Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asriyantie
Abstrak :
Perpustakaan sekolah sebagai sarana sumber belajar merupakan kebutuhan pokok bagi dunia pendidikan. Sesuai dengan tujuannya. perpustakaan sekolah tidak hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan pustaka saja, tetapi juga membantu penyelenggaraan proses belajar mengajar. Dalam penyelenggaraannva perpustakaan sekolah menghadapi berbagai kendala seperti keterbatasan dana, jumlah koleksi, ruang, sarana perpustakaan, serta petugas perpustakaan yang belum memihiki pengetahuan yang cukup tentang perpustakaan. Hal ini menyebabkan keberadaan perpustakaan sekolah untuk menunjang suksesnya proses belajar mengajar dianggap lemah. Walaupun demikian, dengan berbagai kendala yang ada, perpustakaan sekolah tetap berupaya untuk menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar di sekolah sebagai perangkat pelengkap pendidikan. Gina memanfaatkan perpustakaan sekolah itu sesuai maksud yaitu sebagai penunjang pendidikan yang diberikan di dalam sekolah maka perk' ada pengertian mutlak dari kepala sekolah, pustakawan, guru, siswa, dan pegawai lainnya mengenai kepentingan perpustakaan sekolah bagi pemakai khususnya guru dan siswa dalam menunjang proses belajar mengajar perpustakaan sekolah dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pemakainya. SMU Negeri di Kecamatan Tangerang sudah memiliki perpustakaan sekolah walaupun dalam keadaan yang masih sederhana. Perpustakaan sekolah di SMU Negeri se-Kecamatan Tangerang telah berusaha berjalan sesuai fungsi dan tujuan perpustakaan sekolah melalui keberadaan koleksi, layanan, prasarana dan sarana, serta personal perpustakaan yang dimilikinya, sehingga dapat dirnanfaatkan oleh pemakai di sekolah masing-masing terutama dalam kegiatan belajar mengajamya. Di SMU Negeri dalam penelitian ini, siswa memanfaatkan perpustakaan sekolahnya untuk mengerjakan tugas dari guru, menggunakan koleksi yang sifatnya memperluas pengetahuan. menggunakan koleksi yang berhubungan dengan pelajaran, mendiskusikan pelajaran, mempelajari catatanlbuku teks milik sendiri, mengerjakan pekerjaan rumah, menggunakan koleksi yang siIatnya rekreatif, dan menonton TV/VCD, sedangkan guru memanfaatkan koleksi perpustakaan sekolah untuk memperluas wawasannya dalam mengajar serta sebagai hiburan, selain itu guru juga memanfaatkan ruang perpustakaan untuk mengajar suatu bidang studi tenentu yang diikuti oleh siswa satu kelas yang disebut juga program jam perpustakaan. Pemanfaatan perpustakaan yang dilakukan personil sekolah lainnya seperti kepala sekolah, kepala perpustakaan, dan pegawai lainnya yaitu memanfaatkan koleksi untuk hiburan, memperluas wawasan dan pengetahuan, dan mengisi waktu luang.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S15029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Oktiviane Anita
Abstrak :
Dalam penelitian mengenai Minat dan Kebiasaan Membaca Pelajar Sekolah Menengah Umum di Bogor, penulis mengkaji aspek-aspek seperti waktu untuk membaca, jenis bahan bacaan yang dibaca, cara-cara pelajar mendapatkan bahan bacaannya, topik atau subyek bacaan yang disukai pelajar dan alasan para pelajar membaca bahan-bahan bacaan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survei, di mana pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada 200 orang pelajar yang terpilih sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pelajar belum menjadikan kegiatan membaca sebagai suatu kebiasaan, karena dalam kesehariannya mereka lebih banyak menggunakan waktunya untuk menonton televisi daripada untuk membaca. Adapun jenis bacaan yang dibaca mencakup koran, majalah, buku fiksi dan non fiksi, serta tabloid. Topik atau tema yang banyak dipilih oleh responder berkisar pada subyek-subyek seperti hiburan, olahraga, kesenian, petualangan dan kisah-kisah tentang remaja secara umum. Alasan para pelajar membaca seperti untuk menambah pengetahuan dan wawasan sedikit banyak menunjukkan kesadaran para pelajar bahwa membaca dapat memperluas cakrawala pengetahuan mereka. Terdapat korelasi antara alasan para pelajar untuk membaca dengan cara mereka mendapatkan bahan bacaannya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S15698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Faiha
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sulistyawati
Abstrak :
ABSTRAK
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai sebagai Iandasan pengembangan teknologi. Dalam dunia pendidikan, matematika mempunyai peran yang penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis. Demikian pentingnya matematika, sehingga diajarkan seoara luas melalui berbagai jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Umum, salah satunya adalah SMU. Diharapkan pelajaran matematika di SMU menjadi Iatar belakang yang cukup untuk memuIai pendidikan akademik.

Di Indonesia matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dijadikan acuan untuk memasukkan siswa pada jurusan tertentu sesuai dengan bakat, kemampuan maupun minat siswa. Pada kurikulun tahun 1994, tidak terdapat pelajaran matematika untuk jurusan IPS. Dengan dikurangi atau ditiadakannya peIajaran matamatika di SMU, ini berarti mengurangi kesempatan siswa untuk memilih bidang keahliannya. Disamping itu, pada saat ini dimana siswa jurusan IPA maupun IPS mempunyai kesempatan yang sama dalam memilih jurusan di perguruan tinggi. Pada seleksi ujian masuk perguman tinggi, pelajaran matamatika dijadikan salah satu persyaratan ujian. Hal ini akan mengurangi daya saing siswa jurusan IPS yang tidak mendapatkan pelajaran matematika dibandingkan dengan siswa jurusan IPA.

Berdasarkan fenomena yang ada, didapat gambaran bahwa dengan tidak adanya pelajaran matematika pada jurusan IPS, seringkali pemilihan jurusan IPS yang dilakukan oleh siswa karena menghindar dari pelajaran matematika.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah terdapat perbedaan persepsi kebermaknaan matematika antara siswa SMU jurusan IPA dan jurusan IPS. Hipotesa yang diuji adalah tardapat perbedaan yang signifikan antara persepsi kebermaknaan matematika siswa jurusan IPA dan jurusan IPS. Alat yang digunakan adakah kuesioner yang berbentuk skala.

Teori yang digunakan adalah teori persepsi, yang menjelaskan mengenai pengertian persepsi, serta hal-hal yang berhubungan dengan proses terjadinya persepsi. Kemudian dijeIaskan pula mengenai teori matematika, yaitu tentang pengertian matematika, peranan matematika dalam kehidupan yang terdiri dari empat tujuan utama yaitu tujuan kebermanfaatan, tujuan sosial, tujuan budaya serta tujuan pribadi. Dilanjutkan dengan teori kebermaknaan matematika yang merupakan implementasi dari ke empat tujuan utama matematika.

Subyek penelitian yaitu siswa jurusan IPA dan IPS. Pengambilan sampel dilakukan secara incidental sampling, di bimbingan belajar Ganesha cabang Rawamangun. Alat yang digunakan dalm penelitian ini yaitu kuesioner tentang persepsi kebermaknaan matematika yang berbentuk skala. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan teknik statistik deskriptif.

Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap persepsi kebermaknaan matematika antara siswa jurusan IPA dan jurusan IPS.

Terdapat beberapa saran yang dapat dilakukan, yaitu dilakukan penyempurnaan alat, dilakukan kontrol terhadap variabel-variabeI yang berpengaruh terhadap penelitian sepeti kecerdasan, sikap, minat maupun guru matematika. Disarankan pula sampel penelitian diambil dari siswa SMU kelas II yang belum dijuruskan pada jurusan IPA dan IPS sehingga sesuai dengan tujuan peneIitian.
1998
S2498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwita Laksmi Sentari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2550
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni M. Arman
Abstrak :
Interaksi sosial merupakan sarana pembelajaran sosial bagi remaja dimana diperlukan upaya untuk menyesuaikan diri antara tuntutan sosial dengan kebutuhan dalam diri sendiri. Keberhasilan remaja dalam relasi antarpribadi memperlihatkan tingkat kompetensi yang dimiliki remaja untuk menjalin dan mengembangkan interaksi antarpribadi tersebut. Hambatan dalam menguasai kompetensi relasi antarpribadi menjadikan remaja mengalami kesulitan untuk bertindak secara efektif daiam bermasyarakat dan dapat berkembang menjadi hambatan psikologis di masa mendatang. Ford (1992) mengungkapkan bahwa interaksi sosial dan relasi antarpribadi merupakan domain untuk menguasai kompetensi sosial. Penguasaan, kompetensi relasi antarpribadi pada remaja diperoleh melalui proses sosialisasi di antara teman dan kelompok sebaya, institusi sekolah serta media massa. Dalam penguasaan kompetensi relasi antarpribadi ini melibatkan pula upaya-upaya menampilkan diri di hadapan oranglain (Argyle, 1980). Upaya untuk menampilkan diri ini merupakan sarana untuk meningkatkan gambaran diri dan penerimaan sosial. Bagi remaja, penerimaan sosial di kalangan sesama teman dan kelompok sebaya pada lingkungannya merupakan tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi remaja dalam masa perkembangannya. Menurut Snyder (dalam Briggs, Cheek & Buss, 1980), upaya menampilkan diri di hadapan orang Iain dipengaruhi oleh pemantauan diri (self-monitoring) yang terbagi atas pemantauan diri yang tinggi dan pemantauan diri yang rendah. Pemantauan diri yang tinggi berdasarkan situasi eksternal dan perilaku orang lain. Sedangkan pemantauan diri yang rendah berdasarkan disposisi internal yang terdapat dalam diri seorang - seperti belief, sikap, dan norma - dan kurang memperhatikan kesesuaian dengan lingkungan disekitamya. Oieh karena itu, pemantauan diri yang tinggi diharapkan tingkat kompetensi relasi antarpribadi akan tinggi mengingat bahwa perilaku yang ditampilkan di hadapan orang lain sesuai dengan konteks sosial yang menyertainya. Sedangkan pemantauan diri yang rendah diharapkan akan lebih rendah kemampuan menjalin relasi antarpribadi karena cenderung lebih memperhatikan disposisi pribadi dan kurang memperhatikan kesesuaian dengan konteks sosial yang ada. Pendekatan yang dikembangkan untuk menilai tingkat penguasaan kompentensi relasi antarpribadi mencakup pendekatan interpersonal task. Menurut Buhrmester, dkk., (1988), konteks sosial yang ada membutuhkan beragam kompetensi sosial, dan setiap individu memiliki kompetensi yang beragam. Seseorang rnungkin berhasil dalam satu konteks sosial namun kurang berhasil dalarn konteks sosial yang lain. Lebih Ianjut, Buhrmester, dkk., (1988) mengajukan 5 ranah komponen kompetensi relasi antarpribadi yaitu initiation competence, negative assertion, self-disclosure, emotional support dan conflict management. Pemahaman terhadap masing-masing ranah membantu untuk menentukan perilaku yang paling sesuai dengan konteks sosial yang dihadapi. Melalui pendekatan ini, disusunlah alat ukur yang bernama "Interpersonal Competence Questionnaire" (ICQ) untuk mengetahui gambaran menyeluruh mengenai penguasaan kompetensi relasi antarpribadi pada remaja. Adapun untuk mengukur pemantauan diri, dikembangkan alat ukur yang bernama Self-Monitoring Scale? (SMS) dari Snyder versi tahun 1974 (dalam Briggs, Vheek, & Buss, 1980). Pengukuran didasarkan atas kesesuaian dengan situasi eksternal dan disposisi internal, sehingga hasil yang diperoleh menunjukkan pemantauan diri yang tinggi atau pemantauan diri yang rendah. Alat ini diperlukan untuk mengetahui gambaran menyeluruh mengenai kemampuan remaja dalam menampilkan diri di hadapan orang Iain berdasarkan kategori pemantauan diri yang tinggi aiau pemantauan diri yang rendah. Penelitian ini merupakan upaya untuk menambah pengetahuan teoritis mengenai kaitan antara pemantauan diri dengan kompetensi relasi antarpribadi pada remaja. Di samping itu, manfaat praktis yang diharapkan adalah untuk memperoleh langkah-Iangkah yang sesuai dalam tindakan preventif dan kuratif terhadap gejala yang menyimpang dari perilaku sosial remaja. Subjek penelitian ini adalah siswa SMU kelas III, dimana mereka diharapkan telah mengalami relasi antarpribadi dengan teman dalam Iingkungan sekoIah dan cukup mampu untuk memberikan penilaian terhadap pemantauan diri dan penguasaan kompetensi relasi antarpribadi. Pengambilan sampel penélitian ditempuh dengan cara accidental sampling. Melalui pengolahan data dan analisis diperoieh hasil bahwa tingkat kompetensi relasi antarpribadi di kalangan remaja menunjukkan taraf yang tinggi. Demikian pula degan kelima komponen kompetensi relasi antarpribadi yang mernperlihatkan tingkat kompetensi yang tinggi. Sedangkan pemantauan diri pada remaja cenderung agak rendah dan tergolong dalam pemantauan diri yang rendah. Kaitan yang terjadi antara pemantauan diri dengan kompetensi relasi antarpribadi pada remaja menunjukkan hasil yang signifikan sehingga peningkatan dalam pemantauan diri remaia akan meningkatkan pula kompetensi relasi antapribadi remaja. Penelitian ini memperlihatkan kesesuaian dengan pandangan yang dikemukakan oleh Argyle (1980) bahwa upaya menampilkan diri di hadapan orang Iain akan mempengaruhi pula kompetensi relasi antarpribadi. Hasil penelitian ini akan semakin baik apabila memperhatikan faktor-faktor di luar kondisi yang dipakai dalam penelitian ini, seperti penilaian dilakukan pula oleh guru, teman atau orang tua. Generalisasi akan semakin akurat jika subjek penelitian diperoleh dan strata pendidikan yang berbeda atau usia yang beragam. Upaya untuk memperluas daerah penelitian yang meliputi perkotaan dan pedesaan, atau lingkungan sekolah yang beragam seperti STM dan madrasah, akan menambah pula nilai keakuratannya. Penelitian lanjutan mengenai kompetensi relasi antarpribadi dan pemantauan diri dalam kaitannya dengan persoalan sehari-hari atau dalam kasus-kasus klinis semakin dirasakan keperluannya dalam memahami kompetensi relasi antarpribadi dan dalam kaitannya dengan pemantauan diri seseorang.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S2610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnandir
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepentingan anak didik yang ada sekarang, dan mengukur tingkat kinerja pelayanan sekolah yang ada sekarang dengan lokasi penelitian di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kotamadya Bekasi, yaitu SMU Negeri 1, SMK Al-Muhajirin, dan SMK Karya Bhakti. Metode pengumpulan data dengan kuesioner menggunakan skala Lickert dengan nilai interval 1-5. Sampel yang digunakan untuk penelitian sebanyak 100 orang terdiri atas 40 murid dari SMU Negeri 1, 30 murid dari SMK AL-Muhajirin, dan 30 murid dari SMK Karya Bhakti yang diambil secara acak. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja (performance and importance analysis) dengan menggunakan diagram kartesius yang dibagi menjadi empat kwadran. Dari kwadran tersebut diketahui nilai tengah kepentingan sebesar 3,7 dan nilai tengah kinerja sebesar 2,8. Dengan demikian atribut yang memiliki skor di atas nilai tengah kepentingan sebesar 3,7 berkategori bagus, atau sebaliknya. Kemudian atribut yang memiliki skor di atas nilai tengah kinerja sebesar 2,8 berkategori bagus, atau sebaliknya. Hasil penelitian menunjukan bahwa atribut yang ada di kwadran I memiliki tingkat kepentingan tinggi tetapi kinerjanya pun tinggi sehingga perlu dipertahankan. Atribut yang ada di kwadran II yaitu wibawa guru, memiliki tingkat kepentingan rendah, tetapi kinerjanya tinggi sehingga perlu ada upaya agar tidak berlebihan. Atribut-atribut yang ada di kwadran III memiliki tingkat kepentingan rendah, tetapi kinerjanyapun rendah sehingga tidak perlu mendapat perhatian karena sudah wajar. Dan atributatribut yang ada di kwadran IV sebanyak 10 atribut yaitu komunikasi guru dengan murid, laboran, pustakawan, tenaga kebersihan, ruang kelas, laboratorium, sarana olah raga, perpustakaan, WC, dan kantin memiliki tingkat kepentingan tinggi tetapi kinerjanya rendah - sehingga perlu ditingkatkan. Agar sumber yang berlebihan di kwadran II tidak mubazir disarankan sumber tersebut didistribusikan ke kwadran IV untuk meningkatkan kinerja atribut-atribut yang ada di kwadran IV.
The objective of this research is to measure the student importance and the performance of school service, of services of provided by the existing schools. The research is located at Senior High School and Vocational Senior High School in Bekasi Municipality; they are State Senior High School 1, "Al-Muhajirin? Vocational Senior High School, and "Karya Bhakti" Senior High School. Data collection is performed by using the method of questionnaire based on Licked Scale with the interval value of 1-5. Samples employed in this research is 100 person, consisting of 40 students of State Senior High School 1, 30 students of "Al-Muhajirin" Vocational Senior High School, and , 30 students of "Karya Bhakti" Vocational Senior High School which are taken randomly. Data analysis is based on the technique of extent importance and performance by using kartesius diagram which are divided into 4 quadrants. Based on the quadrants, it is noted that the median value of the importance is 3.7 and the median value of the performance is 2.8. Therefore, the attribute with the score exceeding the median value of the importance is 3.7 in good category or vise versa. The attribute with the score exceeding the median value of the importance of the performance is 2.8 in good category or vise versa. Results of the research reveal that attribute existing at quadrant I has a high extent of importance and the high extent of performance, that is should be maintained. The attribute existing at quadrant II is teacher's authority, with a low extent of importance, however, its extent of performance is high, that there should be an effort that it will not excessive. Attributes existing at quadrant Ill has a low extent of importance, that it does not require an attention. Attributes existing at quadrant IV is 10 attributes, they are teacher-student communication, report, librarian, cleaning service attendants, classrooms, laboratories, sport facilities, library, lavatory, and canteen with high extent of importance, yet their extent of performance is low and should be increased. In order that the excessive sources at quadrant II is not valueless, it is recommended to distribute the sources to quadrant IV so that the performance of attributes existing at quadrant IV can be increased.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Annisa Pubianasari
Abstrak :
Dalam penelitian mengenai Minat dan Kebiasaan Membaca Pelajar Sekolah Menengah Umum di Jakarta Timur, penulis mengkaji aspek-aspek seperti waktu untuk membaca, jenis bahan bacaan yang dibaca, cara-cara siswa mendapatkan bahan bacaannya, topik atau subyek bacaan yang disukai siswa dan alasan para pelajar membaca bahan-bahan bacaan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survei, di mana pengambilan data dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner kepada 200 siswa yang dipilih sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para siswa belum menjadikan kegiatan membaca sebagai suatu kebiasaan, karena dalam kesehariannya mereka lebih banyak menggunakan waktunya untuk menonton televisi daripada untuk membaca. Adapun jenis bacaan yang dibaca mencakup koran, majalah, buku fiksi dan non fiksi, serta tabloid. Topik atau tema yang dipilih oleh responden berkisar pada subyak-subyek seperti hiburan, olahraga, kesenian, petualangan dan kisah-kisah tentang remaja secara umum. Alasan para pelajar membaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Sedikit banyak menunjukkan kesadaran para siswa bahwa membaca dapat memperluas cakrawala pengetahuan mereka. Terdapat korelasi antara alasan para pelajar untuk membaca dengan cara mereka mendapatkan bahan bacaannya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library