Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumi Hudiyono PWS
"Pendahuluan
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain adalah panas, cahaya, kelembaban, mikroorganisme dan lain-lain. Berdasarkan fenomena tersebut maka sebelum diuji aktivitas obat dari senyawa andrografolid maka perlu juga diuji kestabilannya. Berdasarkan fenomena tersebut maka sebagian peneiitian pada semester ini bertujuan untuk menguji kestabilan andrografolid pada berbagai temperatur dan pH.
Studi yang dilakukan Byung Hoon Han (1996) mengungkapkan, ternyata andrografolid dan neoandrografolid mempunyai bentuk kerangka struktur yang mirip dengan senyawa pinusolid dan asam pinusolidat yang diisolasi dari Biota orientalis, tanaman obat tradisional Korea. Dikenal memiliki aktivitas anti agregasi trombosit, tumbuhan obat ini sering digunakan untuk pengobatan penyakit yang berhubungan dengan koagulasi darah.
Agregasi trombosit adalah peristiwa melekatnya trombosit dengan trombosit lainnya. Zat yang rnerangsang trombosit untuk melekat satu lama lain disebut sebagai agregator, antara lain asam arakhidonat, adenosin 5'-difosfat (ADP), adrenalin, kolagen, dan ristosetin (Rowan, 1991). Pemeriksaan agregasi trombosit merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai fungsi trombosit.
Dewasa ini, obat modern yang banyak digunakan sebagai anti-agregasi trombosit adalah aspirin, sulfinpirazol dan dipiridamol. Tetapi, obat-obat modem tersebut biasanya memiliki kelemahan, karena pada umumnya mempunyai efek samping, seperti menyebabkan sakit kepala dan hipotensi. Sebab itu, diperlukan obat altematif, misalnya senyawa yang berasal dari tumbuhan berkhasiat obat yang mempunyai efek anti-agregasi trombosit.
Salah satu senyawa dari tumbuhan obat yang dapat diharapkan memberikan efek anti-agregasi trombosit adalah andrografolid (dan neoandrografolid). Dengan pendekatan kemiripan bentuk kerangka struktur, senyawa aktif pada sambiloto ini dapat dimodifikasi menjadi senyawa yang strukturnya lebih mendekati senyawa pinusolid dan asam pinusolidat atau, secara umum, ke arah senyawa yang mempunyai aktivitas anti-agregasi trombosit yang tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
LP 1999 92
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Larastika Riyanto
"Cepat berkembangnya resistensi terhadap pengobatan malaria menuntut gencarnya usaha untuk menemukan pengobatan baru dan cara untuk menghambat timbulnya resistensi, seperti menggunakan terapi kombinas. Dua ekstrak tanaman yang terbukti pada beberapa penelitian in vivo memiliki efek antimalarial adalah kulit batang Flamboyan (Delonix regia) dan daun Sambiloto (Andrographis paniculata Nees). Pada penelitian ini diujikan kombinasi dari kedua ekstrak tersebut pada rasio 1:1, 3:1, dan 1:3 dengan desain penelitian eksperimen in vivo, menggunakan mencit Swiss-webster dan Plasmodium berghei. Setelah dievaluasi pada hari ke-4, peningkatan parasitemia ketiga kelompok uji tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok placebo. Selain itu, hasil persentase inhibisi masing-masing kelompok uji < 50%. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis kombinasi tidak terbukti memiliki efek antimalaria. Dari ketiga jenis kombinasi, kelompok rasio 1:1 memiliki efek inhibisi parasitemia paling baik, ditinjau dari median peningkatan parasitemia pada hari ke-4 dan persentase inhibisi di hari ke-4.

The fast growing resistance toward malaria treatment, demand us to develop a new medicine that can also prevents resistance. One way of doing this is by using a combination therapy. Two herbal extract that had been proven to have antimalarial property is Flamboyan's (Delonix regia) stem bark and Sambiloto's (Andrographis paniculata Nees)'s leaves. In this in vivo experimental study, we evaluate the antimalarial effect of the combination of both extracts in a Swisswebster mice that is infected by Plasmodium berghei in the ratio of 1:1, 3:1, and 1:3. In the 4th day of therapy, all 3 combination ratios show no significant difference compared to the mice treated with placebo. Moreover, the percentage of inhibition of the three combination ratio are less than 50% which indicates that all three therapy has no antimalarial effect. Among the three combination, 1:1 ratio has the best inhibition of parasitemia of 15 percent."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Lestari Juwita
"Tapak liman (Elephantopus scaber L.) dan sambiloto (Andrographis paniculata Nees) merupakan tanaman yang secara empiris digunakan untuk penyakit hati. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif pemberian kombinasi infusa akar tapak liman dan daun sambiloto. Tiga puluh enam tikus dibagi kedalam 6 kelompok secara acak. Kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol induksi), kelompok III (tapak liman 400 mg/200 g bb), kelompok IV (sambiloto 100 mg/200g bb), kelompok V (kombinasi tapak liman 400 mg dan sambiloto 50 mg), dan kelompok VI (kombinasi tapak liman 200 mg dan sambiloto 100 mg). Bahan uji diberikan peroral selama 8 hari dan 2 jam setelah pemberian terakhir karbon tetraklorida diberikan melalui rute yang sama. Pada hari ke-9 dilakukan pengambilan darah dan hati. Pengukuran aktivitas ALT dan ALP plasma menggunakan ALT dan ALP kit dan ditunjukan dengan perbedaan serapan. Analisa histologi didasarkan pada diameter vena sentralis dan persen kerusakan lobulus hati. Hasil menunjukan kelompok V dan VI berbeda bermakna dengan kelompok induksi untuk aktivitas ALT, ALP plasma serta hasil pengamatan histologi hati. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa kombinasi infusa tapak liman dan sambiloto memiliki efek hepatoprotektif. Dosis kombinasi dengan hasil yang paling mendekati kontrol normal adalah kombinasi akar tapak liman 400 mg/200 g bb dan sambiloto 50 mg/200 g bb.

Tapak liman (Elephantopus scaber L.) and sambiloto (Andrographis paniculata Nees) were the plants empirically used in the treatment of liver disease. The aims of the study was to determine the hepatoprotective effect of infusa of tapak liman roots and sambiloto leaves combination. Thirty six male Sprague-Dawley rats were randomly divided into 6 groups. Group I (normal control), group II (induction control), group III (400mg/200g tapak liman), IV (100mg/200g sambiloto), V (400mg tapak liman and 50mg sambiloto), and VI (200mg tapak liman and 100mg sambiloto). The infusa were administered for 8 days and carbon tetrachloride was given 2 hours after the last administration. Collection of the blood and liver resection were carried out on 9th day. ALT and ALP plasma activities were analyzed using kit reagen and showed by absorbances differences. Diameter of liver central vein and liver lobules damage percentages were histological analysis parameter. There were significant differences between group V and VI with induction control for ALT, ALP activities supported by the results of liver histological examination. It can be concluded that the combination of tapak liman and sambiloto infusa had hepatoprotective effect and combination of 400mg tapak liman and 50mg sambiloto results were almost equivalent to normal control."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S44
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanni Anggasta Paulika Tunggal
"Hepatitis B adalah penyakit yang telah menjadi permasalahan global. Hingga saat ini, pengobatan yang ada hanya dapat memperlambat perkembangan sirosis, mengurangi resiko kanker hati, dan meningkatkan tingkat kesempatan hidup. Maka dari itu, butuh adanya suatu solusi untuk permasalahan tersebut. Daun sambiloto atau Andrographis paniculata mengandung senyawa andrografolida yang memiliki aktivitas penghambatan enzim ?-glukosidase yang pada akhirnya akan membuat virus mati. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi andrografolida dari daun sambiloto dengan metode sonikasi menggunakan etanol 70 sebagai pelarut. Ekstrak tersebut dinanoenkapsulasi dengan penyalut kitosan-STPP menggunakan metode gelasi ionik. Pada proses nanoenkapsulasi, dilakukan variasi terhadap suhu dan waktu pengadukan. Penelitian ini menghasilkan nanokapsul dengan ukuran terkecil pada suhu pengadukan 40?C dan waktu pengadukan 2 jam, yaitu dengan ukuran 1052 nm, kapasitas penjerapan 81,87 , serta efisiensi penyalutan sebesar 95,34 . Nanokapsul yang dihasilkan memiliki morfologi tidak sferis, tidak berpori, dan teraglomerasi. Hasil FTIR menunjukkan bahwa kitosan, STPP, dan ekstrak telah membentuk ikatan yang sesuai. Profil rilis yang dihasilkan telah sesuai dengan target pelepasan yaitu di usus halus, dengan persentase rilis kumulatif sebesar 60,85 pada jam ke-7.

Hepatitis B is a disease that has become a global problem. Until now, existing treatment can only slow the progression of cirrhosis, reduce the risk of liver cancer, and improve the chance of survival. Therefore, needs a solution to these problems. Sambiloto or Andrographis paniculata contains compounds named andrographolide that has inhibitory activity of glucosidase enzyme that can make the virus die eventually. In this research will be conducted extraction of andrographolide from Sambiloto leaf with sonication method using 70 ethanol as a solvent. The extract will be nanoencapsulated with a coating of chitosan STPP using ionic gelation method. There will be a temperature and mixing time variation in nanoencapsulation process. The smallest nanocapsul produced by this reseach at 40C stirring temperature and 2 hours stirring time, with the size of 1052 nm, 81,87 of loading capacity, and 95,34 of entrapment efficiency. The nanocapsul has an not spherical, non porous, and agglomerated morphology. The interaction between chitosan, STPP, and crude extract was confirmed by FT IR spectrum. The result of release test corresponds to the release target which is intestines, with a cumulative release percentage of 60,85 at 7th hour. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library