Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Ruchiyat
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan uji pendahuluan efek antibakteri, standarisasi dan penentuan Konsentrasi lambat Minimum (KHN) dan infus beberapa simplisia terhadap kuman Eschenichia coli dan Sta phylococcus aureus. Efek antibakteri dan standanisasi ditentukan dengan metode difusi cakram, dan penetapan KHN dengan metode penipisan lempeng agar. Efek antibakteni terhadap kuman Staphylococcus aureus di tunjukkan oleh infus infus dari akar udara, daun dan kulit batang Rhizophora styllosa, buah, daun dan kulit batang Sonneratia griffithii. Pada pengujian terhadap kuman Eschenichia coli seluruh infus tidak menunjukkan adanya efek antibakteri. Dari penentuan KRM terhadap kuman Staphylococcus aureusdiperoleh hasil sebagai benikut : akan udara Rhizophora styllosa, buah dan daun Sonneratia griffithii membenikan nilai KHN - 13.330 ug/ml. Bagian kulit batang Sonneratia griffithii membenikan nilai KHN sebesar 6.665 ug/ml. Sedangkafi bagian daun dan kulit batang Rhizophora styllosa membenikan nilai Kill sébesar- 3.332,50 ug/ml. Dengan demikian, pada pengujian terhadap kuman Staphylococcus aureus efek antibakteri terbesar terdapat padadaun dan kulit batang lRhizóphora styllosa, sedangkan yang terkecil terdapat pada akar udara Rhizophora styllosa, buah dan daun Sonneratia griffithii. Dari hasil standanisasi terhadap kuman Staphylococcus aureus terhadap Tetracyclin HC1 terlihat bahwa daya antibakteri infus infus tersebut sangat jauh dari mencukupi untuk digunakan dalam pengobatan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Widya Santy
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh resistensi metisilin Staphylococcus aureus terhadap probabilitas ketahanan hidup 1 bulan pasien infeksi Staphylococcus aureus dan penilaian variabel lain yang mempengaruhi hubungan tersebut di ruang rawat inap di rumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Desain : Kohort retrospektif dengan análisis survival menggunakan data sekunder dari catatan rekam medis pasien infeksi S.aureus tahun 2010-2015. Hasil : Dari total sampel 89 , 42 (47,19%) karena MSSA dan 47 (52,81%) karena MRSA. Probabilitas ketahanan hidup secara keseluruhan pasien infeksi S.aureus adalah 86%. Pada análisis bivariat diketahui bahwa resistensi metisilin S.aureus berhubungan dengan ketahanan hidup 1 bulan pasien infeksi S.aureus dengan hazard ratio 4,86 (95% CI : 1,06 ? 22,18). Tetapi setelah dilakukan análisis multivariat maka hubungan resistensi metisilin S.aureus dan ketahanan hidup dengan mengontrol variabel jenis kelamin dan hemodiálisis didapatkan hazard ratio 2,92 (95 % CI ; 0,59 - 14,44). Kesimpulan : Setelah memperhitungkan variabel jenis kelamin dan hemodialisis, penderita S.aureus yang resisten terhadap metisilin memiliki risiko kematian 2,92 kali (95 % CI ; 0,59 - 14,44) dibandingkan penderita S.aureus yang sensitif terhadap metisilin. Akan tetapi secara statistik hubungan ini tidak bermakna.
ABSTRACT
Objective : To identify the impact of methicillin resistance on 1?month survival rate in patients with Staphylococcus aureus infection and to evaluate of other variables, which affect the relationship between methicillin resistance and patient survival at Cipto Mangunkusumo (RSCM) hospital Jakarta. Design : Retrospective cohort with survival analysis between January 2010 and January 2015. The inclusion criteria were all patients with dm gangren, cellulitis,endocarditis, sepsis, osteomyelitis,burn wound infection and pneumonia. Data was collected from the medical records. Results : A total of 89 patients with S.aureus infection were included. Of these, 42 (47,19 %) had MSSA and 47 ( 52,81 %) had MRSA. Overall patients survival rate was 86%. By bivariate analysis, methicillin resistance associated with 1-month survival in patients with S.aureus infection (HR 4,86 ; 95% CI : 1,06 ? 22,18) . After adjusted or sex and hemodyalisis, MRSA infection was not found as an independent risk factor for 1-month survival (HR 2,92 ; 95 % CI ; 0,59 - 14,44). Conclusions : Patients with MRSA infections have a higher hazard rate than MSSA infections after adjusted for sex and hemodialysis (HR 2,92 ; 95 % CI ; 0,59 - 14,44), although MRSA infections was not found significantly associated with patients survival.
Universitas Indonesia, 2015
T44088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marshal
Abstrak :
Penelitian ini membahas viabilitas bakteri Staphylococcus aureus terhadap pajanan gelombang audiosonik sebesar 7kHz selama 10 dan 30 detik. Proses penelitian ini dimulai dengan pembuatan kultur bakteri Staphylococcus aureus pada media agar nutrisi kemudian dipindahkan dalam media Brain Heart Infusion (BHI) untuk diberikan pajanan gelombang audiosonik. Setelah selesai diberi pajanan bakteri di inkubasi dan dipindahkan ke media Plate Count Agar (PCA) untuk dinilai viabilitasnya dengan metode Total plate Count. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan viabilitas Staphylococcus aureus sebesar 97,8% pada pajanan 10 detik bila dibandingkan dengan kontrol dan 288% pada pajanan 30 detik. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan gelombang audiosonik memberikan pengaruh positif terhadap viabilitas Staphylococcus aureus. ......This study discuss about the effect of sonification using 7 kHz audiosonic wave within two different duration 10 and 30 seconds to viability of Staphylococcus aureus. This bacteria first cultured in nutrition agar and then transferred to another media, Brain Heart Infusion (BHI) before exposed to the audiosonic waves. After exposure to the wave the bacteria transferred again to Plate Count Agar (PCA) media, for the counting purpose using the Total Plate Count. This study shows that Staphylococcus aureus viability is increased by 97,8% in the 10 seconds exposure and 288% in 30 seconds exposure. This results show that exposure to audisonic waves will give positive effect to Staphylococcus aureus viability.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muharnis Supriyani Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Muharnis Supriyani PutriProgram Studi : Kesehatan MasyarakatJudul : Uji Kontaminasi Staphylococcus aureus pada Makanan di TempatPengelolaan Makanan Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhandi Jakarta Tahun 2018Penelitian ini bertujuan untuk gambaran kontaminasi Staphylococcus aureus padamakanan dan memeperoleh gambaran informasi mendalam tentang perbedaan praktikhigiene dan sanitasi cara pengolahan makanan yang dilakukan oleh penjamah makananyang sampel makanannya negatif mengandung bakteri Staphylococcus aureus danpositif mengandung bakteri Staphylococcus aureus di tempat pengelolaan makananWilayah Kerja Sebuah Kantor Kesehatan Pelabuhan di Jakarta Utara. Penelitian inidilakukan pada bulan April-Mei tahun 2018. Penelitian ini mengunakan rancanganmetode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif pada penelitian ini menggunakandesain studi cross sectional, dengan mengambil 72 sampel makanan yang diperiksa kelaboratorium, melakukan observasi dan wawancara langsung terhadap penjamahmakanan di tempat pengelolaan makanan. Metode kualitiatif menggunakan metodepengambilan data wawancara mendalam. Hasil pemeriksaan pemeriksaan menunjkkanbahwa terdapat 1 1,40 dari 72 sampel makanan yang terkontaminasi oleh bakteriStaphylococcus aureus. Sebanyak 40 orang 55,60 , 16 orang 22,20 , 24 orang 33,30 meimiliki pengetahuan, sikap, perilaku yang baik tentang personal hygienepenjamah. Perbedaan praktik higiene dan sanitasi cara pengolahan makanan yangmencolok antara penjamah makanan yang sampel makanannya negatif mengandungbakteri Staphylococcus aureus dan positif mengandung bakteri Staphylococcus aureusadalah pada tahap penanganan makanan sisa, dimana penjamah maknan yang sampelmakanannya positif mengandung bakteri Staphylococcus aureus tidak memiliki fasilitaslemari pendingin, sehingga penjamah tersebut hana menyimpan makanan sisa di suhuruangan pada saat sebelum dan sesudah dilakukannya pemanasan ulang makanan.Kata kunci: bakteri; higiene; kontaminasi makanan; sanitasi; Staphylococcus aureus
ABSTRACT
Name Muharnis Supriyani PutriStudy Programme Kesehatan MasyarakatTitle Staphylococcus aureus contamination test in food at kitchenpremises of working area of the port health medical service inJakarta, 2018This study was aimed to evaluate food contamination with Staphylococcus aureusbacteria and to get more information about the differences of hygiene and sanitation offood handling practices between food handlers that had positive food samplecontamination and food handlers that had negative food sample contamination withStaphylococcus aureus bacteria at kitchen premises of working area of the port healthmedical service x. This research was conducted in April May 2018.This research usedquantitative and qualitative design method. Quantitative method used cross sectionaldesign study, 72 food samples were tested for Staphylococcus aureus bacteria indicatorsin the laboratory, and the researcher also conducted interview and observation on foodhandlers. Qualitative method used in depth interview for collecting data. Loboratory testresults showed that 1 1,40 from 72 food samples contaminated with Staphylococcusaureus bacteria. There were 40 55,60 , 16 22,20 , 24 33,30 food handlers hadgood scores for knowledge, attitudes, and practices about the personal hygiene. Themost obvious difference of hygiene and sanitation of food handling practices betweenfood handlers that had positive food sample contamination and food handlers that hadnegative food sample contamination with Staphylococcus aureus bacteria was at thestage of leftover food handling, where food handler that had positive food samplecontamination with Staphylococcus aureus bacteria did not have a refigerator to storethe leftover food, so the food handler just kept the leftover food at room temperature, atthe time before anf after food reheating.Kata kunci bacteria food contamination hygiene sanitation Staphylococcus aureus
2018
T51041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiyono W.S.
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian aktivitas antibakteri dan lendir bekicot (achatina fulica fer.) terhadap kuman StaphyLococcus aureus ATCC 2592.3 dan Pseudorrzon.as aertlei.n.osa ATCC 27853 dengan menggunakan metode difusi cara silinder. Dalam penelitian ini digunakan lendir bekicot yang segar, dengan ukuran cangkang antara 5-6 cm dan dengan berat badan antara 19-27 gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lendir bekicot (achatina fulica fer.) menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap kuman Pseudorronas czerugnosa ATCC 27853 tetapi tidak terhadap kuman Staphylococcus aureus ATCC 25923.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Anastamia Mariska
Abstrak :
Peningkatan insidensi infeksi S. aureus melatarbelakangi peningkatan penggunaan antibiotik yang melawan S. aureus, sehingga kejadian resistensi antibiotik semakin meningkat. Ekstrak tanaman M. oleifera Lamk. telah diteliti di berbagai negara dan didapatkan hasil berupa efek antibakteri terhadap S. aureus. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek antibakteri ekstrak daun M. oleifera Lamk. terhadap bakteri S. aureus. Penelitian dikerjakan di laboratorium Departemen Mikrobiologi FKUI dengan rancangan eksperimental dan menggunakan metode makrodilusi tabung. Konsentrasi ekstrak yang diuji efek antibakterinya adalah 3.200 mg/mL, 1.600 mg/mL, 800 mg/mL, 400 mg/mL, dan 200 mg/mL. Selain kelompok uji, juga terdapat 6 kelompok kontrol, yaitu brain heart infusion (BHI); BHI dan bakteri; BHI, dimethyl sulfoxide (DMSO), dan bakteri; BHI dan esktrak; eritromisin; dan eritromisin dan bakteri. Hasil pertumbuhan bakteri setiap tabung dinilai sebagai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan pertumbuhan pada agar nutrisi dinilai sebagai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Setiap konsentrasi juga dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada plate count agar (PCA) menggunakan colony counter. Percobaan dilakukan dengan enam kali pengulangan. Ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki KHM 800 mg/mL dan KBM pada konsentrasi1.600 mg/mL terhadap S. aureus. Jumlah koloni bakteri pada KHM dari pengamatan PCA adalah 55,83±10,685 (rerata±SD) dan pada KBM adalah steril (0 CFU/mL). Hasil uji ANOVA dan Post Hoc Bonferroni adalah terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) baik antarkelompok uji maupun antara kelompok uji dan kontrol, sementara tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antarkelompok kontrol positif. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus.
The increasing incidence of S. aureus infection is the background for the increasing use of antibiotics against S. aureus, so the occurrence of antibiotic resistance is increasing. M. oleifera Lamk. plant extract has been studied in several countries and the results revealed that there was an antibacterial effect againsts S. aureus. The aim of this research is to discover antibacterial effect of M. oleifera Lamk. leaves extract against S. aureus bacteria. Research conducted at Microbiology Department Laboratory of FKUI with an experimental study design and using tube macrodilution method. The extract concentrations tested for its antibacterial effect were 3.200 mg/mL, 1.600 mg/mL, 800 mg/mL, 400 mg/mL, and 200 mg/mL. There were also six control groups, i.e. brain heart infusion (BHI); BHI and bacteria; BHI, dimethyl sulfoxide (DMSO), and bacteria; BHI and extract; erythromycin; and erythromycin and bacteria. Result of bacterial growth of each tube was determined as Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and on nutrient agar was determined as Minimum Bactericidal Concentration (MBC). Each concentration also planted on plate count agar (PCA), so the number of colonies were counted using colony counter. The experiment was repeated six times. The result revealed that MIC and MBC of M. oleifera leaves extract against S. aureus are 800 mg/mL and 1.600 mg/mL. The number of bacterial colonies of MIC through PCA observation was 55,83±10,685 (mean±SD) and on MBC was sterile. According to One-way ANOVA and Post Hoc Bonferroni test, there were statistical difference (p<0,05) between test and control groups, and between test groups, while there were no statistical difference between control groups itself. This research conclude that M. oleifera Lamk. leaves extract has an antibacterial effect against S. aureus.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Septian
Abstrak :
Penelitian dilakukan untuk menguji aktivitas ektrak kulit buah Manggis sebagai anti Staphylococcus aureus pada agar Mueller Hinton. Metode: Penelitian menggunakan desain eksperimental laboratorik dengan 11 kelompok perlakuan. Ekstrak kulit buah Manggis dengan pengenceran 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40 kali dibuat triplo dan digunakan sebagai sampel uji. Eritromisin pengenceran 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40 kali dibuat triplo dan digunakan sebagai kontrol positif. Akuabides dibuat triplo dan digunakan sebagai kontrol negatif. Hasil akhir diolah menggunakan SPSS versi 16.0. Hasil: Rerata diameter zona hambat pada agar Mueller Hinton untuk ekstrak kulit buah Manggis pengenceran 10 kali sebesar 32 mm, pengenceran 15 kali sebesar 31 mm, pengenceran 20 kali sebesar 27 mm, pengenceran 30 kali sebesar 21 mm, dan pengenceran 40 kali sebesar 0 mm. Diskusi: Staphylococcus aureus bersifat sensitif terhadap pemberian ekstrak kulit buah Manggis pengenceran 10 kali, 15 kali dan 20 kali; bersifat intermediet pada pengenceran 30 kali; dan bersifat resisten pada pengenceran 40 kali. ...... This study was conducted to examine the activity of the extraction of mangosteen peel as anti Staphylococcus aureus on Mueller Hinton agar. Method: This study is experimental laboratoric. Eleven treatment groups have been used in this study. The dilution of mangosteen peel extraction at 10 fold, 15 fold, 20 fold, 30 fold, and 40 fold have been made triplo as test sample. The dilution of Erythromycin at 10 fold, 15 fold, 20 fold, 30 fold, and 40 fold have been made triplo as positive control. Aquades bidestilation has been made triplo as negative control. The outcome will be processed by SPSS version 16.0. Results: Mean diameter of inhibition zone by Mangosteen peel extraction at 10 fold dilution, 15 fold dilution, 20 fold dilution, 30 fold dilution, 40 fold dilution respectively is 32 mm, 31 mm, 27 mm, 21 mm, and 0 mm. Discussion: Staphylococcus aureus is sensitive at 10 fold dilution, 15 fold dilution, and 20 fold dilution; is intermediet at 30 fold dilution; and resistant at 40 fold dilution of Mangosteen peel extraction.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovan Stefanus
Abstrak :

Madu dan propolis merupakan produk dari lebah yang memiliki banyak manfaat. Banyak penelitian telah membuktikan kedua produk ini memiliki kandungan anti-bakteri dan anti-inflamasi sehingga memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan aktif dalam pembalut luka. Setiap tahunnya sekitar 180.000 orang meninggal akibat luka. Kematian akibat luka biasanya disebabkan oleh infeksi dari bakteri dan tidak mendapatkan perlakuan yang tepat sehingga infeksi menjadi parah dan mengakibatkan kegagalan sistemik lainnya. Bakteri yang paling banyak ada di luka adalah Staphylococcus aureus. Bakteri ini menginisiasi infeksi pada luka terbuka. Saat ini Polyvinyl Alcohol (PVA) banyak digunakan sebagai polimer karena sifatnya yang transparan, mudah dibentuk, bio-inert, dan biokompatibel. PVA banyak digunakan dalam bentuk hidrogel sebagai pembalut luka. Hidrogel berbasis PVA memiliki performa yang baik sebagai pembalut luka, namun tidak memiliki sifat antibakteri, sehingga banyak penelitian melakukan penggabungan antara hidrogel dengan bahan aktif seperti gentamicin dan nanopartikel Ag. Penelitian ini menggabungkan PVA hidrogel dengan propolis pada beberapa komposisi (2,5%; 3,75%; 5%, 6,25%; 7,5%). Zona inhibisi terbaik adalah pada konsentrasi tertinggi, sementara untuk hasil uji sifat fisik, nilai kekuatan lipat adalah >300 untuk seluruh sampel, uji pembengkakan ada di rentang 7-12% untuk sampel dari Belitung, dan 4-6% pada sampel dari Sulawesi yang sudah memenuhi standar. Uji moisture content ada pada rentang 77-82%. ......Honey and propolis are products of bees that have many benefits. Many studies have proven that these two products have anti-bacterial and anti-inflammatory properties, so they have the potential to be used as active ingredients in wound dressings. Every year about 180,000 people die from injuries. Death from wounds is usually caused by infection from bacteria and not getting proper treatment so that the infection becomes severe and results in other systemic failures. The most common bacteria in the wound is Staphylococcus aureus. These bacteria initiate infection in open wounds. Currently, Polyvinyl Alcohol (PVA) is widely used as a polymer because it is transparent, malleable, bio-inert, and biocompatible. PVA is widely used in hydrogel form as a wound dressing. PVA-based hydrogels have good performance as wound dressings, but do not have antibacterial properties, so many studies have carried out combining hydrogels with active ingredients such as gentamicin and Ag nanoparticles. This research combining PVA hydrogel with propolis in several compositions (2,5%; 3,75%; 5%; 6,25%; 7,5%). The best inhibition zone is at the highest concentration, while for the physical property test results, the folding strength value is >300 for all samples, the swelling test is in the range of 7-12% for samples from Belitung, and 4-6% for samples from Sulawesi which have been meet standards. Moisture content test is in the range of 77-82%.

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Alya Putri
Abstrak :
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat anaerob fakultatif, membentuk pigmen kuning, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok. Bakteri ini seringkali ditemukan pada saluran pernapasan atas dan kulit. Infeksi S. aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya seperti bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan arthritits. S. aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif yang banyak ditemukan di lingkungan medis yang berpotensi menimbulkan infeksi tak berbahaya maupun gejala lebih serius terhadap pasien rawat inap di rumah sakit. Sebagai upaya pencegahan terjadinya infeksi ringan maupun serius akibat bakteri S. aureus, maka dilakukan metode sterilisasi bakteri. Dalam studi kali ini dilakukan perbandingan efikasi menggunakan metode sterilisasi UV-C dan ozon terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro. Bakteri dipaparkan ozon dan sinar UV-C dengan durasi 15, 30 dan 45 menit. Dilakukan pula uji lanjutan sterilisasi stetoskop. Selanjutnya dilakukan analisa Total Plate Count (TPC) untuk mengetahui tingkat kematian bakteri dan dilakukan uji statistik berupa ANOVA, Mann-Whitney, dan Kruskal-Wallis sehingga dapat ditentukan metode sterilisasi yang paling efektif terhadap S. aureus. Penelitian menunjukkan bahwa sterilisasi menggunakan sinar UV-C dan ozon paling efektif pada durasi paparan 30 menit. ......Staphylococcus aureus is a facultatively anaerobic bacteria, producing yellow pigments, generally grown in pairs or groups. These bacteria are often found in the upper respiratory tract and skin. S. aureus infection is associated with several pathological conditions, including ulcers, acne, pneumonia, meningitis, and arthritis. S. aureus is one of the Gram-positive bacteria found in many medical environments that have the potential to cause harmless infections or more serious symptoms to hospitalization patients. As an effort to prevent the occurrence of mild and serious infections due to S. aureus bacteria, the method of sterilization of bacteria is carried out. In this study, efficacy comparisons were conducted using UV-C and ozone sterilization methods against Staphylococcus aureus bacteria. Bacteria are exposed to ozone and UV-C light with durations of 15, 30 and 45 minutes. Further tests of stethoscope sterilization are also carried out. Furthermore, Total Plate Count (TPC) analysis is performed to determine bacterial mortality rates and statistical tests in the form of ANOVA, Mann-Whitney, and Kruskal-Wallis can be determined so that the most effective sterilization methods against S. aureus can be determined. Research shows that sterilization using UV-C light and ozone is most effective at an exposure duration of 30 minutes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizil Hamid
Abstrak :
Film bionanokomposit kitosan/Na-MMT/glutaraldehid (GLA) telah berhasil disintesis dengan metode solvent casting. Selain itu, uji aktivitas antimikroba dengan bakteri S. aureus dan Salmonella juga telah dilakukan. Terdapat tiga tahapan dalam melakukan sintesis. Tahapan pertama adalah Sintesis serbuk Bionanokompoit dengan metode presipitasi lalu tahapan selanjutnya serbuk bionanokomposit digunakan untuk pembuatan Film berbasis kitosan sehingga terbentuk Film Bionanokomposit Na-MMT/Kitosan/GLA. Selain itu juga dilakukan variasi penambahan material pada permbuatan serbuk bionanokomposit yaitu penambahan kitosan (0,5; 1; 2; 3 ;4 gram), variasi penambahan Na-MMT (0,5; 1; 2; 3 ;4 gram) terhadap 10 mL GLA dan variasi Na-MMT berbanding kitosan terhadap GLA masing-masing yaitu; (0,5:2,5); (1:2); (1,5:1,5); (2:1); (2,5:0,5) gram. Karakterisasi yang dilakukan berupa FTIR, XRD, TEM, uji kelarutan dalam air dan uji aktivitas antibakteri. Karakterisasi FTIR memberikan indikasi interaksi GLA dengan kitosan ditunjukkan adanya puncak pada bilangan gelombang 1613 cm-1 dan interaksi Kitosan dengan Na-MMT oleh munculnya regangan (C=N) pada bilang gelombang 1613 cm-1. Selain itu, karakterisasi XRD pada serbuk bionanokomposit menunjukkan pergeseran nilai basal spacing pada Na-MMT. Hal ini mengindikasikan bahwa GLA telah berhasil melakukan interkalasi terhadap Na-MMT dan menjadikan sifat hidrofilik dari Na-MMT menjadi organofilik. Sebagai pendukung data pada karakterisasi XRD, karakterisasi TEM memperlihatkan layer Na-MMT yang telah terinterkalasi. Uji kelarutan dalam air yang telah dilakukan memperlihatkan penyusutan bionanokomposit terkecil sebesar 9,19 % dari berat semula yaitu kitosan film dengan persen kelarutan dalam air yaitu sebesar 23,44%. Selain itu, uji aktivitas antibakteri memberikan nilai zona hambat paling besar yaitu 15,5 mm pada bakteri Salmonellla sp dan 8,5 mm pada bakteri S aureus setelah inkubasi 48 jam. ......In this study, the solvent casting method was used to successfully produce a chitosan/Na-MMT/glutaraldehyde (GLA) bionanocomposite film. Antimicrobial activity studies also performed. The microorganisms Staphylococcus aureus and Salmonella were also tested. In the synthesis, there are three steps. The initial stage is to make bionanocomposite powder using the precipitation method, followed by bionanocomposite preparation. Then the next step is the bionanocomposite powder used to manufacture chitosan-based films to form a Na-MMT/chitosan/GLA bionanocomposite film. In addition, variations in the addition of materials to the manufacture of bionanocomposite powders were carried out, namely the addition of chitosan (0.5; 1; 2; 3 ;4 grams), variations in the addition of Na-MMT (0.5; 1; 2; 3 ;4 grams) to 10 mL of GLA and variation of Na-MMT versus chitosan to GLA, respectively; (0,5:2,5); (1:2); (1,5:1,5); (2:1); (2.5:0.5) grams. Characterization carried out in the form of FTIR, XRD, TEM, water solubility test and antibacterial activity test. The FTIR characterization gave an indication of the interaction of GLA with chitosan indicated by the peak at wave number 1613 cm-1 and the interaction of Chitosan with Na-MMT by the appearance of streching (C=N) at wave number 1613 cm-1. In addition, the XRD characterization of the bionanocomposite powder showed a shift in the basal spacing value of Na-MMT. This indicates that GLA has successfully intercalated Na-MMT and made the hydrophilic nature of Na-MMT organophilic. To support the data on XRD characterization, TEM characterization shows the intercalated Na-MMT layer. The water solubility test that has been carried out shows the smallest shrinkage of the bionanocomposite of 9.19% from its initial weight, namely chitosan film with a percent solubility in water of 23.44%. In addition, the antibacterial activity test gave the greatest inhibition zone value, namely 15.5 mm for Salmonella sp and 8.5 mm for S aureus after 48 hours of incubation.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>