Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunarto
Abstrak :
Pengelasan adalah salah satu cara untuk menyambung pelat menjadi satu dengan cara fusi. Pada pembangunan kapal peran pengelasan sangatlah- penting, sebab seluruh kerangka badan kapal dihubungkan dengan konstruksi las. Pelat kapal mempunyai klasifikasi tertentu yang disahkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia. Demikian pula pelat baja kapal dari PT Krakatau Steel diklaskan bagai pelat kelas A, dengan kekuatan .tarik minimal 41 kg/mm2, elongasi 22%, bending 130° serta kuat pukul takik 6 kg m/cm2. Pada penelitian pengelasan pelat tersebut di atas dipakai variasi antara posisi pengelasan vertikal, datar, horisontal dengan variasi arus antara 80 Ampere dan 110 Ampere sesuai untuk elektrode Nippon Weld N 26 R yang digunakan dengan las elektrode busur terbungkus (S.M.A.W) oleh tukang las yang telah diakui oleh Biro Klasifikasi bagi pengelasan kapal. Dari hasil penelitian, sifat mekaniknya bervariasi besarnya sesuai dengan arus las dan posisinya yaitu, untuk tegangan tarik besarnya minimal masih memenuhi syarat demikian pula elongasinya, bending terjadi kegagalan pada posisi horisontal arus 80 Ampere dan vertikal arus 110 Ampere, kuat pukul tarik memenuhi persyaratan. Sedangkan struktur mikro dan kekerasannya mengalami perubahan sesuai masukan panasnya, yaitu pada posisi vertikal mempunyai nilai kekerasan yang tinggi. Dari hasil akhir diketahui bahwa arus las 95 Ampere sampai 110 Ampere baik digunakan pada posisi pengelasan datar dan horisontal namun kurang baik untuk pengelasan vertikal dan sebaliknya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Melvin Bismark H.
Abstrak :
Baja adalah salah satu dari beberapa material yang kerap digunakan pada kontruksi baja, konstruksi jembatan, dan konstruksi bangunan tinggi. Konstruksi yang menggunakan sambungan las diinginkan untuk dapat digunakan dalam waktu yang lama. Pada jangka waktu penggunaan tertentu hasil pengelasan ini akan mengalami korosi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan terhadap suatu kontruksi. Pada proses pengelasan salah satu parameter yang sangat berperan terhadap hasil pengelasan adalah besarnya head input, dimana salah satu variabel dalam menentukan besar head input adalah kuat arus pengelasan. Pada penelitian ini variabel lain dalam head input ditahan konstan untuk mendapatkan hubungan antara arus pengelasan dengan laju korasi pada hasil pengelasan dengan metode SMAW pada baja kontruksi.
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizan Imam Hindami
Abstrak :
Pengaruh kedalaman air, struktur mikro, komposisi kimia, cacat pengelasan, dan sifat mekanik adalah faktor yang mempengaruhi las bawah air. Serta penentuan elektroda untuk pengelasan bawah air membutuhkan sifat khusus diantaranya adalah mampu menimbulkan semburan nyala busur, terak yang tumbuh dipermukaan deposit logam mampu melindungi dari pengaruh oksida dan kelarutan hidrogen rendah. Elektroda harus memenuhi standar spesifikasi underwater welding AWS D3.6M. Pada studi ini material plat baja yang digunakan adalah AH-36 dan diimplementasikan untuk pengelasan basah bawah air dengan elektroda Broco E70XX khusus untuk pengelasan basah bawah air yang dilas didalam laut, dalam penelitian ini juga disertakan pembanding sebagai analisis lanjutan dengan elektroda tambahan Mg pada elektroda rutil E6013 dengan modifikasi yang dilas pada air tawar dikarenakan memiliki parameter yang sama yaitu masukan panas dan plat yang digunakan. Jenis metode pengelasan dengan heat input 1.5 kJ/mm dengan 130 A dan 2.5 kJ/mm dengan 140 A dan dilakukan pada kedalaman 5m. Hasil uji radiografi menunjukkan spesimen yang dilas pada kedalaman 5m menunjukkan terjadinya cacat penetrasi yang tidak lengkap. Mungkin karena pengaruh tekanan yang cukup besar dan laju pendinginan yang lebih tinggi sehingga lasan cair tidak dapat menembus sepenuhnya ke material induk. Hasil uji tarik juga menunjukkan terjadinya patahan pada weld metal karena pengaruh tekanan yang cukup besar dan laju pendinginan yang lebih tinggi sehingga lasan cair tidak dapat menembus sepenuhnya ke material induk dan hanya. Meskipun demikian, untuk elektroda Broco E70XX dimana terdapat sedikit jumlah asikular ferit. ......The influence of water depth, microstructure, chemical composition, welding defects, and mechanical properties affect underwater welding. As well as, the determination of electrodes for underwater welding requires special properties such as being able to cause arc flame bursts and slag growing on the surface of metal deposits capable of protecting from the effects of oxides and low hydrogen solubility. The electrodes must meet the AWS D3.6M underwater welding specification standard. In this study, the steel plate material used is AH-36 and is implemented for underwater wet welding with a special Broco E70XX electrode for underwater wet welding, which is welded in the sea, in this study also included a comparison for further analysis with additional Mg electrodes on rutile electrodes. E6013 with modification were welded in freshwater because they have the same parameters, namely heat input and the plate used. This welding method with a heat input of 1.5 kJ/mm with 130 A and 2.5 kJ/mm with 140 A is carried out at 5m. The radiographic test results showed that the specimens welded at a depth of 5m showed incomplete penetration defects. Perhaps due to the influence of a large enough pressure and a higher cooling rate, the molten weld cannot penetrate completely into the parent material. The tensile test results also show that the weld metal fractures due to a large enough pressure and a higher cooling rate so that the molten weld cannot penetrate completely into the parent material and only, however, for the Broco E70XX electrode, where there is a small amount of acicular ferrite
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Sativa
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S40772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR Reni Indraswari
Abstrak :
Baja tahan karat jenis austenitik tipe 316L banyak digunakan di berbagai industri. Untuk menyambungkan antar pipa dilakukan pengelasan, akan tetapi dalam penggunaannya sering terjadi korosi pada sambungan lasnya. Pada penelitian ini dilakukan pengelasan pada logam SS 316L dengan ukuran 150 mm x 300 mm, tebal 1,5 mm dan 3 mm. Metoda pengelasan yang dilakukan adalah SMAW and GTAW dengan variasi jenis filler (ER316L dan TGX-R316LT1-5) dan penggunaan gas back purging/shielding argon. Gas pelindung yang digunakan untuk metoda GTAW adalah argon murni. Setelah proses pengelasan, akan dilakukan beberapa pengujian seperti pengujian kekerasan, metallografi untuk melihat struktur mikro serta pengujian ketahanan pitting. Pengujian dilakukan dengan membedakan spesimen yang dipreparasi dan yang tidak dipreparasi sebelum dilakukan pengujian dengan mencelupkan ke dalam larutan ferric cholride. Hasil dari penelitian ini yaitu data pengujian kekerasan yang menunjukkan bahwa daerah Weld Metal memiliki kekerasan yang paling tinggi dari daerah lainnya dan dari pengamatan struktur mikro ditemukan adanya presipitasi karbida. Pada pengelasan baja tahan karat jenis ini juga ditemukan adanya oksida-oksida permukaan karena temperatur tinggi dan fenomena sensitisasi yang tidak lepas mempengaruhi ketahanan korosi, khususnya korosi pitting.
Austenitic Stainless Steel type 316L is mostly used in various industries. Usually, joining between the pipes by welding. Although on the use often happened corrosion failure on the weld joint. This research use SS316L materials with size 150 mm x 300 mm, thickness 1,5 mm dan 3 mm. Methods welding are SMAW and GTAW with variation in filler metals (ER316L and TGX-R316LT1-5) and using gas back purging/shielding. Than, will be researched by hardness test and metallography test to know microstructure and pitting resistance test. Tests carried out by distinguishing specimens that are not prepared and prepared prior to testing by dipping into a solution of ferric chloride. The result of this analysis, hardness test which show that Weld Metal zone is the hardest from the other. From the microsturcture analize show carbide precipitation. In welding stainless steel types are also found the existence of surface oxides due to high temperature and sensitization phenomena that can?t be separated affecting corrosion resistance, particularly pitting corrosion.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27966
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Fisca Sunandar
Abstrak :
Jenis baja tahan karat austenitik 316L banyak dipergunakan dalam dunia industri modern baik dalam gas dan perminyakan maupun dalam manufaktur. Hal ini dikarenakan baja tahan karat 316L yang memiliki sifat ketahanan korosi dan sifat mekanis yang baik. Selain itu, baja tahan karat 316L juga lebih banyak diminati mengingat harganya yang jauh lebih murah dibandingkan baja tahan karat duplek atau hiper duplek. Selain beberapa sifat di atas, baja tahan karat juga memiliki suatu sifat mampu las (weldability) yang baik, karena tidak dapat dipungkiri bahwa pengelasan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses manufaktur maupun dalam perbaikan perbaikan peralatan yang rusak. Pada penelitian ini digunakan dua metode pengelasan yang berbeda yaitu GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) dan SMAW (Shielded Metal Arc Welding), sehingga didapatkan suatu karakteristik antara pengelasan GTAW dan SMAW yang dapat digunakan untuk perbandingan kualitas hasil pengelasan. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain, pengujian radiografi, metalografi, penentuan ferrite number (FN), dan pengujian kekerasan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lasan hasil GTAW memiliki kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan SMAW, dan kekerasan tertinggi terdapat pada daerah logam lasan pada setiap jenis pengelasan. Hasil penentuan FN menunjukkan bahwa logam lasan hasil GTAW memiliki jumlah fasa ferit yang lebih banyak dengan kadar rata-rata di atas 5% dibandingkan dengan logam lasan hasil SMAW dengan kadar rata-rata 3,2% - 3,3%. ......Austenitic stainless steel 316L is widely used in modern industries such as manufacture and oil and gas due to its both good corrosion resistance and good mechanical properties. Its also due to its price which is cheaper than duplex or hyperduplex stainless steels. Stainless steels also have good weldability since welding always takes an important role in manufacturing for services or maintenance aplications. Two different methods of welding were used to weld austenitic stainless steel 316L in this research that are GTAW and SMAW for comparisson purpose. Experimental methods used are radiography, metalography, ferrite number determination and hardness test. The result shows that weldment produced by GTAW has higher hardness than those SMAW one. Its acknowledge that for all methods of welding the hardest region is in weld metal. The weld metal ferrite number (FN) produced by GTAW has ferrite content with average above 5% of ferrite whereas the one produced by SMAW has 3,2% - 3,3% ferrite.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42195
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rona Khairol Pratama
Abstrak :
ABSTRAK
Pengelasan baja tahan aus memiliki masalah serius yang harus ditangani, yaitu terjadinya retak dingin. Sehingga dengan latar belakang tersebut maka lahirlah skripsi ini yang berisi tentang penelitian pengaruh pemanasan awal dan perbedaan ketebalan pelat terhadap ketahanan retak dan sifat mekanis baja tahan aus CREUSABRO® 8000 dengan pengelasan smaw multilayer. Elektroda yang digunakan adalah elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Sampel terdiri dari 8 pasang plat CREUSABRO® 8000 dimana 4 pasang sampel dilas dengan elektroda E 7018 sebagai root dan MG NOX 35 sebagai cap, dan untuk 4 pasang sisanya dilakukan sebaliknya. Proses pemanasan awal dilakukan dengan menggunakan electrical preheater pada 4 hasil sambungan dengan varibel tanpa pemanasan awal, dan pemanasan awal 2000C. Berdasarkan hasil analisa data, penerapan pengelasan SMAW multilayer pada perlakuan pemanasan awal 2000C dan tanpa pemanasan awal tidak mengakibatkan adanya retak dingin pada hasil lasan. Selain itu, perlakuan pemanasan awal dapat meningkatkan sifat mekanis pada hasil lasan, lalu logam yang lebih tebal memiliki kekerasan yang lebih tinggi, dikarenakan laju pendinginannya yang lebih cepat.
Abstract
Wear resistance steel on welding have problem is that occurance of cold cracks. So with this background is made this project which consist of reseach on effect of preheating and different thickness plate on crack resistance and mechanical properties of CREUSABRO® 8000 wear resistance steel welded by multilayer SMAW process. Welding electrodes that be used are E 7018 and MG NOX 35. All of sample consisted of 8 pieces CREUSABRO® 8000 wear resistance steel plates, where 4 pieces of plates that be joined with E 7018 electrode as root and MG NOX 35 electrode as cap, and 4 pieces plates other do otherwise. The process of preheat is done by using electrical preheater with 4 joining for each variable consisting of without preheat and preheat 2000C. Based on the results of data analysis, cold cracking is not consist to the application of SMAW multilayer in without preheat and preheat 2000C. Application of preheat also can improve mechanical properties of weld area, and than metal which more thickness have more hardness, it?s cause of cooling rate is faster.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43610
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Hidayat
Abstrak :
Penyambungan dua jenis material merupakan salah satu tantangan dalam industri manufaktur. Salah satu aplikasinya dilakukan pada penyambungan antara pipa baja tahan karat Dupleks 2205 disambungkan dengan pelat baja HY80 yang banyak dipakai bahan bakar kapal selam. Pengelasan menggunakan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) dilakukan karena merupakan pengelasan yang paling efisien dan baik bagi baja paduan. Setelah proses pengelasan dilakukan pengujian radiografi menggunakan sinar X, pengukuran tegangan sisa dengan hamburan neutron untuk mengukur ketahanan sisa di dalam serta menggunakan hamburan sinar X untuk pengukuran tegangan sisa di permukaan, selanjutnya untuk melengkapi data dilakukan juga pengujian kekerasan material dan pengambilan gambar struktur mikro atau metalografi, serta uji tekuk untuk mengetahui kekuatan hasil lasan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa masukan panas yang lebih tinggi selain menghasilkan ukuran butir yang lebih besar, ternyata juga menghasilkan karbida yang lebih banyak sehingga kekerasannya lebih tinggi. Tingginya nilai kekerasan akan memberikan efek terhadap nilai tegangan sisa, kekerasan yang tinggi dihasilkan dari tegangan yang bersifat kompresi, sementara tegangan sisa bersifat tarik akan menghasilkan kekerasan yang rendah.

 


Joining two types of material is one of the challenges in the manufacturing industry. One application is carried out on the connection between HY80 steel plates connected with Duplex 2205 stainless steel pipes which are widely used as submarine fuel. Welding using SMAW (Shielded Metal Arc Welding) is done because it is the most efficient and good welding for alloy steel. After the welding process, radiographic testing using X-rays is carried out, the residual stress measured at the surface (using X ray diffraction) and in the middle of the metal (using neutron diffraction), hardness checked, metallography, and buckling test are also done to determine the strength of weld results. The test results show that higher heat input in addition to producing larger grain sizes, it also produces more carbides so that the hardness is higher. The high value of hardness will have an effect on the value of residual stress, high hardness is produced from compressive stress, while the tensile residual stress will produce low hardness.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Heri Multi Juliandi
Abstrak :
ABSTRAK
Retak dingin merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pengelasan baja tahan aus. Skripsi ini berisi tentang penelitian pengaruh pemanasan awal dan perbedaan ketebalan pelat Creusabro® 4800 dengan menggunakan pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) Multilayer. Elektroda yang digunakan adalah elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Sampel yang digunakan terdiri dari delapan buah sambungan pelat baja CREUSABRO® 4800 dengan ketebalan 12 mm dan 16 mm yang dilas dengan variasi elektroda E 7018 dan MG NOX 35 sebagai root atau cap dengan sistem silang . Dua buah sampel ketebalan 12 mm dan dua buah sampel ketebalan 16 mm diberikan proses pemanasan awal yang dilakukan dengan menggunakan pemanas listrik dengan temperatur pemanasan awal 2000C. Kemudian, dua buah sampel ketebalan 12 mm dan dua buah sampel ketebalan 16 mm tidak diberikan perlakuan pemansan awal. Berdasarkan hasil analisa data, retak dingin tidak muncul pada sampel yang dilas dengan pengelasan multilayer dengan perlakuan pemanasan awal dan tanpa perlakuan pemanasan awal. Perlakuan pengelasan multilayer dengan variasi root elektroda E 7018 dan MG NOX 35 memberikan sifat mekanis yang berbeda . Pemanasan awal memberikan efek menurunkan kekerasan tetapi menambahkan keuletan material. Laju keausan ditetukan oleh jenis elektroda yang digunakan. Dalam hal ini laju keausan elektroda E7018 lebih rendah. Karakteristik HAZ yang terbentuk oleh pengelasan multilayer ini sangat berbeda, dimana luas HAZ yang terbentuk ketika pengelasan root lebih luas daripada ketika pengelasan cap. Fasa yang terbentuk sepanjang daerah HAZ adalah fasa martensit. Begitu juga dengan inti las elektroda E 7018 dan MG NOX 35 yang terbentuk setelah pengelasan sangat berbeda ketika pengelasan root dan cap. Hal ini jugalah, yang berpengaruh terhadap sifat mekanis material hasil lasan.
Abstract
Cold cracking is one of the problems that often occur in the welding of wear resistant steel. This thesis contains a study about the influence of preheating and the difference in thickness of the plate Creusabro ® 4800 using the Shielded Metal Arc Welding welding (SMAW) Multilayer. The electrodes used were electrode E 7018 and NOX MG 35. The sample used consisted of eight pieces of steel plate joint CREUSABRO ® 4800 with the thickness 12 mm and 16 mm are welded to the variation of the electrode E 7018 and NOX MG 35 as a root or a cap with cross-system. Two samples of thickness 12 mm and two samples of thickness 16 mm given preheating is performed using an electric heater with preheating temperature of 200 oC. Then, two samples of thickness 12 mm and two samples of 16 mm thickness are not given preheating treatment. Based on the results of data analysis, cold cracks do not appear on the welded samples with multilayer welding with preheating treatment and without pre-heating treatment. Treatment with a variety of root multilayer welding electrodes E 7018 MG NOX 35 provide different mechanical properties. Preheating gives effect to reduce the hardness but adds ductility of the material. Wear rate is influenced by the type of electrodes used. In this case the E7018 electrode wear rate is lower. Characteristics of the HAZ is formed by a multilayer welding is very different, where the wide HAZ is formed when welding root wider than cap. Phase formed along the HAZ was martensitic phase. Core welding electrodes E 7018 and NOX MG 35 is formed after the welding is very different when weld root and cap. It is also likely, which affects the mechanical properties of the weld material.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43575
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library