliva menggunakan ELISA tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif lemah tidak bermakna antara kadar sIgA saliva dan gingivitis anak sindroma Down. (r=-0.210, p=0.419). Penelitian ini dapat disimpulkan semakin tinggi kadar sIgA saliva pada anak sindroma Down maka semakin rendah gingivitis anak sindroma Down ......Down syndrome is an abnormality caused by  extra chromosome in the 21st pair of chromosomes with specific characteristics. Children  with Down syndrome mostly have gingivitis in their mouth. sIgA in the saliva is a sign activated by humoral immune response in the oral cavity. The aim of this study is to investigate the relationship of salivary sIgA concentration with gingivitis in Down syndrome children. Total of the subjects are 34 consisting of 17 down syndrome children and 17 normal children and aged between 15-17 years old. All subject assessed the concentration of salivary sIgA using indirect ELISA. The results showed an insignificant weak negative correlation between salivary sIgA concentration and gingivitis in Down syndrome children. This study established that the higher levels of salivary sIgA in Down syndrome children, the lower gingivitis in Down syndrome children.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Amira
Abstrak :
Latar Belakang: Sindroma Down merupakan kelainan genetik yang disebabkan oleh terjadinya trisomi pada kromosom 21.  Penyandang sindroma Down memiliki karakteristik fisik dan kondisi sistemik tertentu. Hal ini berhubungan dengan kondisi rongga mulutnya, terutama jaringan periodontal (gingiva) serta kebersihan gigi dan mulut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi gingivitis dan OHIS (Oral Hygiene Index-Simplified) pada penyandang sindroma Down usia 14 tahun ke atas di SLB tipe C di Jakarta. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang. Subjek penelitian adalah 174 penyandang sindroma Down usia 14 tahun ke atas yang bersekolah di SLB tipe C di Jakarta. Gingivitis diukur menggunakan Indeks Gingiva oleh Loe dan Sillness, sementara kebersihan gigi dan mulut diukur menggunakan OHIS oleh Greene dan Vermillon. Hasil: Hasil dari penelitian menunjukkan distribusi frekuensi gingivitis sebagai berikut; 3,45% bebas gingivitis, 47,13% gingivitis ringan, 40,80% gingivitis sedang, dan 8,63% gingivitis berat. Sementara, untuk distribusi frekuensi OHIS adalah sebagai berikut; 28,16% memiliki OHIS baik, 49,43% memiliki OHIS sedang, dan 22,41% memiliki OHIS buruk. Kesimpulan: Penyandang sindroma Down memiliki distribusi frekuensi gingivitis yang dominan pada gingivitis ringan dan sedang, sementara mayoritas memiliki OHIS sedang. ...... Background: Down syndrome is a genetic disorder caused by trisomy in chromosome 21. Individuals with Down syndrome have specific physical characteristics and systemic conditions. This may relate to their oral condition, such as periodontal tissues (gingiva) as well as their oral hygiene. Objective: The aim of this study is to know the frequency distribution of gingivitis and OHIS (Oral Hygiene Index-Simplified) in 174 individuals with Down syndrome aged 14 and above in SLB type C in Jakarta. Method: This study used a cross-sectional descriptive method. Research subjects were 174 individuals with Down syndrome aged 14 and above who went to school in SLB type C in Jakarta. Gingivitis was measured using Gingival Index by Loe and Sillness, while oral hygiene was measured using OHIS by Greene and Vermillon. Result: The result of this study showed a frequency distribution of gingivitis as follows; 3.45% were free of gingivitis, 47.13% had mild gingivitis, 40.80% had moderate gingivitis, and 8.63% had severe gingivitis. Frequency distribution of OHIS were as follows; 28.16% had good OHIS, 49.43% had fair OHIS, and 22.41% had poor OHIS. Conclusion: Individuals with Down syndrome had frequency distribution of gingivitis mainly in mild and moderate category, while the majority the subjects had fair OHIS.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana
Abstrak :
Sindroma Down disebabkan abnormalitas kromosom yaitu nondisjuction kromosom 21 dengan karakteristik tertentu. Anak sindroma Down memiliki resistensi yang baik terhadap karies. sIgA di dalam saliva merupakan tanda diaktivasinya respon imun humoral di dalam rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar sIgA saliva dengan karies anak sindroma Down. Subjek penelitian berusia 15-17 tahun, sebanyak 34 orang yang tediri dari 17 anak sindroma Down dan 17 anak normal. Seluruh subjek penelitian dinilai kadar sIgA saliva menggunakan ELISA tidak langsung. Hasil penelitian menunjukan hubungan negatif kuat bermakna antara kadar sIgA saliva dan karies anak sindroma Down (r=-0.628, p=0.007). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kadar sIgA saliva dan karies anak sindroma Down.
Down syndrome is caused by chromosomal abnormalities nondisjuction chromosome 21 with particular characteristics. Down syndrome children have a good resistance against caries. sIgA in the saliva is a sign activated humoral immune response in the oral cavity. This study aimed to investigate the relationship of salivary sIgA concentrations with caries Down syndrome children. Subjects aged 15-17 years, a total of 34 people consisting of 17 Down's syndrome children and 17 normal children. All subject of the study assessed the concentratios of salivary sIgA using indirect ELISA. The results showed an significant strong negative correlation was found between salivary sIgA concentration and caries Down syndrome children (r = -0628, p = 0.007). This study established that salivary sIgA concentration and caries Down syndrome children was significant correlation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S2017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Eka Nurcahya
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Sindroma Down SD merupa kan kelainan genetik yang disebabkan oleh trisomi kromosom nomor 21. Kelainan ini menyebabkan abnormalitas pada pertumbuhan dan perkembangan orokraniofasial. Tujuan: Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi klasifikasi maloklusi Angle dan profil jaringan lunak wajah Subtelny pada penyandang Sindroma Down di Jakarta. Metode: Deskriptif potong lintang, partisipan penelitian adalah penyandang Sindroma Down yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa di Jakarta. Klasifikasi maloklusi Angle ditentukan melalui pemeriksaan klinis, profil jaringan lunak wajah ditentukan melalui pengukuran sudut nasion N, subnasal Sn dan pogonion Pog pada foto profil digital. Hasil: Penelitian melibatkan 40 penyandang Sindroma Down dengan rentang usia 14-41 tahun. Klasifikasi maloklusi Angle kelas I ditemukan pada 14 orang 35, maloklusi Angle kelas II ditemukan pada 3 orang 7,5 dan maloklusi Angle kelas III ditemukan pada 23 orang 57,5 . Profil jaringan lunak wajah datar ditemukan pada 13 orang 32,5, profil jaringan lunak wajah cembung ditemukan pada 3 orang 7,5 dan profil jaringan lunak wajah cekung ditemukan pada 24 orang 60. Kesimpulan: Mayoritas penyandang Sindroma Down memiliki klasifikasi maloklusi Angle kelas III dan profil jaringan lunak wajah cekung.
ABSTRACT
Background Down Syndrome is genetically abnormality on chromosome 21. Phenotipically the abnormality was characterized by the defect on orocraniofacial growth. Aim The aim of this research was to describe frequency distribution Angles malocclusion classification and soft tissue facial profile of Subtelny on people with Down Syndrome in Jakarta. Method Descriptive study with cross sectional design, people with Down Syndrome age 14 41 years old in Sekolah Luar Biasa Special Schools in Jakarta was used as participants for this study. Angles malocclusion classification was determined by clinical examination, soft tissue profile was by measuring angle of soft tissue nasion N, subnasal Sn and pogonion Pog rsquo on digital profile picture. Results Result showed that Angles malocclusion classification class I was found in 14 people 35, Angles malocclusion class II was found in 3 people 7,5 and Angle rsquo s malocclusion class III was found in 23 people 57,5. Flat soft tissue facial profile was found in 13 people 32,5, convex soft tissue facial profile was found in 3 people 7,5 and concave soft tissue facial profile was found in 24 people 60. Conclusion Predominantly people with Down Syndrome has class III Angles malocclusion and concave soft tissue facial profile.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Isabella Hotmidatua
Abstrak :
Sindroma Down adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh trisomi kromosom 21. Anak dengan sindroma Down memiliki kondisi rongga mulut yang beragam dan memiliki masalah kesehatan oral seperti karies dan penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian karies pada anak dengan sindroma Down usia 14 tahun ke atas di SLB C Jakarta. Subjek penelitian berasal dari 43 SLB C di Jakarta. Total subjek adalah 174 anak dengan sindroma Down usia 14 sampai 53 tahun. Pemeriksaan karies dilakukan dengan pemeriksaan klinis menggunakan indeks DMF-T. Hasil penelitian ditemukan indeks DMF-T 5,90 pada total subjek dengan prevalensi karies sebesar 84,48 . Kesimpulan studi ini adalah terdapat tingkat kejadian karies yang tinggi pada anak dengan sindroma Down usia 14 tahun ke atas di SLB C Jakarta dengan indeks DMF-T sebesar 5,90."
Down syndrome is a genetic disorder caused by trisomy of chromosome 21. Down syndrome children have variety of oral characteristics and have oral problem such as caries and periodontal disease. The aim of this study is to know frequency distribution of caries in Down syndrome children aged 14 years and over in SLB C Jakarta. Subjects of this study are from 43 SLB C in Jakarta. Total of subjects are 174 Down syndrome children aged 14 to 53. Caries examination was done by clinically using DMF T index. The result of this study is 5,90 DMF T index in total subject population with 84,48 caries prevalence. This study conclude that Down syndrome children aged 14 years and over in SLB C Jakarta have high caries experience with DMF T index scored 5,90.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faraghea Yumasdhika
Abstrak :
ABSTRAK
Pada tahun 2013, prevalensi anak dengan sindroma Down meningkat menjadi 13 dari anak yang lahir. Facial, Leg, Activiry, Cry, and Consolability FLACC merupakan instrumen penilaian rasa sakit yang dapat digunakan pada anak dengan sindroma Down. Enzim alfa amilase saliva merupakan enzim yang berada di dalam saliva dan dianggap mampu menjadi biomarker terhadap rasa cemas. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa baik alfa amilase saliva maupun rasa sakit dapat meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas sistem Sympatho Adrenal Medullary SAM . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara skor FLACC dan nilai alfa amilase saliva selama prosedur anestesi lokal injeksi untuk esktraksi gigi sulung pada anak dengan sindroma Down. Metode consecutive sampling dilakukan untuk mendapatkan 25 subjek dengan sindroma Down. Pengamatan skor FLACC dilakukan pada saat injeksi. Pengambilan nilai ASS dilakukan dengan alat Nipro Cocorometer sewaktu dan 10 menit setelah injeksi dilakukan. Data hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan Uji Korelasi Spearman dengan batas kemaknaan p le;0,05. Terdapat hubungan positif r=0,64 antara skor FLACC dengan nilai alfa amilase saliva selama perawatan dental pada anak dengan sindroma Down.
ABSTRACT
The number of babies born with Down syndrome increased by about 13 in 2013. Facial, Leg, Activity, Cry, and Consolability FLACC scale is an instrument that can be used to assess pain for children with Down syndrome. Salivary Alpha Amylase is an enzyme that can be found in saliva and believed to be a biomarker for reliable anxiety. Several studies showed that the value of salivary alpha amylase and pain were increased along with the activity of Sympatho Adrenal Medullary SAM system. The aim of this study was to analyzed the correlation between salivary alpha amylase and FLACC pain score during local anesthetic injection for extraction of deciduous teeth in children with Down syndrome. A consecutive sampling was used to select 25 children with Down syndrome. FLACC was assessed during the treatment. The value of salivary alpha amylase was taken with Nipro Cocorometer at the time, and 10 minutes after injection. Obtained data were analyzed using Spearman Correlation test. The significant level was set at p le 0.05. There was a strong correlation between salivary alpha amylase and FLACC pain score.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komang Rahayu Indrawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Viona Rizal
Abstrak :
Latar belakang: Anak penyandang sindroma Down memiliki oral hygiene yang buruk akibat terbatasnya kemampuan kognitif dan motoriknya dalam menyikat gigi, sehingga mereka membutuhkan edukasi kesehatan gigi dan mulut. Terdapat berbagai cara edukasi seperti dengan verbal konvensional ataupun dengan menggunakan alat permainan edukatif seperti busy book. Tujuan: Membandingkan perubahan OHI-S pada anak penyandang sindroma Down sebelum dan sesudah edukasi dengan busy book dan verbal konvensional. Metode Penelitian: 30 anak penyandang sindroma Down dibagi ke dalam dua kelompok masing-masing 15 anak dalam kelompok edukasi dengan busy book dan edukasi secara verbal konvensional. Penilaian oral hygiene dilakukan dengan menggunakan OHI-S yang dilakukan sebelum dan sesudah edukasi. Data statistik dianalisis menggunakan t-tes tidak berpasangan untuk membandingkan perubahan OHI-S antara kelompok edukasi dengan busy book dan verbal konvensional. Hasil: Secara substansi, kelompok edukasi dengan busy book (∆ = -0,72±0,44) lebih baik dari pada kelompok edukasi dengan verbal konvensional (∆ = -0,12±0,28). Secara statistik terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara delta OHI-S kelompok edukasi dengan busy book dan verbal konvensional. Kesimpulan: Edukasi dengan busy book pada kelompok anak penyandang sindroma Down lebih efektif dibandingkan dengan edukasi secara verbal konvensional.
Background: Children with Down syndrome have poor oral hygiene due to their limitations in cognitive and motor development of brushing teeth. Therefore a dental health education by conventional verbal or busy book is needed. Busy book Ayo Sikat Gigi is an educated book designed to educate, improve creativity, cognitive, and fine motor skills of young children in tooth brushing. Objective: Comparing the effectiveness of education with busy book and conventional verbal to oral hygiene changes in children with Down syndrome. Methods: Thirty children with Down syndrome are divided into two groups, 15 children respectively busy book group and 15 children conventional verbal group. Assessment of oral hygiene before and after education was performed by using OHI-S. The data were analyzed using independent t-test for comparison OHI-S changes between busy book group and conventional verbal group. Result: There were a significant difference (p<0,05) of OHI-S between the busy book and conventional verbal group. Conclusion: In Down syndrome children, education by busy book is more effective than conventional verbal.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Ali
Abstrak :
Penelitian di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran umum tingkat kesehatan gigi dan mulut (kebersihan mulut, kesehatan gingiva, dan karies gigi) anak yang berkunjung di Klinik Khusus Tumbuh Kembang Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita dan untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut (kebersihan mulut, kesehatan gingiva, dan karies gigi) antara anak sindroma Down dan anak non sindroma Down yang berkunjung ke Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita. Selain itu juga diharapkan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun program perawatan gigi dan mulut anak sindroma Down di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, Subyek penelitian dilakukan pada 34 anak sindroma Down dan 39 anak yang tidak mengalami kelainan genetika dengan usia 21-76 bulan. Penelitian merupakan kasus kelola berdasarkan data rekam medik, pengamatan serta wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks gingivitis untuk kelompok anak sindroma Down 0,60 dan anak non sindroma Down 0,51, ada perbedaan yang tidak bermakna. Anak sindroma Down mengalami karies dengan def-t rata-rata 4,65 dan anak non sindroma Down def-t rata-rata 4,28.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library