Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Wiwien Heru Wiyono
"Pasien penderita penyakit pant obstruktif kronik ( PPOK ) tampaknya mendapatkan manfaat dari program rehabiltiasi paru. Penelitian ini mengkaji manfaat program rehabilitasi paru pada pasien rawat jalan yang menderita PPOK, dengan menggunakan St George Respiratory Questionnaire (SGRQ) dan six min walking distance test (6MWD), yang mengukur kualiti hidup kesehatan dan toleransi latihan fungsional sebagai hasil pengukuran utama. Penelitian ini merupakan penelitian prospektif, terbuka, acak dengan kelompok kontrol paralel yang diberikan program rehabilitasi pasien rawat jalan pada 56 pasien penderita PPOK (52 orang laki-laki dan 4 orang perempuan). Kelompok aktif(n= 27) diberikan program edukasi dan latihan selama 6 minggu. Kelompok kontrol (n= 29) diperiksa secara rutin sebagai pasien medis rawat jalan. SGRQ dan 6MWD ditakukan pada saat awal penelitian dan setelah 6 minggu. Didapatkan hasil SGRQ dan 6MWD sebelum dan sesudah terapi. Berdasarkan statistik, SGRQ menurun dan skor 6MWD meningkat secara signifikan pada kelompok aktif dibandingkan kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa program selama 6 minggu pada pasien rawat jalan ini secara signifikan telah rneningkatkan kualiti hidup dan kapasitas fungsional pasien PPOK derajat ringan hingga sedang. (MedJ Indones 2006; 15:165-72)

Patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD) have been shown to be benefit from pulmonary rehabilitation programs. We assessed an entirely outpatient-based program of pulmonary rehabilitation in patients with COPD, using the Si George's Respiratory Questionnaire (SGRQ) and six minutes walking distance test (6MWD) (which measures health-related quality of life and functional exercise tolerance) as the primary outcome measure. We undertook a randomized, opened, prospective, parallel-group controlled study of outpatient rehabilitation program in 56 patients with COPD (52 men and 4 women). The active group (n~27) took part in a 6-weeks program of education and exercise. The control group (n=29) were reviewed routinely as medical outpatients. The SGRQ and 6MWD were administered at study entry and after 6 weeks. Outcome with SGRQ and 6MWD before and after therapy was performed. Decrease score SGRQ and increase 6MWD in both groups of study, it was analyzed by statistic study and in active group the decrease of SGRQ and the increase of 6MWD was statistically significant. In conclusion 6-weeks outpatient-based program significantly improved qualify of life and functional capacity in mild-to-moderate COPD patient. (Med J Indones 2006; 15:165-72)"
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-3-JulySept2006-165
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Talesu, Johan
"Tujuan : Untuk menilai efikasi latihan intensitas rendah Hairmyres terhadap kapasitas fungsional menggunakan Uji Jalan Enam Menit (UJ6M) dan kualitas hidup menurut St. George's Respiratory Questionnaire (SGRQ) pada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Metode : Studi intervensi pre-eksperimental pra dan pasca perlakuan pada satu kelompok. Sampel dilatih senam Hairmyres selama delapan minggu, 5 kali per minggu, 2 kali dihadapan peneliti. Data UJ6M diambil sebelum, pada empat minggu dan akhir latihan, data SGRQ diambil sebelum dan sesudah latihan .
Tempat : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RSU Persababatan.
Subyek : Didapat 17 pasien PPOK sedang dan berat yang mengikuti latihan, tiga orang gugur sehingga sisa 14 orang dari minimum sampel delapan orang.
Hasil : Selisih rerata jarak UJ6M antara awal dan akhir perlakuan dan antara minggu keempat dan akhir perlakuan menunjukkan perbedaan sangat bermakna (p=0,000), selisih antara awal dan minggu keempat perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,016). Selisih rerata nilai SGRQ pada awal dan akhir perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna pada komponen Aktivitas, Dampak dan Total (p<0,05), sedangkan pada komponen Gejala tidak didapat perbedaan bermakna (p>O,05).
Kesimpulan : Kapasitas fungsional berdasarkan UJ6M dan kualitas hidup menurut SGRQ pada pasien PPOK meningkat secara sangat bermakna setelah melakukan senam Hairmyres.
Kata kunci : PPOK, Latihan intensitas rendah, UJ6M, SGRQ.

Objective : To evaluate the efficacy of low-intensity Hairmyres exercises on the functional capacity using Six Minutes Walking Test (6MWT) and quality of Life according to St. George's respiratory questionnaire (SGRQ) on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) patients.
Method : Pre-experimental intervention, before and after on one subject group. Samples use Hairmyres exercise for eight weeks, 5 times a week, of which two are done in front of the researcher. 6MWT is taken pre, on week four, and post exercise periods. SGRQ is taken pre and post exercise periods.
Location : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo and RSU Persahabatan.
Subject : 17 moderate to severe COPD patients participated in the study. Three dropped out leaving 14 patients out of eight minimum samples.
Result : Mean difference of 6MWT between pre and post intervention, and between fourth week and post intervention shows highly significant results (p=0.000). Mean difference between pre and fourth week intervention shows significant results (p=0.016). Mean difference of SGRQ between pre and post intervention shows significant results on Activity, Impact and Total components (p0.05)
Conclusion : The functional capacity based on 6MWT and quality of life according to SGRQ on COPD patients significantly increases after doing Hairmyres exercises.
Key words : COPD, low-intensity exercise, 6MWT, SGRQ
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Riyadi
"Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai oleh hambatan aliran udara menahun di saluran napas, bersifat progresif nonreversibel atau reversibel sebagian. Penyakit ini merupakan salah satu gangguan pernapasan yang menyebabkan kecacatan dan kematian. Tahun 199I di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 14 juta orang menderita PPOK, meningkat 41,5% dibandingkan tahun 1982. Angka kematiannya menduduki peringkat ke-4 dari sebab kematian terbanyak yaitu 18,6 setiap 100.000 penduduk. Laki-laki dan perempuan angkanya sama sebelum usia 55 tahun, laki-laki terus meningkat dan saat usia 70 tahun menjadi dua kali perempuan.
Tahun 1995 di Indonesia PPOK dan asma menduduki peringkat kematian ke-5 berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI. Tahun 1997 Yunus memberikan gambaran pola kasus PPOK yang mengalami eksaserbasi akut dan dirawat di bagian Pulmonologi RS Persahabatan yaitu 104 kasus didiagnosis PPOK dan hanya 65 kasus memenuhi kriteria PPOK. Di Rumah Sakit Persahabatan sebagai pusat rujukan paru nasional, PPOK menduduki peringkat ke-5 dari jumlah penderita yang berobat jalan serta menduduki peringkat ke-4 dari jumlah penderita rawat.
Tahun 1990 Sherrill dick. menyatakan statistik kesehatan sulit mencatat prevalensi PPOK ini karena definisi, pengenalan dan salah mengklasifikasikan. Tahun 2000 di Inggris terdapat 600.000 penderita PPOK dan keluhan mulai timbul setelah usia 40 tahun. Prevalensi laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan laki-laki akan meningkat 5% saat usia 65-75 tahun serta meningkat 10% saat usia lebih dari 70 tahun. Di negara berkembang prevalensi PPOK meningkat terus seiring dengan peningkatan konsumsi rokok.
Stadium akhir PPOK didahului oleh suatu disability (ketidakmampuan) yang progresif yaitu penurunan kapasiti latihan dan berbagai gejala yang tidak hanya terbatas masalah pemapasan saja misalnya cepat lelah, sukar tidur, cepat marah dan putus asa. Akhimya penderita akan masuk ke dalam lingkaran masalah yang berkelanjutan yang berakibat handicap (kacacatan) menetap, mulai dari sesak berkepanjangan, inaktiviti sampai dekondisi yang berat, keterbatasan dalam aktiviti psikososial yang diikuti oleh depresi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikalius
"Penyebab tersering terjadinya PPOK adalah karena kebiasan merokok, polusi udara, defisiensi antitripsin alfa-1 dan faktor genetik. Penyakit ini akan terus berlanjut secara progresif lambat. Obat-obatan seperti bronkodilator tidak banyak membantu kecepatan penurunan faal paru, faktor lain yang memperberat seperti seringnya eksaserbasi, kebiasan merokok dan faktor lingkungan.
Penderita PPOK cenderung menghindari aktiviti fisik sehingga penderita mengurangi aktiviti sehari-hari menyebabkan imobilisasi, hubungan penderita dengan lingkungan dan sosial menurun sehingga kualiti hidup menurun dan kapasiti fungsional juga menurun. Kualiti hidup adalah kemampuan individu untuk berfungsi dalam berbagai peran yang diinginkan dalam masyarakat serta merasa puas dengan peran tersebut sedangkan kapasiti fungsional adalah hal-hal yang berhubungan dengan aktiviti sehari-hari seperti merawat diri, makan, berpakaian dan kegiatan rumah tangga.
Salah satu program yang dapat meningkatkan kualiti hidup dan kapasiti fungsional adalah program rehabilitasi paru. Tujuan rehabilitasi paru meningkatkan dan mempertahankan tingkat kemampuan tertinggi seseorang untuk hidup mandiri dan berguna bagi masyarakat. Rehabilitasi paru yang diberikan adalah fisioterapi dada dan latihan memakai ergometer sepeda. Fisioterapi dada yang diberikan adalah Pemberian sinar infra merah daerah dada dan punggung masing-masing 7,5 menit, pernapasan diafragma dilanjutkan pernapasan pursed lip, latihan elevasi otot-otot bahu, sendi leher,dan sendi lengan atas, vibrasi dilakukan saat ekspirasi 5x napas dalam dan latihan batuk. Kemudian dilanjutkan latihan dengan ergometer sepeda. Latihan dilakukan 3 kali seminggu 10 menit minggu pertama dan kedua kemudian dinaikkan 5 menit setiap minggu,minggu ke enam sampai ke delapan 30 menit.
Tujuan utama penelitian ini adalah membuktikan peranan rehabilitasi paru penderita PPOK, metode prospective study membandingkan kelompok perlakuan (mendapat rehabilitasi paru) dan kontrol (tidak mendapat rehabilitasi paru). Pengambilan sampel menggunakan cara quota sampling. Penelitian ini dilakukan terhadap 43 penderita PPOK stabil rawat jalan di RSUD Dr Moewardi Surakarta yang dibagi 2 kelompok, terdiri 21 kelompok perlakuan dan 22 kelompok kontrol. Penilaian kualiti hidup menggunakan St George's respiratory Questionnare (SGRQ) dan kapasiti fungsional dinilai dengan uji jalan 6 menit dilakukan penilaian sebelum rehabilitasi paru dan setelah 8 minggu.
Hasil penelitian didapatkan pada kelompok perlakuan (n=21; 15 laki-laki, rerata umur 61,9±8,7 tahun) dibandingkan kontrol (n=22;18 laki-laki, rerata umur 59,9±8,3 tahun). Terjadi penurunan SGRQ antara perlakuan (-21,8%) dan kontrol (0,9%) setelah dilakukan uji beda secara statistik berbeda bermakna p< 0,005. Nilai SGRQ menurun menunjukkan kuali hidup meningkat. Peningkatan jarak pada uji jalan 6 menit kelompok perlakuan ( 55±26,6 meter), kelompok kontrol (3,4 ± 15,2 meter). Uji beda antara kelompok perlakuan dan kontrol secara uji statistik berbeda bermakna p<0,005. Reningkatan jarak pada uji jalan 6 menit berarti kapasiti fungsional meningkat.
Kesimpulan, penderila PPOK setelah diberi rehabilitasi paru selama 8 minggu dapat meningkatkan kualiti hidup dan kapasiti fungsional.

Study objective : to assess the benefit of Pulmonary Rehabilitation to the COPD patients
Setting : COPD Patients at the Medical Rehabilitation Unit DR Moewardi Surakarta Hospital
Methods : Prospective study, comparing treatment group and control group who underwent 8 weeks administration of pulmonary rehabilitation programs. The patients in the treatment groups received chest physiotherapy and ergo-cycle exercise 3 times a week within 8 weeks.
Measurement : The quality of life was assessed by SGRQ, functional capacity was assessed by six minutes walking test (SMWT)
Results : Total SGRQ patient in the treatment group (n=21, 15 male; mean age 61,9± 8,7 yrs) compare with control group (n=22, 18 male; mean age 59,9 ± 8,3 yrs) had statistically significant decreased (-21,8 ± 9,1% ; 0,9± 2,7% respectively, p<0,005).There are statistically significant improving of six minute walking test (SMWT) in treatment group compare to control group (55±26,6 m ; 3,4 ±15,2m respectively, p<0,005).
Conclusions: The pulmonary rehabilitation programs 3 times a week within 8 weeks improve the quality of life and functional capacity of COPD patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library