Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ivan Kurniadi
Abstrak :
Infeksi parasit, khususnya soil-transmitted helminht (STH), adalah infeksi yang tersebar luas di dunia. Anak usia sekolah mempunyai resiko yang tinggi untuk terinfeksi dan telah dikaitkan dengan berbagai konsekuensi seperti anemia, keterlambatan pertumbuhan, dan hilangnya berat badan. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara infeksi STH dan kekurusan di anak usia sekolah. Peserta adalah anak usia sekolah kurang dari 18 tahun yang tinggal di Nangapanda, Nusa Tenggara Timur. Data demografis diperoleh dan deteksi infeksi STH dalam tinja dilakukan dengan real-time PCR. Analisa univariat dan multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara infeksi STH dan BMI, disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin. Dari 185 anak, 179 (96.7%) terinfeksi oleh STH. 91 anak didapatkan berada dalam kategori kurus dan sangat kurus. Infeksi Necator adalah infeksi yang paling sering (174 kasus, 94.1%), diikuti oleh Ancylostoma (24 cakasusses, 13%) and Ascaris infection (49 kasus, 26.5%). Infeksi STH tidak ditemukan, namun menunjukkan pola untuk, memiliki hubungan yang signifikan dengan kekurusan (p-value=0.089). Poliinfeksi STH tidak ditemukan memiliki perbedaan signifikan dengan monoinfeksi. Usia dan jenis kelamin tidak ditemukan berasosiasi signifikan dengan infeksi STH. Studi lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini. Studi longitudinal juga diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan sebab-akibat pada studi ini. ......Soil-transmitted helminth (STH) infection is widely distributed in the world. School-aged children are at high risk of acquiring this infection, which has been linked with various consequences such as anemia, stunting, and weight loss. This study aims to investigate the relationship between STH infection and thinness in school children. The study participants were children below 18 years living in Nangapanda Subdistrict, East Nusa Tenggara. The basic demographic data was taken and detection of STH infection in stool samples was done by real time PCR. Univariate and multivariate analyses were done to examine the relationship between STH infection and BMI, with age and gender as potential confounding factors. Out of 185 children, 179 (96.7%) were infected with STHs by PCR. 91 children were shown to be in the thinness and severe thinness category. Necator infection was found to be the most common infection (174 cases, 94.1%); followed by Ancylostoma (24 cases, 13%) and Ascaris infection (49 cases, 26.5%) respectively. STH infection was not, but showed a tendency, to be associated with thinness (p-value=0.089). Polyinfection of STHs did not show a significant difference with monoinfection. Age and gender were not found to be associated with STH infection. We found that there was a tendency of positive association between STH infection and thinness. Age and gender were not found to be significantly associated with STH infection. Future studies with a larger number of population are needed to confirm these results. In addition, longitudinal studies are needed to confirm the cause-effect relationship.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanie Melisa
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Infeksi STH merupakan salah satu infeksi yang paling sering terjadi di dunia terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Infeksi STH dapat menimbulkan morbiditas bahkan mortalitas tergantung dari intensitas infeksi dan respon imun hospes. Respon imun hospes terhadap infeksi STH antara lain berupa produksi berbagai kadar sitokin termasuk IL-4, IL-10, TNF-?, dan IFN-?. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara berbagasi status infeksi STH dengan kadar IL-4, IL-10, TNF-?, dan IFN-?. Metode : Penelitian ini dilakukan dengan teknik potong lintang menggunakan data penduduk Kecamatan Nangapanda dari penelitian sebelumnya pada tahun 2009. Hasil : Dari total 118 subjek penelitian, prevalensi infeksi STH di Kecamatan Nangapanda didapatkan sebesar 45,80 . Prevalensi pada subjek berusia < 60 tahun sebesar 39,13 dan pada subjek > 60 tahun sebesar 69,23 . Nilai tengah kadar sitokin IL-4, IL-10, TNF-?, dan IFN-? pada subjek penelitian secara berturut-turut didapatkan sebesar 20,80 pg/ml, 21,74 pg/ml, 3,20 pg/ml, dan 1,60 pg/ml. Terdapat hubungan bermakna antara usia dengan status infeksi dengan prevalensi lebih tinggi pada kelompok usia > 60 tahun dan tidak ditemukan hubungan bermakna antara infeksi STH dengan kadar sitokin IL-4, IL-10, TNF-?, dan IFN-?, kecuali antara status infeksi kombinasi Ascaris dan cacing tambang pada penduduk Kecamatan Nangapanda. Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan bermakna antara status infeksi STH dengan keempat kadar sitokin, namun terdapat hubungan bermakna antara status infeksi STH kombinasi A. lumbricoides dan cacing tambang terhadap kadar sitokin IL-4.
ABSTRACT
Introduction Soil Transmitted Helminth STH infection is one of the most common infection in the world especially in developing country like Indonesia. STH infection causes various morbidity and even lead to mortality depending on infection intensity and host immune resposne. Host immune response evokes various cytokine production including IL 4, IL 10, TNF , and IFN . Objective This study aims to obtain the prevalence of STH infection in a population living in Nangapanda district, to describe IL 4, IL 10, TNF , and IFN cytokine counts of the population, as well as to investigate the relationship between STH infection and cytokine counts of IL 4, IL 10, TNF , and IFN . Method .This study used cross sectional method based on the data from a previous study that was conducted in Nangapanda district back in 2009. Result From a total of 118 subjects, the prevalence of STH infection found in Nangapanda district was 45,80 . The prevalence of subject 60 years old was 39,13 and 60 years old was 69,23 . The median of IL 4, IL 10, TNF , and IFN counts of the subject population, respectively was 20,80 pg ml, 21,74 pg ml, 3,20 pg ml, and 1,60 pg ml. There was significant relationship between age and STH infection status with higher prevalence in subject 60 years old but there was no significant relationship between STH infection status and cytokine counts of IL 4, IL 10, TNF , and IFN except between Ascaris and hookworm infection and IL 4 count. Conclusion There is no significant difference between STH infection status and cytokine count except between Ascaris and hookworm coinfection with IL 4 count.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Rezaprasga
Abstrak :
ABSTRAK
Soil-transmitted helminthes (STH) adalah penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di daerah terpencil dan kumuh. Desa Pacet, Cianjur merupakan daerah pertanian yang penduduknya bekerja sebagai petani dan anak-anaknya sering membantu orang tuanya berkebun/atau kontak dengan tanah sehingga berrisiko terinfeksi STH. Tujuan riset ini adalah mengetahui hubungan perilaku membersihkan diri murid yang berhubungan dengan dengan STH dan tingkat pendidikannya. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan subyek semua murid madrasah X, di desa Pacet, Cianjur. Data dikumpulkan pada 10-11 September 2011 dengan meminta murid untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai perilaku membersihkan diri. Data dianalisis dengan program SPSS versi 20 dan diuji dengan chi square. Hasilnya menunjukkan murid tsanawiyah yang berperilaku buruk adalah 11,7%, sedang 54%, dan baik 34,1% sedangkan aliyah 18%, 9.5%, dan 46%. Pada uji chi-square tidak terdapat perbedaan bermakna antara Tingkat perilaku membersihkan diri dengan tingkat pendidikan (p=0.210). Disimpulkan perilaku membersihkan diri murid tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan di madrasah.
ABSTRACT
Soil-transmitted helminthes (STH) is a disease that has always been a health problem in Indonesia especially in the rural areas, slums, and densely-populated areas. Pacet Village, Cianjur is a plantation area in which the villager?s profession is usually agricultural-related. In addition, their children often help their parents at the plantation which cause the children to be exposed to soil and thus at risk for STH infection. The purpose of this research is to know the association between the self-hygiene behavior related to STH infection and their level of education. This study uses a cross-sectional study design with all of the students in madrasah X in Pacet Village, Cianjur as the subject. The data was collected in 10-11 September 2011. During data, all of the students are asked to fill the questionnaire to assess their level of self-hygiene behavior. The data is analyzed using SPSS 20.0 and are tested with chi-square. The result shows that tsanawiyah students that have poor self-hygiene behavior are 9.5%, tsanawiyah students that have ?fair? score are 56.8%, and tsanawiyah student that have ?good? score are 33.5% whereas 18% of aliyah students had ?poor? score, 46% of tsanawiyah student have ?fair? score and 36% of tsanawiyah student had ?good? score. Result analysis using Chi-square shows that there is no significant association between the level of self-hygiene behavior and level of education (p=0.210). In conclusion, there is no association between self-hygiene behavior and level of education in madrasah students
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Asyuri Yasmin
Abstrak :
Infeksi kecacingan merupakan penyakit berbasis lingkungan yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan serta higiene perorangan. Sampai saat ini, prevalensi infeksi kecacingan di daerah tropis dan subtropis masih tinggi, salah satunya di Indonesia. Prevalensi tertinggi ditemukan pada anak usia sekolah dasar, yaitu sekitar 70%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku jajan dan kondisi jajanan yang dikonsumsi siswa SD Negeri 09 Pagi Paseban dengan kejadian infeksi kecacingan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode cross-sectional. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 169 orang dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 114 orang yang berasal dari kelas I-VI. Data dikumpulkan melalui pengisian kuisioner. Metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji fisher. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi kecacingan pada sekolah dasar ini adalah 11,4% dengan Ascaris lumbricoides sebagai penyebab utama (53,8%). Dilihat dari karakteristik responden, proporsi siswa yang suka membeli jajanan 95,6%. Proporsi siswa yang membeli jajanan tak berkemasan (di jajakan secara terbuka) 29,8%. Proporsi siswa yang membeli jajanan yang telah dihinggapi lalat 60,5%. Dari uji fisher, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara infeksi kecacingan dengan perilaku jajan (p=1), kebiasaan membeli jajanan yang dijajakan secara terbuka (p=0,203), dan kebiasaan membeli jajanan yang telah dihinggapi lalat (p=1) pada siswa SD Negeri 09 Pagi Paseban.
Helminthic infection is an environmental-based disease related to environmental sanitation and personal hygiene. Nowadays, prevalence of helminthic infections in tropic and subtropic area is still high, including in Indonesia. The highest prevalence of helminthic infections is found in school-aged children which is about 70%. This study is to determine the association of snacking behaviour and the hygiene of snacks with soil transmitted helminths (STH) infection among students of SDN 09 Pagi Paseban. This is an observational analytic study with cross-sectional method. The study population is 169; 114 are selected to be the samples for this study. The data are collected through questionnaire. Statistical analysis is carried out by using fisher exact test. From the study we know that prevalence of STH infection in this school is 11.4%. Ascaris lumbricoides is the most frequent parasite in causing the infection (53.8%). Characteristics of respondents show the proportion of the students who like buying snacks (95.6%), students who buy snacks that are peddled openly (29.8%), and students who buy snacks which are already contaminated by flies (60.5%). The result of fisher exact test shows that there is no significant association between STH infection with the habit to buy snacks (p=1), habit to buy snacks that were peddled openly (p=0.203), and habit to buy snacks which are already contaminated by flies (p=1) among students in SDN 09 Pagi Paseban.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Rahmah Ayu Anggrenani
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di areal pertanian serta perkebunan. Pekerjaan tersebut mengharuskan para pekerjanya untuk kontak langsung dengan tanah, sehingga resiko mendapat infeksi cacing tanah (STH) dan prevalensi infeksi tersebut meningkat. Oleh karena itu, tujuan riset ini adalah untuk menentukan efektivitas penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan terkait siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH pada pekerja kebun di perkebunan X di Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Variabel terkait pengetahuan tersebut juga diuji dalam riset ini. Desain riset ini adalah pre-post study. Dari hasil pengolahan data ditemukan bahwa 52,4% dari subyek adalah pria, 69% adalah lulusan SD, 64.3% tidak memiliki pengetahuan apa pun mengenai infeksi STH and 59,5% tidak pernah terinfeksi STH. Selisih antara nilai tes sebelum dan sesudah penyuluhan juga dianalisis bersama dengan keempat variabel di atas, tetapi tidak ditemukan keterkaitan yang signifikan diantaranya. Pengetahuan mengenai siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH sebelum penyuluhan berkaitan erat dengan variabel umur (p<0.05) dan pengetahuan mengenai infeksi STH sebelum riset ini dijalankan (p<0.05). Sedangkan variable pengalaman terinfeksi STH dan tingkat pendidikan tidak terkait secara signifikan dengan pengetahuan mengenai siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH sebelum penyuluhan. Secara umum, setelah penyuluhan kesehatan nilai tes para subyek meningkat secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari perbandingan nilai pre- test dan post-test yang dianalisis dengan tes Wilcoxon (p<0.05). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan mengenai siklus hidup, modus infeksi dan penularan STH diantara pekerja kebun di Pacet, Cianjur secara umum tanpa memperhitungkan variabel yang ada.
ABSTRACT
Indonesia is an agricultural country, where a large number of people work in plantation areas. This requires constant exposure to soil, thereby increasing the risk of acquiring STH infection and its prevalence. Hence the goal of this research is to figure out the adequacy of health education in heightening the knowledge of life cycle and modes of infection and transmission of STH among agricultural workers in Pacet, Cianjur, West Java. Other variables affecting the prior knowledge and its improvement were also assessed. This research used pre-post study design. It is obtained from the data that 52,4% of the subjects were male, 69% graduated from Elemetary School, 64.3% had no prior knowledge regarding STH infection and 59,5% had never been infected with STH. The difference score was also analyzed with all four variables, but showed no association between each of them. The knowledge about the morphology, life cycle and modes of transmission prior to health education were significantly associated with two out of four variables; gender (p<0.05) and knowledge of infection (p<0.05). On the other hand, education and history of infection does not significantly relate to the knowledge about life cycle and modes of transmission of STH prior to health education. Subsequent to health education, agricultural workers? knowledge showed significant improvement, seen by comparing pre-test and post-test and analyzing them with Wilcoxon test (p<0.05). In conclusion, health education has proven to be adequate in heightening knowledge regarding life cycle and modes of infection and transmission of STH among agricultural workers in Pacet, Cianjur when variables are not taken into account.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library