Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yasmin
"Penelitian ini berjudul kuli kontrak di perkebunan tembakau Deli - Sumatera Timur tahun 1880 - 1915, yaitu sejak dikeluarkannya Koeli Ordonantie sampai di cabutnya Koeli Ordonantie itu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kontrak-kontrak tentang konsesi tanah antara Sultan Deli dan pengusaha perkebunan dan mencari hubungan dengan pengusaha perkebunan berdasarkan Koeli Ordonantie. Selain itu juga mendeskripsikan tenaga kerja serta dampak yang muncul dengan diberlakukannya Koeli Ordonantie. Daerah Deli adalah salah satu daerah di Sumatera Timur yang paling banyak memiliki perkebunan tembakau dibandingkan dengan wilayah Sumatera Timur lainnya. Perkebunan tembakau di Deli di usahakan pertama kali oleh Jacobus Nienhuijs dengan mendapat konsesi tanah dari Sultan Deli selama 99 tahun tanpa membayar sewa sepeserpun. Selain masalah tanah adalagi masalah tenaga kerja. Pada mulanya pengusaha perkebunan tembakau mendatangkan tenaga kerja dari Cina via Penang dan Singapura. Akan tetapi karena tenaga kerja Cina semakin sulit didapatkan akhirnya didatangkan tenaga kerja dari Jawa. Demi terlaksananya perusahaan perkebunan dan untuk mengatur tenaga kerja maka di keluarkan peraturan-peraturan tentang kuli (Koeli Ordonantie) yang beberapa kali diubah dan dilengkapi pasal-pasalnya. Dalam peraturan ini tidak hanya mengenai hak dan kewajiban kuli tetapi juga hak dan kewajiban pengusaha. Dampak yang ditimbulkan oleh adanya perkebunan tembakau ini adalah adanya perjudian dan pelacuran. Hal ini memang disengaja yang tujuannya untuk mengikat kuli-kuli itu agar tetap bekerja lebih lama di perkebunan.

The Objective of this study was to describe contracts on land concession between the Sultan of Deli and plantation business owners and as well to find its relations with plantation business owners based on Koeli Ordonantie. Further to these, this study was directed to provide description on works and its impact when Koeli Ordonantie starts to take place. Deli is one of the regions in East Sumatra that owns the most tobacco plantation. The tobacco plantation business in Deli was first started by Jacobus Nienhuijs whom received the privilege of land concession from the Sultan of Deli for 99 years without rental cost. Despite the land problems, there had been workers problem. At first, tobacco plantation owners flew workers from China through Penang and Singapore. However as it was increasingly difficult to get China workers then they landed workers from Java region. The impact caused by tobacco plantation was gambling and prostitution. These were done with the intention to tie the workers so they would work in the plantation longer than required. To enforce the plantation business and ruled the workers, Koeli Ordonantie regulations experienced changes, including the articles. The regulation provided not only articles on workersÂ? rights and responsibilities but also business owners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mardi Thesianto
"ABSTRAK
Token perkebunan adalah uang yang dikeluarkan oleh perusahaan perkebunan untuk membayar gaji para pekerjanya, yaitu para kuli. Jadi token perkebunan merupakan alat tukar yang berlaku di perkebunan-perkebunan, khususnya di Sumatera Timur. Dalam penelitian ini digunakan metode klasifikasi taksonomi yang bertujuan membentuk tipe, dan dalam tahap penafsiran data digunakan pula pendekatan sejarah, terutama yang berhubungan dengan kehidupan di perkebunan. Pada penelitian ini secara garis besar, token perkebunan Sumatera Timur terbagi dua, yaitu logam dan kertas. Dari basil pengamatan diketahui terdapat sedikit perbedaan dalam cara penggunaan kedua jenis token tersebut. Janis yang terbuat dari logam dapat digunakan berulang kali, sedangkan yang terbuat dari kertas hanya dapat dipergunakan sekali saja. Hal ini dapat diketahui dari adanya berbagai macam tulisan tambahan seperti cap, nomer, dan tanda tangan yang merupakan tanda sahnya sebuah token yang terbuat dari kertas. Hal lain yang juga menarik adalah bervariasinya bentuk dari token, khususnya yang terbuat dari logam. Hal ini dimungkinkan karena setiap perkebunan umumnya mengeluarkan token sendiri, dan terkadang juga pihak perkebunan menunjuk pihak-pihak lain untuk mengeluarkan token, umumnya mengeluarkan token sendiri. Dari hasil pengamatan, diketahui pula bahwa digunakannya lebih dari satu macam huruf dan bahasa pada kedua jenis token kemungkinan ditujukan untuk memudahkan dalam hal penggunaan, serta mencerminkan komponen pendukung keberadaan token tersebut yang berasal dari berbagai bangsa, baik itu pihak perusahaan perkebunan, kuli ataupun pihak-pihak lain yang berhubungan dengan perkebunan.

"
1996
S11748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Redi Rahmat
"ABSTRAK
Penelitian mengenai Perkebunan Teh di Afdeeling Suka_bumi (Akhir abad XIX - Awal abad XX ) dilakukan sejak bu_lan Januari 1989 hingga bulan Mei 1990. Penelitian dalam rangka mengumpulkan data dilakukan dengan melalui studi kepustakaan di Jakarta, Bogor, Sukabumi dan Bandung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkebunan teh di Afdeeling Sukabumi dalam kurun waktu tersebut, menunjukkan suatu fenomena yang menarik. Penulis melihat betapa per_kebunan teh berhasil menjadi komoditi ekspor yang utama bagi tulang punggung perekonomian Afdeeling ini, menggeser kedudukan kopi yang sebelumnya merupakan komoditi andalan. Sejalan dengan itu pemerintahan di wilayah ini berkerbang terus mulai dari sebuah distrik hingga menjadi sebuah ka_bupaten. Penulis juga melihat ada beberapa akibat yang di_timbulkan oleh berkembangnya perkebunan teh di Afdeeling ini, dalam bidang sosial ekonomi penduduk setempat. Di an_taranya adalah muncul dan berkembangnya perkebunan teh rak_yat, tumbuhnya organisasi-organisasi perkebunan teh lokal dan semakin majemuknya masyarakat dan ekonomi di Afdeeling Sukabumi ini.

"
1990
S12423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simandjuntak, Ermina
"Selama abad ke-17 dan ke-18 serta pertengahan abad ke 19, kerajaan Deli kurang dikenal sampai ke luar dari wila_yah tersebut. Ketika itu di daerah ini hanya dikenal kera_jaan Aceh dan kerajaan Siak. Baik kerajaan Aceh maupun ke_rajaan Siak, sama-sama mengakui memiliki kedaulatan atas kerajaan-kerajaan di Sumatra Timur. Aceh menyatakan bahwa daerah Sumatra Timur, yaitu dari Tamiang sampai ke Tanah Putih Ayam Denak adalah termasuk wilayah jajahan Aceh. Sedangkan Siak kemudian juga mengakui bahwa kerajaan-keraja_an Melayu di Sumatra Timur adalah daerah jajahan kerajaan Siak.
Sedangkan kerajaan Deli sendiri, pada masa itu merupakan suatu kerajaan kecil yang tidak dikenal. Asal mula di_dirikannya kerajaan Deli ini tidak ada data yang-pasti me_ngenai tahun berdirinya. Ketika itu berdirinya suatu kera_jaan adalah karena orang-orang di jaman tersebut sesudah bosan mengembara kemudian menenukan tempat-tempat yang ba_lk untuk dijadikan tempat menetap, lalu mendirikan rumah."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S12574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supian
"Perkebunan karet muncul dan berkembang di daerah Subang di sebabkan oleh empat faktor. Pertama, adanya kesamaan suhu atau iklim antara Brazil sebagi negeri asal tanaman karet dengan Indonesia, terutama daerah Subang. Kedua, bersamaanan dengan dimulainya perkebunan karet Hevea Brasiliensis di Subang dan beberapa tempat di Indonesia, terutama sekitar ta_hun 1880-an muncul penyakit daun kopi dan tanaman tebu, ser_ta jatuhnya harga gula yang pada tahun 1877 mencapai f.19 sepikul menjadi 13.5 sepikul pada. tahun 1883, harga kopi pun jatuh antara tahun 1877 dengan tahun 1883 dari tadinya f.60 sepikul menjadi f.30 - 35 sepikul. Sementara gula dan kopi menjadi komoditi utama. di Subang dan beberapa daerah di se_kitarnya, sehingga penanaman pohon karet ditingkatkan. Tam_bahan pula dengan berkembangnya industri di Eropa dan Ameri_ka Serikat, makas permintaan karet di pasaran dunia meningka t. Ketiga, munculnya industri khususnya industri ban mobil yang juga menentukan, dan hasil perkebunan k aret Subang diarahkan kepada permintaan pabrik ban Amerika Serikat. Keempat, tersedianya sarana penunjang berupa jalan, pelabuhan Pamanukan, serta sarana angkutan seperti kereta api dan lori."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library