Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lita Lianti
Abstrak :
ABSTRAK
Penanggulangan penyakit Tuberkulosis terhambat disebabkan membutuhkan resimen penyembuhan yang lama. Selain itu, semua obat antituberkulosis lini pertama termasuk rifampisin (RIF) yang dikonsumsi secara oral memiliki efek samping, seperti: mual, hilangnya nafsu makan, dan iritasi kulit. Karena itu perlu dilakukan enkapsulasi obat. Enkapsulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggunakan polisakarida yaitu alginat dan kitosan. Enkapsulan dibentuk menjadi matrik dengan metode sintesis perakitan sendiri lapis demi lapis (Layer-by-Layer Self Assembly). Untuk memonitor pelepasan obat, sistem enkapsulasi dimodifikasi dengan penambahan samarium (Sm). Sintesis matrik memanfaatkan membran polikarbonat sebagai templatenya. Lapisan pertama layer dibentuk dari larutan kitosan (Chit) dan larutan alginat (Alg) sebagai pembentuk layer kedua. Hasil FTIR menunjukkan rifampisin termodifikasi samarium berhasil terjerap dalam matrik kitosan-alginat (Chit-Alg). Hasil karakterisasi menunjukkan distribusi ukuran partikel dapat membentuk ukuran hingga 0,17 µm dalam bentuk cair sedangkan dalam bentuk padatan, matrik Chit-Alg-RIF-Sm berukuran 2,27 ± 0,19 µm. Formulasi Chit-Alg-RIF-Sm dengan konsentrasi samarium 5500 ppm berhasil menjerap rifampisin hingga 71,22%. Matrik Chit-Alg-RIF-Sm berpotensi sebagai sistem penghantaran pembawa obat.
ABSTRACT
First-line anti-tuberculosis drugs including Rifampicin (RIF) that consumed orally have detrimental effects. Therefore it’s necessary to encapsulate the drug with appropriate encapsulan. In this study, encapsulation was done by using alginate and chitosan as a matrix component. Layer-by-Layer Self-Assembly method was used to synthesis the matrix. To monitor drug delivery system, Rifampicin was modified by the addition of samarium (Sm). Polycarbonate membrane was used as the template. The first coating layer was formed by chitosan solution and alginate solution as the second. FTIR results showed samarium-modified Rifampicin successfully entrapped in chitosan-alginate (Chit-Alg) matrix. From the characterization, the matrix sizes showed up to 0,17 µm in liquid form while the solid matrix of Chit-Alg-RIF-Sm had sizes 2.27 ± 0.19 µm. Formulation Chit-Alg-RIF-Sm with 5500 ppm of Samarium can successfully adsorbed Rifampicin up to 71.22%. Chit-Alg-RIF-Sm has potential for drug delivery carrier system.
2015
S59633
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Fauziah
Abstrak :
Paduan aluminium silikon merupakan material logam yang sangat luas penggunaannya di dunia industri, salah satunya dalam insdustri otomotif dan dirgantara. Namun adanya unsur pengotor seperti besi menyebabkan membentuk senyawa kompleks intermetalik. Senyawa tersebut sangat berbahaya terhadap sifat mekanik yang dihasilkan serta mengganggu proses manufaktur lainnya, seperti ekstrusi. Unsur tersebut belum bisa dihilangkan, namun dapat dimodifikasi untuk mengurangi bahaya yang ditimbulkan. Beberapa unsur efektif untuk memodifikasi fasa - termasuk tanah jarang salah satunya samarium. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh laju pendinginan dan penambahan logam tanah jarang Sm terhadap morfologi fasa - yang terbentuk pada paduan Al-7 Si-1 Fe. Penelitian ini dilakukan melalui pengujian Differential Scanning Calorimetry menggunakan mesin STA dengan laju pendinginan dikontrol pada 5 oC/min, 10 oC/min dan 30 oC/min. Untuk mengetahui perubahan pada fasa intermetalik, dilakukan pengamatan menggunakan Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pendinginan yang semakin cepat efektif mengurangi ukuran fasa, eutektik silikon, dan ukuran SDAS. Hasil optimum untuk pada modifikasi fasa beta terjadi pada penambahan 0,6 Sm.. Untuk itu, penambahan Sm dilakukan secara terkontrol agar tidak terjadi pengasaran kembali fasa pada komposisi yang terlalu besar.
Aluminium silicon alloy are widely material used in industry including automotive and aerospace industry due to its excellent properties such as high fluidity, low shrinkage, corrosion resistance, and relative high strength. However, the presence of impurity element impurity such as iron causing the formation of intermetallic phase which is harmfull on for mechanical properties and problem in other manufacture process such as extrusion. Iron element can not be removed, nevertheless it can be modified through the addition of rare earth element. The objective in this study are investigate the effect of cooling rate and rare earth element Sm addition to the intermetallic phase morphology of Al 7 Si 1 Fe alloys. Differential Scanning Calorimetry with STA machine at cooling rate of 5 oC min, 10 oC min dan 30 oC min. Furthermore, the modification result of intermetallic phase was observed by Optical Microscope and Scanning Electron Microscope. The result showed that high cooling rate effective for reducing intermetallic phase, eutectic Si and SDAS. In addition, optimum modification was achieved by adding 0,6 Sm. Addition 1 Sm phase become coarser. Inconclusion, increasing of cooling rate effective for reducing phase, eutectic silicon, and secondary dendrite arm spacing size, although the addition should be controlled to prevent coarsening of phase.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S66219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahratul Syifa Aisya
Abstrak :
Sintesis nanopartikel Sm2O3 menggunakan prekursor Sm NO3 3.6H2O dengan ekstrak daun brotowali Tinospora crispa yang berperan sebagai sumber basa telah berhasil dilakukan. Penambahan ekstrak daun brotowali dalam sintesis Sm OH 3 optimum pada konsentrasi 0,12 w/v yang menghasilkan spektrum absorbsi UV-Vis tertinggi pada panjang gelombang maksimum 318 nm. Karakterisasi dengan TEM Transmission Electron Microscopy menunjukkan Sm2O3 NPs memiliki ukuran sebesar 10-15 nm dengan bentuk batang. Hasil karakterisasi SEM Scanning Electron Microscope menunjukkan Sm2O3 NPs memiliki morfologi berpori. Hasil karakterisasi XRD X-ray Diffraction Sm2O3 NPs memiliki fase kubik dengan Indeks Miller 222, 400, 440, dan 622. Hasil karakterisasi UV-Vis DRS Diffuse Refectance Spectroscopy menunjukkan Sm2O3 NPs hasil sintesis memiliki band gap 3,24 eV. Aplikasi Sm2O3 NPs pada uji fotodegradasi metilen biru di bawah sinar UV menunjukkan penurunan absorbansi pada panjang gelombang maksimum 664 nm dengan persen reduksi mencapai 57,52 selama 60 menit. ......The synthesis of Sm2O3 nanoparticle using Sm NO3 3.6H2O precursor with brotowali leaf extract Tinospora crispa which act as base sources has been done. The optimum concentration of brotowali leaf extract in synthesis Sm OH 3 is 0.12 w v which gives highest absorbance at 318 nm. The characterization using TEM Transmission Electron Microscopy shows that Sm2O3 NPs having 10 15 nm rod particle and porous morphology that identified by SEM Scanning Electron Microscope. The characterization using XRD X ray Diffraction give the result of NPs have cubic crystal phase with Miller Index 222, 400, 440, and 622. The result of characterization by UV Vis DRS Diffuse Refectance Spectroscopy shows that Sm2O3 NPs having 3.24 eV band gap. The application of Sm2O3 NPs on photodegradation test of methylene blue under the light of UV results in decreasing of absorbance with maximum wavelength 664 nm and 57.52 percent of reduction within 60 minutes.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Indonesia, 2016
S66672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Yusya Ramadhan
Abstrak :
Pengaruh unsur logam tanah jarang samarium terhadap paduan Al-5Zn-0.5Cu diteliti dengan pengamatan Optical Microscope OM dan Scanning Electron Microscope/Energy Dispersive Spectroscopy SEM/EDS serta pengujian Differential Scanning Calorimetry DSC dan Polarisasi Siklik. Kadar samarium yang diteliti adalah 0wt , 0.1wt , 0.3wt dan 0.5wt. Pengamatan OM dilakukan untuk melihat perubahan ukuran butir dan letak presipitat terbentuk. SEM/EDS dilakukan untuk mengetahui morfologi dari presipitat yang terbentuk dan identifikasi unsur-unsur yang ada pada permukaan. DSC dilakukan untuk mengetahui proses transformasi fasa dan proses solidifikasi fasa intermetalik. Polarisasi siklik dilakukan untuk mengetahui perilaku korosi anoda korban Al-5Zn-0.5Cu-xSm. Kehadiran unsur samarium membentuk presipitat pada batas butir yang membuat butir-butir pada mikrostruktur menjadi lebih halus. Presipitat yang terbentuk merusak lapisan pasif aluminium pada permukaan paduan dan mempercepat laju korosi dengan membuat paduan menjadi lebih anodik.
The effect of addition of samarium rare earth on Al 5Zn 0.5Cu alloy was investigated with Differential Scanning Calorimetry DSC and Cyclic Polarization, complemented with Optical Microscope OM and Scanning Electron Microscope Energy Dispersive Spectroscopy SEM EDS observation. The content of samarium tested was 0wt, 0.1wt , 0.3wt and 0.5wt. Observation with OM was done to see the change of the grain size and the location of formed precipitates. SEM EDS was used to see the morphology of the formed precipitates and to identify elements present on the specimen surface. DSC was used to know the phase transformation and solidification process of intermetallic phase. Cyclic polarization was used to know the corrosion characteristics of Al 5Zn 0.5Cu xSm. The presence of samarium formed precipitates on the grain boundary which made the grains on the microstructure finer. The formed precipitates impair the aluminium oxide film on the alloy surface and accelerate corrosion rate by making the alloy more anodic.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jako Aprilio
Abstrak :
Anoda korban paduan Aluminium yang umum digunakan berpotensi memicu terjadinya Stress Corrosion Cracking dan Hydrogen Embrittlement pada struktur yang diproteksi. Anoda korban potensial rendah Low Voltage Sacrificial Anode dengan potensial dibawah -800 mV vs Ag/AgCl dikembangkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Karakteristik paduan Al-5Zn-0,5Cu dengan variasi penambahan Samarium 0,02 wt , 0,1 wt , 0,3 wt , dan 0,5 wt diteliti pada penelitian ini. Paduan Al-5Zn-0,02In yang umum digunakan juga turut diuji sebagai pembanding. Pengujian efisiensi anoda dengan metode kehilangan berat sesuai standar DNVGL-RP-B401 dan pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS dilakukan untuk mengetahui performa dan karakteristik korosi anoda korban paduan Al-5Zn-0,5Cu-xSm. Penambahan unsur Samarium dengan kadar 0,1 wt menunjukan performa anoda korban yang paling baik dengan kapasitas elektrokimia 2809,80 Ah/kg dan efisiensi 98. ......Commonly used Aluminum alloy sacrificial anodes have the potential to trigger the occurrence of Stress Corrosion Cracking and Hydrogen Embrittlement on a protected structure. Low Voltage Sacrificial Anode with potential under 800 mV vs. Ag AgCl was developed to overcome this problem. Electrochemical behaviour of Al 5Zn 0,5Cu alloy with variations of Samarium addition of 0.02 wt , 0.1 wt , 0.3 wt , and 0.5 wt were investigated in this study. The commonly used Al 5Zn 0.02In alloy is also tested as a comparison. Anode efficiency test with weight loss method according to DNVGL RP B401 standard and Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS testing was performed to determine the performance and corrosion characteristics of Al 5Zn 0,5Cu xSm alloy. The addition of Samarium element with 0.1 wt content shows the best anode performance with electrochemical capacity 2809,80 Ah kg and 98 efficiency.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ario Wibisono
Abstrak :
ABSTRAK
Pengaruh unsur logam tanah jarang samarium terhadap paduan Al-5Zn-0,5Si diteliti dengan pengamatan Optical Microscope OM , Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS dan Uji Efisiensi Anoda Korban. Kadar samarium yang diteliti adalah 0,02wt , 0,1wt , 0,3wt dan 0,5wt . Pengamatan OM dilakukan untuk mengetahui morfologi dari presipitat yang terbentuk dan identifikasi kehadiran unsur-unsur yang ada pada permukaan. EIS dilakukan untuk mengetahui mekanisme korosi dari anoda korban dan uji efisiensi dilakukan mengetahui efisiensi kerja anoda korban. Kehadiran unsur samarium membentuk presipitat pada batas butir yang membuat butir-butir pada mikrostruktur menjadi lebih halus. Presipitat yang terbentuk merusak lapisan pasif aluminium pada permukaan paduan dan mempercepat laju korosi dengan membuat paduan menjadi lebih anodik. Hasil dari penelitian menunjukan semakin banyak samarium yang ditambahkan maka efisiensi dari anoda korban akan meningkat dan terjadi penurunan pada penambahan samarium sebesar 0,1wt .
ABSTRACT<>br> The effect of rare earth metal element of samarium on Al 5Zn 0,5Si alloy was studied by observation of Optical Microscope OM , Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS and Sacrificial Anode Efficiency Test. The samarium levels studied were 0.02wt , 0.1wt , 0.3wt and 0.5wt . Observation with OM was coundcuted to see the changes of the grain size and the precipitate formation. The EIS is performed to determine the corrosion mechanism of the sacrificial anode and the efficiency test is performed to determine the working efficiency of the sacrificial anode. The presence of samarium formed precipitates on the grain boundary which made finer grain microstructure. The formed precipitates impair the aluminium oxide film on the alloy surface and accelerate corrosion rate by making the alloy more anodic. The result show that, with the increasing Sm content in the alloy, the efficiency of sacrificial anode will increase, but it will decrease with addition 0,1wt samarium.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Zharfan Athallah Mz
Abstrak :
Umumnya kabel tembaga yang biasa dijumpai pada kehidupan sehari-hari, namun ada jenis kabel yang lain biasa digunakan yaitu berbahan dasar Al 6061. Pada kali ini digunakannya penambahan logam tanah jarang berupa Lanthanum dan Samarium. Kemudian akan dibandingkan keefektifannya menggunakan pengujian LPR, Konduktivitas Listrik, dan SEM berikut EDX. Ditujukan dengan hasil uji yang memiliki sifat korosi yang lebih baik dan konduktivitas yang tinggi Pada penelitian ini menggunakan logam tanah jarang sebagai grain refinement yaitu berupa Lanthanum dan Samarium. Menggunakan sebanyak 5 sampel yaitu, 0.5% La; 0,5% Sm ; 0,25% La + 0,25% Sm, Paduan Al 6061 tanpa tambahan La & Sm tanpa dicor ulang, dan paduan Al 6061 yang dilakukan cor ulang. Didapat hasil dari penelitian kali ini, pada paduan Al-0,5 La paling tinggi konduktivitasnya sebesar 2.084.866,323 S/m dibandingkan dengan paduan lain termasuk pada paduan Al 6061 murni yang tidak ditambahkan logam tanah jarang. Pada laju korosi yang terendah pada paduan Al- 0,5 Sm, dimana diperoleh nilai laju korosinya adalah sebesar 0,0013 mm/tahun dibandingkan dengan paduan lain termasuk pada paduan Al 6061 murni yang tidak ditambahkan logam tanah jarang. ...... Generally, copper cables are commonly found in everyday life, but there is another type of cable that is commonly used, namely made from Al 6061. At this time, the addition of rare earth metals in the form of Lanthanum and Samarium was used. Then it will be compared its effectiveness using LPR, Electrical Conductivity, and SEM tests following EDX. Aimed at the test results that have better corrosion properties and high concentration In this study using rare earth metals as grain refiners, namely in the form of Lanthanum and Samarium. Using as many as 5 samples, namely 0.5% La; 0.5% Sm ; 0.25% La + 0.25% Sm, Al 6061 alloy without additional La & Sm without being recorched, and Al 6061 alloy re-cast. The results obtained from this research, in Al-0.5 La alloys, the highest conductivity was 2.084.866,323 S/m compared to other alloys including pure Al 6061 alloys which were not added rare earth element. At the lowest corrosion rate in Al-0.5 Sm alloy, where the corrosion rate value is obtained is 0.0013mm/year compared to other alloys including pure Al 6061 alloys which were not added rare earth metals.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Aprillia Wulandari
Abstrak :
ABSTRAK Samarium-Metal Organic Frameworks (Sm-MOFs) berhasil disintesis mengunakan metoda solvotermal berbasis ligan 2,6-naftalendikarboksilat (2,6-NDC) sebagai linker dan ion logam samarium (Sm3+) sebagai pusat kluster. Struktur ligan 2,6-NDC yang kaku dan kemampuan logam samarium dalam membentuk bilangan koordinasi tinggi dimanfaatkan untuk memperoleh disain MOFs yang memiliki kerangka koordinasi dengan luas permukaan yang besar. Dalam penelitian ini, dilakukan variasi sintesis Sm-MOFs melalui parameter suhu, perbandingan mol reaktan dan nilai pH. Tidak adanya serapan pada bilangan gelombang 1700cm-1 sebagai vibrasi ulur v(C=O) untuk 2,6-NDC, mengindikasi telah terjadinya deprotonasi ligan pada gugus (O-H) karboksilat, sehingga atom oksigen dari ligan dapat berkoordinasi dengan ion logam samarium. Hal ini menandakan Sm-MOFs telah berhasil terbentuk. Intensitas puncak difraksi yang kuat dan tajam mengindikasi kristalinitas Sm-MOFs yang cukup tinggi. Sm-MOFs yang disintesis pada pH 9 memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dibadingkan pH 4, sehingga memiliki luas permukaan yang lebih besar yakni 107m2/g. Energi celah pita dihitung dengan mengunakan teori Kubelka-Munk, secara berurutan diperoleh untuk pH 4,7 dan 9 sebesar 3,1, 3,4 dan 3,42eV. Data siklik voltametri menunjukan nilai potensial reduksi Sm-MOFs pH 4 diperoleh sebesar -2,1volt dan potensial oksidasinya sebesar 0,6volt. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, material ini berpotensi sebagai material semikonduktor dalam fotokatalis degradasi metilen biru, dimana Sm-MOFs pH 4 dalam waktu 240menit mampu mendegradasi metilen biru sebesar 68,6%, sedangkan Sm-MOFs pH 9 mampu mendegradasi sebesar 87,6%.
ABSTRACT Samarium-Metal Organic Frameworks (Sm-MOFs) have been successfully synthesized based on 2,6-naphthalenedicarboxylic acid ligand (2,6-NDC) and ion samarium (Sm3+) as metal linkers using solvothermal methods. Rigidity 2.6-NDC structure and the ability of the samarium metal forming high coordination numbers are utilized to obtain the MOF disain has a coordination framework with a large surface area. In this study, parameters variations in the synthesis of Sm-MOFs were carried out through temperature, mol of reactants and pH. The absence of absorption at wave number 1700cm-1 as vibration stretching v(C = O) from 2.6-NDC, indicates that there has been deprotonation of the ligand on the carboxylic group, the oxygen atom from ligand can coordinate with the samarium metal ion. This indicates that Sm-MOFs has been successfully formed. Peak intensity of strong and sharp from x-ray diffraction indicates the high crystallinity of Sm-MOFs. Sm-MOFs synthesized at pH 9 have a smaller particle size compared to pH 4, it has a larger surface area of 107m2/g. Band gap energy was calculated using the Kubelka-Munk theory, sequentially obtained for pH 4, 7 and 9 of 3,1 ; 3,4 and 3,42eV. Cyclic voltammetry data shows that the value of Sm-MOFs reduction potential pH 4 is obtained -2,1volt and oxidation potential is 0,6volt. Based on the analysis data, this material has the potential as a semiconductor for photocatalysts methylene blue degradation, where Sm-MOFs pH 4 in 240minutes can degradation methylene blue by 68,6%, while Sm-MOFs pH 9 can degrade 87,6%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library