Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyimes Presidiana Wardhani
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah jika kelahiran dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Wanita yang tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan menjadi hambatan dalam pemanfaatan layanan persalinan. Seringkali ibu hamil tidak dapat menentukan tempat persalinannya karena keputusan tersebut ditentukan suami, mertua atau anggota keluarga lainnya. Keterlambatan mengambil keputusan pada tingkat keluarga berdampak pada keterlambatan memperoleh pertolongan difasilitas kesehatan. Tujuan: Mengetahui hubungan antara partisipasi wanita dalam mengambil keputusan di rumah tangga dengan pemilihan tempat persalinan berdasarkan analisis data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan sumber data berasal dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel penelitian ini yaitu wanita usia subur 15-49 tahun yang pernah melahirkan anak terakhir pada tahun 2012-2017 dengan data yang lengkap yakni 14.310 responden. Data dianalisis menggunakan regresi cox dan besar pengaruh dinyatakan dalam bentuk prevalensi rasio dengan confident interval (CI) 95%. Hasil: Proporsi wanita yang melahirkan pada bukan fasilitas kesehatan sebesar 26,5%, dan sebanyak 30,7% wanita tidak dilibatkan dalam mengambil keputusan di rumah tangga. Setelah mengendalikan variabel tempat tinggal dan status ekonomi. wanita yang tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di rumah tangga memiliki risiko 1,633 (95%CI 1,531-1,741) kali untuk melahirkan di bukan fasilitas kesehatan dibandingkan wanita yang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di rumah tangga. Kesimpulan: Wanita yang tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di rumah tangga berhubungan signifikan dengan persalinan di bukan fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan upaya promosi kesehatan mengenai hak-hak reproduksi wanita, kesetaraan gender, serta melakukan kajian mengenai daerah yang masih menyakini persalinan di dukun.
ABSTRACT
Background: Maternal mortality can be prevented by delivering in a health care facility. Women who are not involved in decision making are barriers to using health facilities. Pregnant women often cannot determine the place of delivery because the decision is determined by their husband, parents-in-law or other family members. The delays of decision-making at the family level results in delays in getting help at health facilities. Objective: To determine the relationship between women's participation in household decision making with the selection of place of delivery based on analysis of the 2017 Indonesian Demographic Health Survey data. Methods: Designs study was sross-sectional and data was obtained from the Indonesia Demographic Health Survey 2017. Sample was women of childbearing age 15-49 years who had given birth to the last child in 2012-2017 with complete data, total 14,310 respondents. Data were analyzed using Cox regression and the effect was expressed by prevalence ratio (PR) with a 95% confidence interval (CI). Results: The proportion of women giving birth in non-health facilities was 26.5%, and 30.7% of women were not involved in in household decision making. After controlling residence and economic status, women who did not participate in household decision making had a risk of 1,633 (1,531-1,741) times to give birth in non-health facilities compared to women who participated in household decision making. Conclusion: Women who did not participate in household decision making were significantly related to deliveries in non-health facilities. Therefore, the government needs to promote women's reproductive, gender equality, and conduct a study of regions that still birth in dukun.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Budiastuti
Abstrak :
Makrosomia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pendarahan postpartum. Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara makrosomia dengan perdarahan postpartum di Indonesia tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan bersumber dari data survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Semua kasus yaitu sebanyak 497 dianalisis dalam penelitian ini sedangkan kontrol dirandom dari seluruh eligible kontrol sehingga didapatkan besar sampel yaitu 994 dengan perbandingan kasus dan kontrol adalah 1:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makromia merupakan faktor risiko kejadian perdarahan postpartum dengan nilai ORadjusted=1.525 (95%CI 1.031- 2.255) setelah dikontrol oleh variabel kunjungan anc dan penolong persalinan. Penelitian ini menyarankan. Penelitian ini menyarankan kepada wanita hamil untuk meningkatan kesadaran akan pentingnya pemeriksaan antenatal care dan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan. ...... Macrosomia is a risk factor for postpartum hemorrhage. This study aim to determine the relationship between macrosomia with postpartum hemorrhage in Indonesia in 2012. This study used a case-control study design using Demographic and Health Survey Indonesia (IDHS) 2012. All of 497 cases were analyzed in this study, while controls were randomized from eligible controls in order to obtain a sample of 994 with a ratio of cases and controls were 1:1. The results showed that macrosomia as a risk factor for postpartum hemorrhage with OR adjusted = 1.525 (95% CI 1.031-2.255) (controlled by antenatal care visits and birth attendants). This study suggests to pregnant woman to increase awareness of the importance of checking of antenatal care and birth attendant by health workers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41509
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jondan Indhy Prastyo
Abstrak :
Anak-anak yang tidak divaksinasi meningkatkan resiko kesehatan diri mereka sendiri dan juga orang-orang di sekitarnya karena sifat menular dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Cakupan pemberian vaksin dasar memberikan indikasi kondisi kesehatan publik saat ini, serta menunjukkan kemampuan akses masyarakat terhadap sistem kesehatan setempat. Dengan memanfaatkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017, penelitian ini mengungkap keterkaitan proses pengambilan keputusan keluarga dengan kelengkapan imunisasi anak di rumah tangga. Studi ini juga bertujuan memberi informasi terbaru tentang kepatuhan terhadap kewajiban vaksinasi dasar anak berusia 12 - 35 bulan di Indonesia. Regresi logistik memberikan indikasi bahwa orang tua yang berdiskusi dalam pembelian besar cenderung mempunyai anak dengan imunisasi dasar lengkap dalam rumah tangga yang sama. Frekuensi akses media massa ibu, interaksi mereka dengan medis profesional, dan kepemilikan kartu kesehatan / vaksinasi terkait positif dengan kepatuhan vaksin dasar. Perbedaan lengkapnya vaksinasi terlihat juga pada jenis kelamin dan urutan lahir anak. Kebijakan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan vaksinasi keluarga, seperti meningkatkan serapan informasi dan menurunkan hambatan akses vaksinasi, perlu diterapkan untuk meningkatkan imunisasi dasar anak, yang akhirnya berdampak pada kesehatan masyarakat dan masa depan bangsa.
Unvaccinated children pose danger not only to themselves but also to others due to the contagious nature of vaccine-preventable diseases. Coverage on basic vaccines administration could give an indication on the current state of public health as well as demonstrates peoples ability to access health care system in the country. This study aims to provide latest insight on compliance to mandated basic vaccination for children between 12 to 35 months in Indonesia. The research will also try to uncover the relation between decision-making processes in the family and immunization completion status for the children within. This study will make use of the latest data from the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey. Descriptive analysis shows differences of basic immunization coverage in regions across Indonesia, indicating a correlation between economic status and knowledge acquisition. Logistic regression suggests that joint discussion between parents in the households major purchases is more likely to result in complete basic immunization for their children. In addition, mothers frequency of access to mass media, their exposure to medical professionals, and their possession of health/vaccination card are positively associated with the compliance of mandated basic vaccines administration. Differences in vaccination compliance can also be observed in childrens characteristics such as their gender and order of birth. Appropriate policies that could intensify positive knowledge acquisition, lower the barrier of access to vaccination, and influence the familys decision making on vaccination should be designed in order to increase childrens basic immunization rate, as it could have effect on public health and nations future.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Latipatul Anshor
Abstrak :
ASI merupakan gizi terbaik untuk mengoptimalkan tumbuh kembang bayi dan sistem kekebalan tubuh bayi. WHO menganjurkan untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. IMD merupakan kunci keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara pelaksanaan IMD dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Indonesia menurut SDKI 2017. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan menggunakan SDKI 2017. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Wanita Usia Subur (WUS) 15-49 tahun di Indonesia, sampel sebanyak 1243 WUS dengan anak usia 0-5 bulan dan masih menyusui serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ASI eksklusif, variabel independen utama yaitu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan variabel kovariat umur, paritas, pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi, daerah tempat tinggal, frekuensi kunjungan ANC, tempat persalinan, metode persalinan dan penolong persalinan. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat, bivariate dengan chi square dan analisis multivariate dengan regresi logistic ganda model faktor resiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Indonesia yaitu sebesar 37,5%, dan IMD (39,5%). Hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif setelah dikontrol oleh variabel kovariat dengan (p=0,001 dan OR=2,537) artinya ibu yang melaksanakan IMD memiliki peluang 2,537 untuk memberikan ASI eksklusif. Pada penelitian ini tidak ada variabel konfounding dalam hubungan IMD dengan pemberian ASI eksklusif. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatan capaian pemberian ASI eksklusif yaitu optimalisasi proses KIE terkait IMD dan ASI eksklusif, memfasilitasi ibu untuk melakukan IMD sesuai prosedur, pelatihan pelaksanaan IMD untuk setiap tenaga kesehatan yang menjadi penolong persalinan dan adanya kebijakan yang terintegrasi di setiap fasilitas kesehatan dari pusat ke daerah terkait pelaksanaan IMD sesuai flowchart. ......Breast milk is the best nutrition to optimize baby growth and development and the baby's immune system. WHO recommends exclusive breastfeeding for 6 months. Early initiation of breastfeeding (EIBF) is the key of exclusive breastfeeding’s success. The purpose of the study was to determine the relationship between EIBF and exclusive breastfeeding for infants 0-5 months in Indonesia according to the 2017 IDHS. This research was a cross-sectional study using the 2017 IDHS. The population of this study were all of fertile women 15- 49 years old in Indonesia, a sample of 1243 women on fertile age who have the children 0-5 months and still breastfeeding and met the inclusion and exclusion criteria. The dependent variable in this study was exclusive breastfeeding, the main independent variable EIBF and the covariates were age, parity, education, employment status, economic status, area of residence, frequency of ANC visits, place of delivery, delivery method and birth attendant. The analysis for this research is univariate analysis, bivariate with chi square and multivariate analysis with logistic regression. The results showed that the percentage of exclusive breastfeeding for infants 0-5 months in Indonesia (37,5%) and EIBF (39,5%). The results of the multivariate analysis showed that there was a significant relationship between early initiation of breastfeeding and exclusive breastfeeding after being controlled by covariate variables with (p=0.001 and OR=2.537) meaning that mothers who carried out early initiation of breastfeeding had a 2.537 chance of exclusive breastfeeding. In this study, there were no confounding variables between early initiation of breastfeeding and exclusive breastfeeding. Various efforts need to be done to increase the achievement of exclusive breastfeeding with optimizing the IEC process related to EIBF and exclusive breastfeeding, facilitating mothers to carry out EIBF according to procedures, training in the implementation of EIBF for every health worker who assists childbirth and the existence of integrated policies in every health facility from the center to areas related to the implementation of EIBF according to the flowchart.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadi
Abstrak :
Tesis ini disusun berdasarkan hasil analisis yang beranjak dari permasalahan pokok, apakah faktor kondisi sanitasi lingkungan ada pengaruhnya terhadap kematian anak di Indonesia. Tujuan umum yang ingin dicapai dan studi ini adaiah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi sanitasi lingkungan terhadap risiko kematian anak di Indonesia. Kondisi sanitasi ingkungan digambarkan oleh tiga karakteristik sanitasi lingkungan yang tercantum dalam kuesioner SDKI 1997, yaitu sumber air utama rumah tangga, jenis kakus, dan status keberadaan sumber air dan jarak dengan sumber rembesan terdekat. Sedangkan kematian anak dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu kematian neonatal (usia 0-28 had), kematian post neonatal (usia 1-11 bulan), kematian infant (usia 0-11 bulan), kematian child (usia 1-4 tahun), dan kematian under-five (usia 0-4 tahun). Mengingat faktor penyebab kematian anak sangat kompleks maka dalam studi ini hubungan antara kondisi sanitasi Iingkungan dan kematian anak dikontrol dengan beberapa variabei biodemografi, yaitu nomor urut kelahiran anak, umur saat ibu melahirkan, interval kelahiran dengan anak berikutnya, dan jenis kelamin anak. Studi ini dilakukan melalui analisis deskriptif dan inferensial dengan sampel rumah tangga yang diambil dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997. Analisis deskriptif bertujuan untuk mendapatkan pola dan perbedaan kematian anak menurut kondisi sanitasi Iingkungan, sedangkan analisis inferensial menggunakan regresi logistik berganda bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kondisi sanitasi Iingkungan yang mempengaruhi kematian anak. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa secara umum kondisi sanitasi Iingkungan berpengaruh terhadap seluruh kematian anak kecuali terhadap kelompok kematian neonatal. Karakteristik sanitasi Iingkungan yang secara statistik berpengaruh signifikan adaiah sumber air utama dan jenis kakus yang dipergunakan rumah tangga, sedangkan status keberadaan sumber air dan jarak dengan rembesan kotoran terdekat secara statistik tidak berpengaruh terhadap kematian anak.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T1316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisdarwati
Abstrak :
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992 tentang perrkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, oleh karena itu pemakaian alat/cara kontrasepsi menjadi bagian penting untuk mencapai tujuan sesuai Undang-Undang tersebut. Dari hasil SDKI 1997 terlihat bahwa 57% wanita kawin di Indonesia saat ini memakai alat/cara kontrasepsi, dan sebagian besar memakai alat/cara kontrasepsi modern. Hasil SDKI 1997 selanjutnya menyebutkan bahwa di Propinsi Sumatera Selatan dari 51% wanita kawin yang menggunakan alat/cara kontrasepsi, 3% diantaranya menggunakan alat/cara kontrasepsi tradisional, disamping itu terjadi penurunan pemakaian IUD dibandingkan pada tahun 1994. Dari data diatas terlihat bahwa pemakaian alat/cara kontrasepsi di Propinsi Sumatera Selatan lebih rendah dibandingkan angka nasional. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pemakaian alat/cara kontrasepsi dan faktor-faktor yang berhubungan di Propinsi Sumatera Selatan tahun 1997. Rancangan penelitian adalah crossextional dengan memanfaatkan data sekunder SDKI 1997 untuk Propinsi Sumatera Selatan. Sampel berjumlah 801 responden yang diambil sesuai metode dalam SDKI yang multistage random sampling. Pengolahan dan analisis data (univariat, bivariat dan multivariat) dengan bantuan program komputer. Hasil penelitian menunjukkan 63,2% responden saat dilakukan survey sudah menggunakan alat/cara kontrasepsi, dengan pemakaian terbanyak adalah Suntikan (31,2%), Pil KB (29,1%), Inplant/Susuk KB (17,8%), dan IUD/Spiral (12,3%), sebagian besar responden (25,4%) yang tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi mempunyai alasan karena ingin punya anak lagi. Hasil penelitian juga menunjukkan ternyata tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat ekonomi dengan pemakaian alat/cara kontrasepsi. faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pemakaian alat/cara kontrasepsi yaitu : umur responden, tingkat pendidikan, jumlah anak yang dimiliki, jumlah perkawinan, kontak media, dan tingkat pengetahuan. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang mempunyai hubungan paling erat dengan pemakaian alat/cara kontrasepsi di Propinsi sumatera Selatan tahun 1997 adalah jumlah perkawinan. Oleh karena itu penulis menyarankan untuk penanggung jawab program KB di Propinsi Sumatera Selatan untuk mengadakan pelatihan PL KB atau PPL KB agar mereka juga mampu tidak hanya sebagai penyuluh program KB, tetapi juga dapat berperan sebagai penasehat masalah-masalah yang dihadapi dalam keluarga. Sehingga kasus-kasus perceraian akibat ketidakcocokan dalam keluarga dapat dicegah. Disamping itu meningkatkan promosi KB tentang manfaat alat/cara kontrasepsi, kaitan jumlah anak dengan kesehatan dan perkembangan mental anak, perceraian ditinjau dari sudut agama dan usia yang baik untuk menikah melalui media elektronik (radio dan TV). Daftar Pustaka: 29 (1957-2000)
Correlation within Some Factors and Contraceptive Method Used in South Sumatera Province year 1997 (Analysis Data of SDKI 1997)Base on Population Regulation no.10 year 1992, the Family Planing program is one efforts to increase awareness and community action trough increase age of the first marriage, setting the fertility, and increase the social welfare of the family, so the contraceptive method used is the important one. SDKI study on 1997 shown that 57% women marriage used one of the method of the contraceptive, in South Sumatera Province are 51% and 3% of them used traditional contraceptive. Information above shown that the number of the current user in South Sumatera less than national, base on this situation I interested to do this study. The aims of this study are to know overview of the contraceptive method used in South Sumatera and correlation within sorne factors and contraceptive method used. Design of this study is crossectional using the secondary data of the SDKI study in South Sumatera Province year 1997. Number of samples are 801 household and taken by multistage sampling method, and analysis of the data done by computer. The result of the study shown that 63,2% respondents were used one of the contraceptive method, most of them (31,2%) use injection method, oral method/Pill (29,1%), Implant (17,8%), and IUD (12,3%). Respondents whom didn't use the contraceptive method have the reason that they still want a child (25,4%). The study also shown that no correlation within the economic level and contraceptive method used. The factors had correlation within contraceptive used were respondent's age, educational level, number of child they have, number of marriage, media contact, and the knowledge level of the contraceptive method. The conclusion of this study shown that the strong correlation within the contraceptive method is the number of marriage. Base on this result I suggested to the Family Planing Board of South Sumatera to plan the training for the operational provider of the Family Planing (PL-KB), so they can also as the family problem adviser beside as a Family Planing educator. The others one is to increase the Family Planing campaign in Radio and Television. References: 29 (1957-2000).
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T 4026
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmat Munawar
Abstrak :
Tingkat fertilitas di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan sejak dimulainya program Keluarga Berencana (KB) secara nasional. Pada periode tahun 1994-1997 terjadi penurunan angka fertilitas yang relatif kecil. Besar kecilnya penurunan fertilitas tergantung dari besar kecilnya perubahan faktor-faktor penentu fertilitas. Penelitian terhadap faktor-faktor penentu fertilitas ini cukup strategis untuk membahas masalah fertilitas di Indonesia. Faktor penentu fertilitas secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor penentu tidak langsung dan faktor penentu langsung. Faktor penentu tidak langsung dalam mempengaruhi fertilitas melalui faktor penentu langsung. Hal ini berarti secara substansi terdapat hubungan yang erat antara kedua kelompok faktor penentu fertilitas tersebut. Faktor penentu fertilitas -baik langsung maupun tidak langsung-- yang menjadi penyebab naik turunnya fertilitas dapat dijadikan sebagai dasar pembinaan. Pembinaan fertilitas yang dilakukan rnelalui program KB, sejak pelita I dilakukan secara bertahap mulai wilayah Jawa dan Bali, wilayah Luar Jawa dan Bali I, dan wilayah Luar Jawa Bali II. Pengelompokan wilayah pembinaan ini tetap dipertahankan, padahal perkembangan jaman telah mampu merubah factor-faktor penentu fertilitas. Tujuan penulisan tesis ini adalah: pertama, mengukur tingkat keeratan hubungan antara kelompok faktor penentu tidak lansung dan faktor penentu langsung secara simultan tahun 1994 dan 1997; kedua, mencari faktor-faktor penentu fertilitas yang dominan baik untuk tahun 1994 maupun tahun 1997; ketiga memeriksa ketepatan pengelompokan wilayah pembinaan program KB di Indonesia berdasarkan faktor-faktor penentu fertilitas tahun 1994 dan 1997; keempat, membuat pengelompokan wilayah altematif berdasarkan faktor-faktor dominan penentu fertilitas tahun 1997. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data publikasi SDKI 1994 dan 1997 dengan unit pengamatan/sarnpel adalah propinsi. Variabel-variabel yang dilibatkan dalam Analisis adalah variabel yang secara substansi merupakan faktor penentu fertilitas baik tidak langsung maupun langsung. Agar tujuan tercapai perlu didukung metade analisis statistik yang memadai yaitu Analisis Korelasi Kanonik, Analisis Diskriminan, Analisis Komponen Utama, Analisis Faktor dan Analisis KelompoklCluster. Hasil-hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa : pertama, terdapat korelasi yang sangat kuat antara faktor penentu fertilitas tidak langsung dengan faktor penentu langsung. Hal ini terjadi pada tahun 1994 dan tahun 1997. kedua, diperoleh lima faktor dominan penentu fertilitas di Indonesia yaitu pada tahun 1994 adalah (1) Program KB, (2) Pendidikan dan Perkawinan, (3) Kemampuan Ekonomi. (4)Pekerjaan dan (5) Kematian Bayi. Pada tahun 1997 juga diperoleh lima faktor dominan,diantaranya adalah (1) Program KB, (2) Pendidikan dan Perkawinan, (3) Kesehatan lbu danAnak, (4) Kemampuan Ekonomi dan (5) Pekerjaan. ketiga, terjadi ketidaktepatan klasifikasi pengelompokan wilayah pembinaan program KB sebesar 33,3% pada tahun 1994 dan 18,5% pada tahun 1997 jika diperiksa dengan faktor-faktor penentu fertilitas. keempat, pengelompokan wilayah yang dibuat berdasarkan faktor dominan penentu fertilitas menghasilkan lima kelompok wilayah. Hal yang menarik adalah propinsi Timor Timur berdiri sendiri dalarn kelompok 5 yang terpisah dengan propinsi-propinsi lain.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riezky Yulviani Armanita
Abstrak :
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 diketahui AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target RPJMN 2015 – 2019 yang menargetkan AKB tahun 2019 sebesar 24/1000 kelahiran hidup, dan target Sustainable Development Goals (SDGs) yang menargetkan AKB tahun 2030 sebesar 12/1000 kelahiran hidup. AKB tersebut menunjukkan peningkatan derajat kesehatan anak di Indonesia belum sesuai dengan yang diharapkan, dan dapat mengancam kelangsungan hidup anak di Indonesia. Selain itu, menurut Bank Dunia, pengalokasian anggaran bidang kesehatan belum maksimal. Penelitian ini dilakukan untuk pengaruh realisasi pengeluaran kesehatan pemerintah daerah terhadap angka kematian bayi di Indonesia. Penelitian ini juga melibatkan beberapa variabel yaitu pengeluaran kesehatan, jumlah persalinan ditolong tenaga kesehatan, pendidikan wanita, pemberian vaksin tetanus toksoid serta jumlah penduduk perdesaan. Hasil penelitian diketahui pendidikan wanita dan persalinan ditolong tenaga kesehatan merupakan faktor yang signifikan terhadap kematian bayi. Penelitian ini menyarankan agar alokasi anggaran kesehatan pemerintah berfokus pada program kesehatan untuk mencapai tujuan SDGs. Selain itu, peningkatan sarana prasarana kesehatan di perdesaan. ...... Based on the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012, IMR (Infant Mortality Rate) in Indonesia was 32 deaths per 1000 live births. This number was still far from the 2015 - 2019 RPJMN goals that mention IMR dropped to 24/1000 live births by 2019, and the Sustainable Development Goals (SDGs) targeted the IMR reduced to 12/1000 live births by 2030. The IMR shows that improving children's health status in Indonesia is not as expected, and can threat the survival of children in Indonesia. In addition, according to the World Bank, the allocation of health budget has not been maximized. This research was conducted to influence the realization of health expenditure of local government to infant mortality rate in Indonesia. The study also involved several variables namely health expenditure, number of deliveries assisted by health personnel, female education, tetanus toxoid vaccine and the number of rural population. The results of the research that female education and childbirth assisted by health personnel are significant factors to degrade infant mortality rate. This study suggests that government health budget allocations are focusing on health programs to achieve the objectives of the SDGs. In addition, improvement of health infrastructure in rural areas needs to be develop.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T52787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edvin Nur Febrianto
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh otonomi perempuan dalam rumah tangga terhadap kelahiran bayi BBLR di Indonesia dengan menggunakan data SDKI 2017. Unit analisis dalam penelitian ini adalah wanita usia subur yang dalam 5 tahun yang lalu melahirkan anak lahir hidup tunggal (kelahiran tunggal). Otonomi perempuan diukur menggunakan pertanyaan mengenai keterlibatan perempuan dalam penentuan keputusan dalam rumah tangga serta sikap perempuan terhadap pemukulan oleh suami/pasangan. Skor otonomi perempuan yang diperoleh menggunakan Principal Component Analysis (PCA) selanjutnya dikelompokkan menjadi kategori tinggi dan rendah. Data SDKI 2017 dianalisis menggunakan regresi logistik biner dengan Multiple Imputation karena cukup besarnya persentase sampel yang memiliki missing data, yaitu mencapai 15,37 persen dari total unit analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otonomi perempuan dalam rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap kelahiran bayi BBLR. Perempuan dengan otonomi rendah memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR. Selain otonomi perempuan dalam rumah tangga, variabel yang secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kelahiran bayi BBLR, yaitu umur ibu saat melahirkan, lama sekolah ibu, indeks kekayaan, daerah tempat tinggal, paritas, perawatan kesehatan antenatal, serta konsumsi pil zat besi selama kehamilan. Sedangkan variabel status kehamilan, status kerja ibu, interval kelahiran, dan perilaku merokok ibu tidak signifikan secara statistik memengaruhi kelahiran bayi BBLR.
ABSTRACT
This study aims to study the effect of womens autonomy on LBW births in Indonesia using the 2017 IDHS data. The unit analysis in this study is women in childbearing age (15-19 years old) who in the past 5 years gave birth to a single live born child (single birth). Womens autonomy is measured using questions about womens involvement in decision making in the household and womens atitudes toward beating by their husbands spouses. Womens autonomy scores obtained using Principal Component Analysis (PCA) are further grouped into 2 categories (high and low). The 2017 IDHS data were analyzed using binary logistic regression with Multiple Imputation because of the large percentage of samples that had missing data, which reached 15.37 percent. The results showed that womens autonomy had a significant effect on birth of LBW babies. Women with low autonomy have a higher tendency to give birth to LBW babies. Beside womens autonomy, variables that have a statistically significant effect on LBW babies, namely mothers age at birth, mothers years of schooling, wealth index, area of residence, parity, antenatal health care, and consumption of iron pills during pregnancy. While the variables of pregnancy status, mothers work status, birth intervals, and mothers smoking behavior did not have statistically significant effect to birth of LBW babies.
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Karnila
Abstrak :
Pendahuluan: Pemberian ASI ekslusif direkomendasikan hingga anak berusia 6 bulan. Kurangnya pemberian ASI ekslusif merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas bayi dan anak. Berbagai faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif diantaranya depresi, inisiasi menyusui dini, wilayah tempat tinggal, status bekerja dan status pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan depresi postpartum dengan pemberian ASI ekslusif pada anak 0-5 bulan di Indonesia berdasarkan data SDKI 2017. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data berasal dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel penelitian ini adalah WUS yang melahirkan anak terakhir berumur 0-5 bulan berjumlah 1.266. Analisis data menggunakan regresi logistik untuk mengetahui prevalen odd rasio. Signifikansi dinilai dengan melihat rentang kepercayaan (confident interval) CI 95%. Hasil: Dari 1.266 responden diperoleh prevalensi depresi postpartum 10,2%, pemberian ASI ekslusif 67,1%. Hasil analisis menunjukan responden yang depresi berpeluang 0,762 kali (CI 95% 0,506 – 1,148) untuk tidak memberikan ASI ekslusif setelah dikontrol variabel inisiasi menyusui dini, status bekerja dan status pernikahan. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan depresi postpartum dengan pemberian ASI ekslusif. Namun terdapat hubungan variabel lainnya dengan pemberian ASI ekslusif diantaranya variabel inisiasi menyusui dini, status bekerja dan status pernikahan. Kata kunci: Depresi postpartum, ASI ekslusif, regresi logistik, SDKI, Indonesia ......Background: Exclusive breastfeeding is recommended for children up to 6 months old. Lack of exclusive breastfeeding is a risk factor for infant and child morbidity and mortality. Various factors that influence exclusive breastfeeding include depression, early breastfeeding initiation, place of residence, work status and marital status. This study aims to determine the association between postpartum depression with exclusive breastfeeding for children 0-5 months in Indonesia based on Indonesian Demographic Health Survey 2017. Methods: Design study was cross-sectional and data was obtained from Indonesian Demographic Health Survey 2017. Sample was women childbearing age who gave birth to last child aged 0-5 months, total 1.266 respondents. Data were analysed using logistic regression to determine the prevalence odds ratio. Significant level was assessed by confident interval (CI) 95%. Results: From 1.266 respondents, the prevalence of postpartum depression was 10.2%, exclusive breastfeeding was 67.1%. The results of the analysis showed that depressed respondents had an odd 0.762 (95% CI 0.506 - 1.148) to not give exclusive breastfeeding after being controlled by early breastfeeding initiation, work status and marital status. Conclusion: There was no association between postpartum depression with exclusive breastfeeding. But there was a association between other variables with exclusive breastfeeding including variable early breastfeeding initiation, work status and marital status. Key words: Postpartum depression, exclusive breastfeeding, logistic regression, IDHS, Indonesia
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54413
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>