Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulfa Sekar Langit
Abstrak :
In the study Self talk as 8 Regulatory Mechanism: How You Do It Matters (Kross et al., 2014) shows the use of names when doing self talk strategies can be used as a mechanism of self regulation of stressors in the future. However, in Indonesia, there is a culture where people are accustomed to calling themselves by name when interacting daily. This study attempted to further understand the influence of name use strategies when self talk to the mechanism of self regulation of future stressors in individuals who have been accustomed to calling themselves by name. The study was conducted in two studies (N = 195) with a university student as a participant. In study 2 participants were people who were accustomed to calling themselves by name. The results of the analysis showed that participants who did self talk strategy using names (M: 0,913; SD=0,417) assessed the stressors in the future as a challenge rather than a threat compared to participants who did self talk strategy using the first person pronoun (M: 0,732. SD=0,368). This difference is significant t(93) = min 1,107, p>0,05 (Study 1). Meanwhile, in participants who are accustomed to calling themselves by name, the assessment of stress triggers in the future does not differ significantly between the conditions of using names (M=0,71; SD= 0,29) and the condition of using first person pronoun (M=0,65; SD=0,27) with the results of the t test as follows, t(93) = min 1,107, p>0,05. (Study 2). That is, the selftalk strategy uses the name of the mechanism of self regulation in individuals who are accustomed to calling themselves by name unable to change judgment (from a threat to challenge) to future stressors.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2018
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Widodo
Abstrak :
Internet yang menghubungkan ratusan juta komputer di seluruh dunia dalam sebuah jaringan merupakan medium komunikasi yang berkembang paling pesat dalam satu dasawarsa terakhir. Dalam komunitas virtual di internet terjadi komunikasi antar-pribadi dalam bentuk yang sedikit berbeda dengan komunikasi antar-pribadi secara tatap muka. Penelitian ini bertujuan mencari perbedaan antara komunikasi antar pribadi,di internet dengan komunikasi antar-pribadi secara tatap muka. Karena beberapa faktor yang berbeda di antara keduanya, model komunikasi yang terbentuk menjadi tidak sama persis. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan antara dua model komunikasi tersebut antara lain kuatnya anonimitas dalam komunikasi virtual, rendahnya kendala psikologis karena komunikasi dilakukan tanpa melihat lawan bicaranya serta umpan balik yang tidak harus dilakukan secara serta merta dalam beberapa jenis piranti komunikasi. Perbedaan yang juga timbul adalah sulitnya menyampaikan bahasa non-verbal dalam komunikasi antar-pribadi di internet. Untuk menjelaskan perbedaan tersebut, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah "komunitas internet Indonesia" yang terdiri dari pengguna internet di Indonesia dan warga negara Indonesia di !ear negeri yang mempergunakan internet. Dari hasil penelitian ini diperoleh, rendahnya kendala psikologis menyebabkan terjadinya keberanian dan ketegasan dalam berkomunikasi (communication apprehension dan assertiveness) yang lebih besar dibandingkan komunikasi secara tatap muka.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Puspa Pratiwi
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara sport-confidence dan self-talk pada atlet bulutangkis. Sport-confidence adalah kepercayaan atau tingkat keyakinan yang individu miliki terhadap kemampuannya untuk meraih keberhasilan dalam bidang olahraga (Vealey, 1986). Sementara itu, self-talk adalah dialog pribadi, diucapkan lantang ataupun tidak, yang digunakan atlet untuk menginterpretasikan perasaan dan persepsinya, meregulasi dan merubah evaluasi dan keyakinannya, serta memberikan instruksi dan reinforcement untuk dirinya sendiri (Hardy, Gammage, & Hall, 2001). Sebanyak 97 atlet bulutangkis menjadi partisipan dalam studi ini dengan mengisi kuesioner. Sport-confidence diukur dengan menggunakan sport-confidence Inventory-4 (SCI-4) yang disusun oleh Vealey & Knight (2002), sedangkan pengukuran self-talk menggunakan Self-Talk Questionnaire (S-TQ) yang dikembangkan oleh Zervas, Stavrou, & Psychountaki (2007). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara SC-physical skills and training, SC-cognitive efficiency, dan SC-resilience dengan ST-motivasional dan ST-kognitif. ......This research is conducted to find the relationship between sport-confidence and self-talk among badminton athletes. Sport-confidence was defined as the belief or degree of certainty individuals possess about their ability to be successful in sport (Vealey, 1986, P. 222). Meanwhile, self-talk was defined as a dialogue, a small voice in one?s head or said loud, in which the individual interprets feelings and perception, regulates and changes evaluations and convictions, and gives him/herself instruction and reinforcement (Hardy, Gammage, & Hall, 2001). 97 badminton athletes participated in this study by completing the questionnaires. Sport-confidence was measured by sport-confidence Inventory-4 (SCI-4) created by Vealey & Knight (2002) while, self-talk was measured by Self-Talk Questionnaire (S-TQ) created by Zervas, Stavrou, & Psychountaki (2007). The result of this research shows that SC-physical skills and training, SC-cognitive efficiency, and SC-resilience positive correlated significantly with ST-motivational and ST-cognitive.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60111
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Tirta Luzanil
Abstrak :
Penggunaan kata ganti orang yang berbeda dalam self-talk dapat memberikan tingkat self-compassion yang berbeda. Penelitian ini ingin mengetahui apakah penggunaan nama diri saat melakukan self-talk lebih meningkatkan self-compassion daripada penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saat melakukan self-talk. Di Indonesia, kata ganti orang pertama tunggal terdiri dari saya dan aku, sementara nama diri bukan merupakan kata ganti orang. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 74 orang. Partisipan diminta menulis pengalaman yang selalu membuat khawatir dan berusaha memahami mengapa bisa merasa seperti itu. Kemudian partisipan diminta untuk menulis surat kepada dirinya sendiri. Sebelum mulai mengerjakan, partisipan kelompok pertama diminta untuk menggunakan kata ganti orang pertama tunggal dan kelompok dua menggunakan nama diri untuk merujuk kepada diri sendiri. Pengukuran dilakukan oleh tim penilai melalui surat yang telah ditulis oleh partisipan. Hasil penelitian mendukung hipotesis bahwa partisipan yang menggunakan nama diri saat melakukan self-talk lebih meningkatkan self-compassion daripada penggunaan kata ganti orang pertama tunggal saat melakukan self-talk. Hasil ini memberikan alternatif yang dapat dilakukan ketika menghadapi situasi sulit.
The use of different personal pronouns in self-talk can provide different level of self-compassion. This study investigated whether the use of proper name when doing self-talk further increase self-compassion rather than use the first-person singular pronoun when doing self-talk. In Indonesia, the firstperson singular pronoun consists of saya and aku, while proper name is not personal pronoun. Participants in this study amounted to 74 persons. Participants were asked to write their experience which always make them worried and trying to understand why it can feel like it. Then participants were asked to write a letter to themselves. Before they begin, the first group of participants were asked to use the first-person singular pronoun and the second groups using the proper name to refer to themselves. Measurements were made by raters through a letter written by the participants. The results supported the hypothesis that participants who use proper name when doing self-talk further increase self-compassion rather than use first-person singular pronoun when doing self-talk. These result provides an alternative to do when faced with difficult situations.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
Abstrak :
Pemberian ASI eksklusif di Indonesia cenderung menurun, menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada bayi. Ibu harus memiliki kemampuan, komitmen dan memperoleh dukungan untuk tetap memberikan ASI eksklusif. Strategi yang dilakukan adalah dengan positive self talk dan keluarga pedukung ASI. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan latihan positive self talk dan keluarga pedukung ASI dalam meningkatkan self eficacy pemberian ASI. Desain penelitian ini adalah quasi experiment pre-post test without control group. Jumlah sampel penelitian sebanyak 31 orang yang diambil melalui tehnik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan. Hasil intervensi menunjukan terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan serta self eficacy yang signifikan ibu hamil dan menyusui yang mengikuti latihan positive self talk p. ...... Exclusive breastfeeding provision in Indonesia tend to decreas, causing various health problems in infants. Mothers must have the capacity, commitment and the support to continue to provide exclusive breastfeeding. One effort to foster and support using positive self talk exercises and breastfeeding support family. This Study aimed to given on overview as the effect of of positive self talk exercise and breastfeeding families in improving self efficacy breastfeeding. The design of this study was a quasi experiment pre post test without control group. The number of research sample is 31 people taken through purposive sampling technique. This research was conducted for 8 months. The results showed an increase in perceptions, attitudes and achievements of mothers who involved positive self talk exercises p.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Sekar Langit
Abstrak :
Penelitian ini menguji strategi berbicara pada diri sendiri self-talk menggunakan nama sebagai mekanisme regulasi diri terhadap pemicu stres di masa depan. Penelitian ini terdiri dari dua studi yang merupakan studi lanjutan dari studi yang berjudul Self-talk as a regulatory mechanism: How you do it matters Kross dkk., 2014. Studi 1 menunjukkan bahwa penggunaan nama saat self-talk, dapat mengubah penilaian terhadap pemicu stres di masa depan, dari ancaman menjadi tantangan, dibandingkan jika menggunakan kata ganti orang pertama atau ldquo;aku rdquo;. Studi 2 menguji dampak strategi self-talk menggunakan nama pada individu yang terbiasa menyebut diri dengan nama. Hal ini dilakukan karena di Indonesia terdapat budaya yang masyarakatnya terbiasa menyebut diri dengan nama saat berinteraksi sehari-hari. Studi 2 menunjukkan bahwa strategi self-talk menggunakan nama atau kata ganti orang pertama tidak memberikan penilaian pemicu stres yang berbeda pada individu yang terbiasa menyebut diri dengan nama. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan desain, 2 jenis self-talk: kata ganti orang pertama aku vs nama secara between subject.
This study examined the effect of self distancing as a self regulatory mechanism of the future stressor. The effect of self distancing is inflicted by doing self talk using one 39 s own name instead of using the first person pronoun ldquo I rdquo . This study consists of two studies which are an advanced study from a study titled, Self talk as a regulatory mechanism How you do it matters Kross dkk., 2014. Study 1 shows that using one's own name in self talk could appraise future stressor as a less threatening term and turn it into challenges. Study 2 examined the effects of self talk using one's own name in individuals who already accustomed to using one's own name in daily life. In consideration that there are certain cultures in Indonesia where it is common to use one's own name in daily life. As a result, self talk strategy using one's own name shows no effect on future stressor appraisal in individual who already accustomed using one's own name in daily life. This study is done through a between subject experiment with design, 2 the type of self talk first person pronouns I vs one's own name.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Hilmy Abdullah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian dilakukan pada sebuah panti asuhan yang terdapat pada kota Depok, Jawa Barat. Urgensi permasalahan panti asuhan tersebut adalah rendahnya perilaku belajar yang mengakibatkan prestasi akademik menjadi rendah juga sehingga menciptakan lulusan panti asuhan dengan cita-cita yang rendah. Remaja panti asuhan tersebut mengalami gangguan psikologis yang tepatnya pada harga diri dikarenakan beban psikologis yang mereka rasakan terhadap stereotipe negatif remaja panti asuhan sehingga mengubah persepsi akan diri dan lingkungannya menjadi negatif juga. Pada akhirnya pertumbuhan mereka yang secara essensial memerlukan orang tua terganggu sehingga menjadi pola perkembangan yang tidak sehat. Hasil pengukuran baseline menunjukkan harga diri dimensi sosial rendah dengan nilai mean 3,4 dibanding dimensi performa 3,7 dan dimensi fisik 3,6. Pada penelitian intervensi, harga diri dimensi sosial ditingkatkan melalui program positive self-talk dan menunjukkan harga diri pada hasil pre-post test secara total meningkat secara signifkan, pada hasil uji Wilcoxon non-parametric nilai Z total -2,484 dengan p value 0,013 < 0,05. Sedangkan dimensi sosial tidak signifikan pada nilai Z -1,546 dengan p value 0,122 ABSTRACT
The research was conducted on an orphanage which is located in Depok, West Java. The urgency of the orphanage rsquo s problem lies on their low learning behavior which effect negatively to their academic performance thus making the graduates of the orphanage having low goal of work and college studies. The orphan rsquo s teenagers have gone through psychological disturbance which directly goes to their self esteem caused by psychological burden of negative orphan stereotypes which in the end change their perception negatively of themselves and also to their environment. In the end their growth which essentially needed their parents are disrupted thus making an unhealthy personal development. Baseline studies showed self esteem rsquo s social dimension were low with mean 3,4 compared to other dimension like performance 3,7 and appearance 3,6. In the intervention research the social dimension were enhanced through positive self talk program. In pre post total test showed positive changes significantly in Wilcoxon non parametric test shows Z value total 2,484 and p value 0,013 0,05. Nevertheless, the social dimension shows insignificant changes with Z value 1,546 p value 0,122
2018
T50822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Mega Rosdiana
Abstrak :
ABSTRAK
Pengaruh Self-Talk Menggunakan Kata Ganti Bukan Orang Pertama Terhadap Penilaian Tantangan-Ancaman yang Dimoderasi oleh Persepsi Tingkat Kesulitan Tugas rdquo; Setiap individu memiliki cara berbeda dalam menilai situasi yang memicu stres, hal ini dibahas dalam kerangka teori penilaian tantangan-ancaman. Penilaian tantangan-ancaman memungkinkan adanya interaksi bersamaan antara proses kognitif, afektif dan fisiologis. Self-talk menggunakan kata ganti bukan orang pertama memunculkan efek self-distance yang berguna untuk meregulasi pikiran, emosi dan perilaku. Sedangkan persepsi tingkat kesulitan tugas dapat mempengaruhi motivasi, harapan untuk sukses, kecemasan dan performasi. Penelitian eksperimen ini bertujuan mengetahui efektifitas self-talk menggunakan kata ganti bukan orang pertama terhadap penilaian tantangan-ancaman ketika persepsi tingkat kesulitan tugas sulit dan rendah. Subjek N=160 terbagi dalam empat kondisi, self-talk menggunakan kata ganti bukan orang pertama persepsi tugas mudah N=39 , self-talk menggunakan kata ganti bukan orang pertama persepsi tugas sulit N=40 , self-talk menggunakan kata ganti orang pertama persepsi tugas mudah N=38 dan self-talk menggunakan kata ganti orang pertama persepsi tugas sulit N=43. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara self-talk menggunakan kata ganti bukan orang pertama dan kata ganti orang pertama ketika menghadapi situasi dengan persepsi tingkat kesulitan tugas tinggi dan tingkat kesulitan tugas rendah, hasil analisis self-report F 3;156 = 8,196: p< 0,05, ? p2 = 0,13, hasil analisis esai F 3;156 = 12,378: p< 0,05, ? p2 = 0,192. Melalui analisis post hoc diketahui bahwa pada tugas yang mudah pada hasil self-report, tidak menunjukkan perbedaan antara self-talk menggunakan kata ganti bukan orang pertama dengan self-talk menggunakan kata ganti orang pertama p= 0,923 . Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap self-talk menggunakan kata ganti bukan orang pertama dapat membantu menilai situasi yang memicu stres lebih sebagai tantangan daripada ancaman. Kata kunci: teori penilaian tantangan-ancaman, self-distance, self-talk, stres, regulasi diri, persepsi tingkat kesulitan tugas.
ABSTRACT
The Effect of Self Talk with Non First Person Pronoun to Challenge Threat Apraisals Moderated by Perception Task Difficulty rdquo Each individual will have different ways of evaluation stress inducing situations, one theoretical framework that offers how individuals respond to stress is challenge threat appraisal. Challenge and threat enables concurrent interaction between cognitive, affective and physiological processes. Self talk using the first person pronoun enables the emergence of a self distance effect that helps people to regulate themselves. While perceptions of task difficulty can affect motivation, expectation for success, anxiety and performance. This experimental study aims to determine the effectiveness of self talk using non first person pronouns and first person pronouns to shallenge threat apraisals moderated by perception task difficulty. Subjects N 160 was divided into four experimental conditions, self talk using non first person pronouns with easy task perception N 39 , self talk using non first person pronouns with difficult task perceptions N 40 Self talk using the first person pronouns with easy task perceptions N 38 and self talk using the first person pronouns with difficult task perception N 43 The results of this study there is a significant differences between self talk using non first person pronouns and first person pronouns with perceptions of different levels of task difficulty. Self report analysis results F 3, 156 8.196 p
2017
T48792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Sulistio,author
Abstrak :
Konsep diri merupakan bagian penting dari kehidupan seorang anak. Anak dengan konsep diri positif akan merasa dirinya kompeten dalam menghadapi tugas - tugas di sekolah. Anak dengan konsep diri negatif cenderung akan merasa dirinya tidak kompeten atau meragukan kemampuannya untuk meraih prestasi di sekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep diri seorang anak dapat mempengaruhi bagaimana anak tersebut berpikir dan bertingkah laku. Salah satu penyebab seorang anak mempunyai konsep diri negatif adalah adanya kekeliruan pola berpikir tentang diri sendiri dan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengubah kekeliruan pola berpikir pada individu adalah melalui Cognitive behavior therapy. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh cognitive behavior therapy dalam meningkatkan konsep diri anak menjadi lebih positif. Terapi dilaksanakan dengan menggunakan program - program cognitive behavior therapy yang telah disusun oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoda studi kasus. Metoda yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara, observasi, dan dokumen. Partisipan pada penelitian ini adalah klien Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi UI yaitu; G, anak laki-laki berusia 9 tahun 7 bulan dan memiliki konsep diri negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cognitive behavior therapy mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan konsep diri anak menjadi lebih positif. Namun, peneliti meragukan apakah keberhasilan terapi benarbenar merupakan hasil terapi atau dikarenakan kondisi yang baru terjadi pada G, yaitu penurunan raport dan ia naik kelas. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan terapi dengan jarak yang cukup jauh dengan penerimaan raport kenaikan kelas sehingga anak juga dapat menerapkan langsung coping dan positive self-talk ketika menghadapi ulangan.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library