Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Beob-Ryun
Abstrak :
Buku ini ditulis oleh Beob-Ryun dan diberikan ilustrasi oleh Park Seung-Sun. Buku ini berisi rangkuman dari acara mentoring agama Buddha untuk pemuda di stasiun TV SBS.
Seoul: Jisik Channel, 2012
KOR 170.4 BEO b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Donna Lumita
Abstrak :
PT SBS merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang sedang berkembang. Perusahaan ini bermula dari sebuah bisnis keluarga dimana semua kebijakan serta keputusan yang diambil merupakan hak dari pemilik perusahaan. Dalam proses perkembangannya, pemilik PT SBS menyadari diperlukannya perubahan dalam pola kerja manajemen perusahaan, yaitu kebutuhan akan suatu organisasi yang lebih profesional dengan mulai membatasi perannya serta memberikan keleluasaan bagi pihak manajemen untuk melakukan tugasnya. Berdasarkan hal ini maka seorang manager sebagai pihak operasional manajemen dituntut untuk dapat menjalankan peran dan fungsi dengan sebaik-baiknya dalam rangka mencapai visi dan misi perusahaan. Untuk memastikan hal ini maka pihak perusahaan merasa perlu dilakukan suatu proses penilaian sebagai bentuk pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja para manager. Selama ini PT SBS telah memiliki suatu sistem penilaian kinerja dengan instrumen untuk level staf bagi jabatan manager. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak corporate planner dikatakan bahwa instrumen penilaian kinerja tidak memberi cukup informasi tentang kekuatan dan kelemahan para manager yang dapat memberikan masukan yang bermanfaat pada perusahaan dalam jangka panjang. Instrumen yang digunakan dianggap kurang dapat mengukur efektivitas atau tidaknya kinerja seorang manager. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh pihak perusahaan, penulis mengajukan usulan pemecahan masalah berupa rancangan program penilaian kinerja yang berdasar pada kompetensi. Kompetensi dianggap sebagai prediksi yang paling baik dalam mengidentifikasikan kinerja yang superior bagi manager yang memiliki1 tugas-tugas komplek. Pertunusan model kompetensi menggunakan kriteria kompetensi dari LOMA's Competencies Dictionary. Berdasarkan hal itu diperoleh 4 kompetensi yang harus dimiliki dalam menjalankan peran manajerial, yang mencakup: goal orientation, motivating others, planning & organizing, decision making dan 5 kompetensi fungsional diperuntukkan bagi manager sesuai fungsinya masing-masing. Hal yang perlu diperhatikan adalah model kompetensi ini merupakan hasil studi awal yang masih memerlukan penelitian lanjutan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa Jaya
Abstrak :
Kualitas udara dalam ruangan kelja yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dapat menyebabkan ruangan kerja tidak nyaman; dampak negatif terhadap karyawan berupa keluhan kesehatan yang dikenal dengan istilah sick building syndrome 6985). Keluhan SBS biasanya tidak terlalu parah dan tidak diketahui penyebabnya, tetapi mengurangi produktivitas kerja. Sejumlah penelitian pada lingkungan yang berbeda menunjukkan bahwa faktor-faktor intcmal dan ekstemal mempengaruhi kejadian SBS. Informasi mengenai kualitas udara dalam mangan gedung perkantoran Departemen Kesehatan (Dcpkes) belum dikctahui, walaupun sudah banyak Iaporan tentang keluhan SBS. Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi mengenai kualitas udara di gcdung Depkes Jakarta, Serta kejadian SBS dan ihktor-faktor yang mempengaruhinya. Menggunakan studi cross-seczional hersifat deskriptif analitik; melibatkan 242 karyawan Depkes scbagai responden. Kriteria respondcn adalah orang sehat tidak menderita penyakit sesuai diagnosa dokter dan tidak sedang hamil. Untuk memperoleh data mengenai, karakteristik, psikologis dan posisi kelja yang ergonomik dari responden menggunakan kucsioner teramh dan terstruktur. Sedangkan pengukuran konsentrasi NO2, CO, C0;, SO2, H2S, NH; and PM|0 scbagai indikator kualitas udara dilakukan pada 10 ruangan. Kualitas udara dalam ruangan masih memcnuhi persyaratan scsuai Keputusan Mentcri Kesehatan No. 1405/Menkes/SK/XI/2002. Kadar NO2, SO2, and NH; terdeteksi pada tiga ruangan. Konsenlrasi C0 pada setiap ruangan sama; C02, H2S, and PMN lerdetcksi pada setiap ruangan dengan konscntrasi berbeda-beda. Pencahayaan pada seluruh ruangan memenuhi pcrsyaratan (> |00 lux). Di Iain pihak, suhu dan kelembaban pada beberapa ruangan melebihi persyaratan, namun secara umum nilai rata-ratanya masih memenuhi persyaratan. Prevalensi SBS sebesar 19%, dengan gejala tcrbanyak berupa kelelahan, rasa sakit dan kekakuan pada bahu dan Ieher (50%); flu, batuk dan bersin-bersin (49.6%); Serta pusing, sakit kepala dan kesulitan konsentrasi (38.4%). Suhu, posisi keqja yang ergonomik, jenis kelamin dan umur mempcngaruhi kejadian SBS secara bemmakna, dimana suhu merupakan variabel yang paling dominan. Kualitas udara masih memenuhi persyaratan kesehatan, untuk Iingkungan fisik dalam ruangan kenja nilai rata-rata pengukuran masih memenuhi persyaratan, walaupun ada ruangan yang suhu atau kelembaban tidak memcnuhi persyaratan kesehatan, Suhu, posisi kerja yang ergonomik, jenis kelamin dan umur sangat mempengaruhi kejadian SBS. Pemeliharaan pendingin ruangan serta posisi kerja yang ergonomik merupakan upaya pencegahan yang harus mcndapat perhatian dalam program SBS. ......Indoor air quality that does not meet the health standard requirement may lead to uncomfortable working environment and causes negative impacts to the workers in the fomm of health complaints known as sick building .syndrome (SBS). Usually the complaints are not very serious and the sources are unknown; however it could reduce work productivity. A number of studies in different settings have indicated that several internal and external factors influence the incidence of SBS. Infomation on the indoor air quality of the Ministry of Health (MOH) building has not yet been known, in spite ofthe SBS complaints that have been reported. The purpose of this study is to obtain infomation on the indoor air quality ofthe MOH building Jakarta, as well as the incidence of SBS and its’ underlying thctors. Using cross-sectional study which is descriptive-analytic; the study involved 242 MOH employees as respondents. The criteria ofthe respondents were healthy individuals not suffering from diseases as diagnosed by a physician and not pregnant. To obtain data on the characteristics, psychological and ergonomic working position of the respondents, guided and structured questionnaire were used. Whereas measurements of NO;, CO, CO2, S02, I-I2S, NH, and PM10 concentrations as indicators of air quality were undertaken in ten rooms. Indoor air quality still meets the standard requirement, in accordance to the Minister of Health Decree No. 1405/ivlenkes/SK/XI/2002. Concentrations of NO2, SO2, and Nl-I; were detected in three rooms. The concentration of CO in all rooms was the same; while CO2, l-l2S, and PM10 were detected in all rooms with different concentrations. Illuminations in all rooms were in compliance to the standard requirement (> 100 lux). On the other hand, the temperature and humidity in some rooms exceeded the standard requirement, however, in general the average value of these two variables still meet the requirements. The prevalence of SBS was 19%, mostly in the fonn of fatigue, pain and stiff on the shoulder and neck (50%); common cold, coughing and sneezing (49.6%); as well as diuiness, headache and concentration problems (38.4%). Temperature, ergonomic working position, sex and age significantly influence the incidence of SBS, in which the room temperature was shown to be the predominant variable. Indoor air quality was still in compliance to the health standard requirement. As for the physical environment, the measurement average values still meet the requirements although the temperature and humidity in some rooms did not. _ Temperature, ergonomic working position, sex and age significantly influence the incidence of SBS. Maintenance of the air conditioner and sustaining ergonomic working position are prevention actions that should acquire attention in the SBS program.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34265
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Amalia
Abstrak :
Perkembangan lalu lintas yang semakin padat dan perubahan iklim yang semakin tidak menentu akhir-akhir ini sangat mempengaruhi kualitas permukaan jalan yang seringkali berakibat pada kerusakan fisik dan menjadi penyebab utama ketidaknyamanan pengguna jalan. Skripsi ini membahas tentang usaha peningkatan kinerja campuran aspal dengan menggunakan material modifikasi berupa polimer SBS dan BGA. Polimer SBS dapat meningkatkan ketahanan dan kepekaan aspal terhadap temperatur, sehingga dapat mengurangi deformasi pada suhu tinggi. Sama halnya dengan polimer SBS, selain BGA dapat meningkatkan kualitas perkerasan jalan juga dapat mengurangi jumlah kadar aspal optimum dan penggunaan agregat halus pada campuran. Penelitian dilakukan secara eksperimental di dalam laboratorium dengan kadar polimer 2% dan 4% dari total aspal campuran serta kadar BGA yang digunakan adalah 5% dan 7% dari berat total agregat. Hasil pengujian menyatakan bahwa campuran aspal dengan komposisi gabungan modifikasi polimer kadar 4% dan BGA kadar 7% menghasilkan kinerja paling optimum ditinjau dari segi kekuatan, dengan nilai stabilitas sebesar 1193,678 kg. Sedangkan campuran aspal dengan komposisi polimer kadar 2% dan BGA kadar 5% merupakan kombinasi campuran ideal yang menghasilkan kinerja paling optimum dari segi ekonomis maupun kekuatannya yang tidak jauh berbeda dengan campuran polimer 4% dan BGA 7%, yaitu sebesar 1152,174 kg. ......Rapidly developed traffic and uncertain climate change in recent years are very influential to the quality of pavement which is affect to its physical damage and become a major cause of inconvenience. This thesis is about research of hot mix asphalt-performance enhancement using SBS Polymer and BGA. Polymer SBS can improve the resistance and sensitivity of asphalt at high temperatures, so it can reduce deformation of pavement. BGA also have the same performance, but besides BGA can improve the quality of pavement, it can reduce the optimum asphalt content and the use of fine aggregates in mixture. Variation of SBS Polymer in this research are 2% and 4% from content of asphalt in mixture and BGA are 5% and 7% from total aggregates. Result of this research shows that mixture with Polymer 4% and BGA 7% has the greatest performance reviewed from its strength, with value of stability loads of 1193,678 kg. Whereas mixture with Polymer 2% and BGA 5% is the ideal combination which has the greatest performance reviewed from economic aspect and its stability, which has similiar value of stability, loads of 1152,174 kg.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1422
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Martha K.
Abstrak :
Jalan yang merupakan infrastruktur penghubung antara kawasan satu dengan yang lain dan digunakan oleh masyarakat umum sudah seharusnya memiliki struktur perkerasan dan kinerja yang baik sehingga dapat memberikan kenyaman bagi penggunanya. Skripsi ini membahas tentang usaha peningkatan kinerja campuran aspal dengan menggunakan material BGA dan polimer SBS. Pengujian dilakukan secara eksperimental di dalam laboratorium dengan kadar BGA yang digunakan adalah 5% dan 7% dari total campuran, serta kadar polimer 2% dan 4% dari total aspal yang digunakan. Hasil pengujian menyatakan bahwa campuran aspal modifikasi polimer P4-B5 memiliki nilai stabilitas paling tinggi diantara seluruh campuran yaitusebesar 1333,181 kg. Namun tinjauan ekonomis terhadap material yang digunakan pada campuran aspal menyebabkan campuran aspal P2-B7 menjadi pilihan campuran yang paling memungkinkan untuk direalisasikan mengingat nilai stabilitasnya pun tidak jauh berbeda dengan nilai stabilitas campuran P4-B5, yaitu 1280,471 kg. ......Road as infrastructure that connecting one place to another and used by society should has a good quality pavement that can give comfort to anyone who use it. This thesis is about research of hot mix asphalt workability using BGA and SBS Polymer. Variation of BGA?s composition in this research are 5% and 7% from total mixture and SBS Polymer are 2% and 4% from content of asphalt used. Result of the research shows that P4-B5 mixture has the highest stability from all of mixtures, specifically 1333.181 kg. However, from economic consideration, P2-B7 mixture is the possible one to be realized considering its stability, 1280.471 kg, is not much different from P4-B5's.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1166
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Gloria Patricia
Abstrak :
Stabilitas dan Fleksibilitas merupakan parameter penentu kualitas perkerasan jalan, dimana bahan dasar campuran yaitu aspal dan agregat merupakan faktor penentu nilai kinerja campuran tersebut. Skripsi ini membahas tentang pemeriksaan bahan dasar campuran yang kinerjanya telah dioptimumkan dengan modifikasi BGA dan polimer. Pengujian dilakukan secara eksperimental di dalam laboratorium dengan kadar BGA yang digunakan adalah 5% dan 7% dari total campuran, serta kadar polimer 2% dan 4% dari total aspal yang digunakan.

Hasil pengujian menyatakan bahwa penggunaan BGA menambah konten agregat halus dengan ukuran butiran dominan saringan no.50 yang mencapai 24,08%, saringan no.100 yang mencapai 95,58%, dan saringan no.200 yang mencapai 151,59%. Pemeriksaan aspal menunjukkan dominasi BGA terhadap penurunan penetrasi aspal sebesar 52%, dan kenaikan titik lembek aspal. Sementara penambahan polimer sebanyak 4% terhadap campuran BGA dapat menurunkan nilai daktilitas aspal sampai dengan 80%.
The asphalt mixture performance is influenced by its properties, which are aggregate and asphalt. This thesis defines the influence of BGA and SBS Polymer to the gradation of aggregate and asphalt. Variation of BGA?s composition are 5% and 7% from mixture and Polymer are 2% and 4% from content of asphalt.

Result shows changes of BGA gradation to finer size. Mixtures with BGA addition show increases of aggregate content up to 24,08% for sieve no.50, 95,58% for sieve no.100, and 151,59% for sieve no.200. The asphalt test shows that BGA can decrease penetration of asphalt polymer mixture for 52%, and also increasing the softening point. Combination of 4% polymer and BGA decrease asphalt ductility up to 80%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1423
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kristin Indriyani
Abstrak :
Penelitian ini melakukan investigasi terhadap faktor-faktor ergonomi yang berhubungan dengan Indoor Health and Comfort/IHC (dengan indikator keluhan gejala SBS dan kenyamanan kerja) dan keluhan MSS yang dialami oleh pegawai fungsional dan staf di Kantor X. Penelitian ini dilakukan di Kantor X dengan objek penelitian yaitu pegawai fungsional dan staf yang bekerja menggunakan komputer/laptop dan berada di ruangan staf bertipe cubicle (ruangan A, B, C, D, dan E). Penelitian ini dilakukan melalui pengamatan, wawancara, pengukuran kualitas lingkungan kerja di dalam ruangan serta pengisian kuesioner kenyamanan kerja, keluhan gejala SBS dan keluhan MSS. 53,85% pegawai memiliki tingkat kenyamanan kerja tinggi dan 46,15% pegawai memiliki tingkat kenyamanan kerja rendah. 53,85% pegawai merasakan keluhan gejala SBS dengan keluhan paling banyak ditemui 33,85% mata lelah dan 33,85% lelah atau mengantuk. 78,57% pegawai mengalami keluhan MSS. Faktor-faktor ergonomi yang tidak sesuai dengan standar meliputi: dimensi kursi, dimensi meja, penggunaan perangkat komputer, postur kerja, dimensi ruangan, layout ruangan, warna ruangan, serta faktor lingkungan berupa kebisingan, pencahayaan, temperatur, kelembaban, karbondioksida, formaldehyde, dan VOCs. Ditemukan adanya hubungan signifikan antara faktor level aktivitas dengan kenyamanan kerja; serta faktor konsentrasi VOCs dengan keluhan gejala SBS. Tidak terdapat hubungan signifikan antara faktor-faktor ergonomi yang diteliti dengan keluhan MSS.
This study presents our investigations of ergonomic factors that related to Indoor Health and Comfort/IHC (with indicators Sick Building Syndrome (SBS) symptoms and work comfort) and Musculaskeletal Symptoms (MSS) suffered by functional and staff workers in Office X year 2017. Conducted in X Office in Indonesia, with the object study are functional and staff workers who work using computer or laptop in staff room which cubicle type (room A, B, C, D, and E). This study perform via walktrought observation, interview, measure indoor air quality/environment factors and fill indoor comfort quesionaire, SBS symptoms quesionaire and Nordic Body Map (NBM) quesionaire . 53,85% of workers have a high level of work comfort and 46,15% of workers have a low level of work comfort. 53,85% of workers suffered complaint of SBS symptoms with at most complaint of SBS symptoms be found are 33,85% tired or strained eyes and 33,85% fatigue or drowsiness. 78,57% of workers suffered MSS complaint. Ergonomic factors that not comform to standard include seat dimensions, table dimensions, computer used, work posture, room dimensions, room layout, room colors, and noise, lighting, temperature, humidity, carbon dioxide , formaldehyde, and VOCs. There is significant relationship between activity level factors and work comfort; VOCs concentration and complaint of SBS symptoms. There is no significant relationship between ergonomic factors are studied and MSS complaint.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maringka, Gina
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam masa perawatan ortodontik, kejadian lepasnya breket sering terjadi sehinggadiperlukan metode pembersihan yang cepat, efektif dan ekonomis. Hal terpenting adalahkarakter breket yang lepas setelah dibersihkan, kualitas tidak berubah sehingga dapatdipasang kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sistem pelarut yang dapatmelepas bahan adesif dari basis breket metal berbasis solvolis tanpa mengubahkarakteristik breket metal dan lebih efektif dibandingkan metode yang umum digunakanyaitu sandblasting dan pembakaran. Penelusuran sistem pelarut melibatkan berbagaijenis pelarut dan faktor pendukungnya: termal, katalis dan surfaktan. Kinerja pelepasanbahan adesif dipantau dengan uji Shear Bond Strength SBS pada gigi Reused dan gigibaru, pengamatan topografi permukaan dan komposisi dengan Scanning ElectronMicroscopy SEM dan Electron Dispersive X-ray Spectroscopy EDAX sertagambaran sisa bahan adesif dengan Modifikasi Adhesive Remnant Index ARI .Spesimen penelitian terdiri atas tujuh puluh breket metal Stainless Steel Mini DynaLock dan seratus gigi Premolar satu dengan adesif Transbond XT. Hasil penelusurandiperoleh sistem pelarut dengan susunan pelarut organik N-Methyl-2-Pyrrolidone,katalis Zn Asetat, surfaktan Triton X-100 dan gelombang mikro. Uji Two Way Anovadari nilai SBS sandblasting, pembakaran dan solvolisis menunjukkan perbedaanbermakna p
ABSTRACT
During orthodontic treatment, the bracket loose often occurs so that a fast, effective andeconomical cleaning method is needed. The most important thing is the character of thecleaned bracket, the quality does not change so it can be reinserted. The objective of thisresearch is to find a solvent that can remove adhesive material from base metal bracketwithout changing the metal bracket characteristics and more effective than commonlyused method i.e. sandblasting and burning. The search for a solvent system involvesvarious types of solvents and their supporting factors thermal, catalyst and surfaceagent. The adhesive release was monitored by Shear Bond Strength SBS test onreused tooth and new tooth, surface topography observation and composition withScanning Electron Microscopy SEM and Electron Dispersive X Ray Spectroscopy EDAX as well as an overview of residual adhesive with Modified Adhesive RemnantIndex ARI . The study specimens consisted of seventy metal brackets of Stainless SteelMini Dyna Lock and one hundred first Premolar teeth with Transbond XT adhesives.The result of this research is the solvent system with organic solvent N Methyl 2 Pyrrolidone, catalyst Zn Acetate, surfactant Triton X 100 and microwave. Two wayAnova Test of SBS sandblasting, burning and solvolysis values showed significantdifferences p
2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah menyajikan Serat Baron Sakendher (SBS) dalam kaitan dengan negosiasi wacana kolonial di Jawa pada abad XIX. Korpus penelitian ini berupa naskah SBS yang tersimpan di beberapa tempat penyimpanan naskah di dalam dan luar negeri. Kajian difokuskan pada penyajian suntingan teks SBS dan menjelaskan bentuk wacana kolonial di Jawa pada abad XIX yang ada di dalam teks. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut dilakukan tinjauan aspek naskah dan teks. Analisis teks ditekankan pada wacana kolonial dengan berpijak pada pemikiran Michel Foucault dengan mendalami ide, konsep, narasi budaya, dan genealogi kolonial yang dibangun dalam cerita Baron Sakendher. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan filologi, wacana, dan hegemoni. Aspek yang dikaji meliputi filologi dan teks SBS. Hasil penelitian yang didasarkan pada kelengkapan isi cerita, jumlah pupuh dan pada tembang macapat menunjukkan bahwa naskah SBS terdiri atas tiga kelompok naskah, yakni naskah kelompok I, naskah kelompok II, dan naskah kelompok III. Berkaitan dengan itu, digunakan metode landasan untuk menyajikan teks, yakni naskah C. Suntingan dan terjemahan teks disajikan dengan menerapkan metode kritik pada perbaikan bacaan dan penambahan kata. Temuan penelitian menunjukkan bahwa cerita SBS dihadirkan menjadi bagian Babad Tanah Jawi (BTJ). Di tengah narasi genealogi dan mistik penguasa Jawa, cerita Baron Sakendher digunakan untuk meredam konflik horizontal pasca-Perang Jawa 1830. Naskah SBS menjadi bagian babad sebagai bentuk respons penguasa Jawa untuk meredam permusuhan sekaligus menciptakan kontrol sosial baru atas rakyat. Keberadaan kolonial dilesapkan dalam cerita secara halus untuk dapat diterima oleh pembaca dan pendengar Jawa tanpa kekerasan. Kolonial Belanda difigurkan melalui tokoh Baron Sakendher yang hadir di Jawa sebagai pedagang dan mitra rakyat Jawa, bukan penjajah sebagaimana aslinya. Narasi abdi Raja Mataram menjadi kekuatan kultural yang berkorelasi dengan genealogi Baron Sakendher yang lebih rendah dari Raja Jawa, menjadi kunci penundukan rakyat dengan konsep mangku. ......This study aims to serves Serat Baron Sakendher (SBS) in its relation to the legitimacy of colonial discourse in Java during the XIX century. Its corpus is SBS kept both in domestic and foreign manuscript repositories. The study is focused on presenting the SBS text edition and explaining the forms of colonial discourse in Java in the XIX century as the selected text depicts. Manuscript and textual reviews were done to answer research problems. Text analysis emphasized colonial discourse based on Michel Foucault’s thoughts, specifically by drawing on the ideas, concepts, cultural narratives, and colonial genealogy constructed in the story of Baron Sakendher. This study used some approaches, namely philology, discourse, and hegemony. The examined aspects of the manuscript include philology and SBS text itself. Based on the completeness of the story and the number of pupuh and macapat, it is revealed that the SBS manuscript consists of three categories, namely group I, group II, and group III. In this regard, the fundamental method is used to present the text edition, namely manuscript C. Text editing and translation are presented by applying critical methods on reading improvement and word addition. The findings point out that the story of SBS is presented as part of the Babad Tanah Jawi (BTJ). Amidst the genealogical and mystical narration of Javanese rulers, the story of Baron Sakendher is used to suppress horizontal conflicts following the Java War of 1830. The SBS manuscript becomes a part of the babad as a form of the Javanese rulers' response to suppress hostilities while creating new social control over the people. The presence of the colonial power is subtly embedded in the story to be accepted by Javanese readers and listeners without violence. The Dutch colonial power is figuratively depicted through the character of Baron Sakendher, who appeared in Java as a trader and a partner of the Javanese people, rather than as a conqueror as originally known. The narrative of the servants of the Mataram King becomes a cultural force correlated with the genealogy of Baron Sakendher, who was of lower rank than the Javanese King, becoming the key to subjugating the people with the concept of "mangku".
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Winarti
Abstrak :
Latar belakang. Gedung-gedung perkantoran bertingkat umumnya dilengkapi dengan sistim sirkulasi udara/pendingin secara buatan (air conditioning/AC) untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang nyaman. Penurunan kualitas udara di dalam gedung, akan menimbulkan gejala-gejala Sindrom Gedung Sakit (SGS). Nyeri kepala SGS (NK SGS) adalah salah satu dari gejala-gejala SGS. Oleh karena itu perlu dikaji mengapa masih terdapat faktor-faktor risiko terhadap timbulnya NK SGS. Metode. Desain penelitian adalah studi kasus kontrol yang dilakukan di perkantoran PT "D" di Jakarta. Kasus adalah subjek dengan NK SGS, dan kontrol adalah subjek tanpa keluhan NK SGS. Kasus dan kontrol diidentifikasi melalui survei terhadap saluruh pekerja PT "D" pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2002. Hasil. Subjek penelitian berjumlah 240 orang, dan yang menderita NK SGS sebanyak 36 orang (prevalensi NK SGS sebesar 15%). Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya NK SGS adalah kecepatan gerakan udara, gender, dan kebiasaan kadang-kadang sarapan. Bila dibandingkan dengan kecepatan gerakan udara yang normal, maka kecepatan gerakan udara yang cepat memperkecil risiko timbulnya NK SGS sebesar 0,43 kali (OR suaian = 0,43; 95% CI: 0,19-0,95). Bila dibandingkan dengan pekerja laki-laki, pekerja perempuan mempunyai risiko NK SGS hampir 3 kali lipat lebih besar (OR suaian = 2,96; 95% CI: 1,29-6,75). Pekerja dengan kebiasaan kadang-kadang sarapan, mempunyai risiko terkena NK SGS lebih kecil dibandingkan dengan yang biasa sarapan (OR suaian = 0,27; 95%C1: 0,10-0,96). Faktor suhu, kelembaban dan kebiasaan merokok, tidak terbukti berkaitan dengan NK SGS. Kesimpulan. Kecepatan gerakan udara yang lambat dan gender perempuan memperbesar risiko NK SGS. Oleh karena itu perlu menambah kecepatan gerakan udara untuk mengurangi risiko timbulnya NK SGS, mengganti/memperbaiki sistim ventilasi/AC-sentral, memasang inhaust/exhaust fan, dan atau kipas angin langit-langit, terutama terhadap tempat kerja perempuan.
Influence of Air Movement, Gender, and Breakfast Habit toward the Risk of Sick Building Syndrome Headache among PT "D" Employees in JakartaBackground. High-rise office buildings are usually equipped with ventilation system/air conditioning to create a comfortable working environment, yet there is still incidence of Sick Building Syndrome (SBS) headache. The decrease of air quality inside the building will cause the symptoms of SBS. One of the SBS symptoms is SBS headache. Therefore, it is needed to identify risk factors of the SBS headache. Method. The research design was a case control study at PT "D" office building in Jakarta. The case was subject who had symptom of SBS headache, and control was subject without SBS headache symptom. Case and control were identified through a survey toward all of PT "D" employees during May to August 2002. Results. Subjects of this survey were 240 employees, and 36 of them have suffered from SBS headache (prevalence of SBS headache is 15%). The risk factors that affected the occurrence of SBS headache were air movement, gender, and breakfast habit. More fast air movement compared to the normal one decreased the risk of SBS headache for about 0.43 times (adjusted OR = 0.43; 95% CI: 0.19-0.95). Female employees compared to the males, have higher risk of getting SBS headache for almost 3 times (adjusted OR = 2.96; 95% CI: 1.29-6.75). Those employees who had breakfast irregularly, had a lower risk to SBS headache compared to those who had breakfast regularly (adjusted OR=0.31; 95%Cl: 0.09-0.84). The other factors such as temperature, humidity and smoking habit, are not proven to have correlation to SBS headache. Conclusion. Slower air movement and female gender have proven increased the risk of SBS headache. Therefore it is recommended to increase the air movement to reduce the risk of SBS headache incidence, fixing the ventilation system centralized air-conditioning such as installing inhaust/exhaust fan and or ceiling in particular for women workplace.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T9757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library