Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Wijonarko
Abstrak :
Fokus dari penelitian ini adalah membuat metode iterasi dan melakukan evaluasi sisa umur pakai tubing boiler dengan metode tersebut. Metode iterasi ditentukan dengan perhitungan cumulative rupture time sebagai fungsi dari pertumbuhan oxide scale, penipisan tubing, perubahan metal temperature dan hoop strees. Hasil spesifik dan akurat diperoleh dengan menggunakan data operasi pada secondary siperheater boiler dan rupture test pada material SA213-T22. Analisis mikrostruktur diperoleh dengan mengevaluasi pertumbuhan cavities. Sehingga analisis mikrostruktur tersebut dapat digunakan dalam verifikasi metode iterasi, metode stress rupture dan metode berbasis ketebalan tubing. Pada verifikasi dihitung standar deviasi dari metode iterasi dan metode lainnya dengan analisis mikrostruktur. Metode iterasi memiliki standar deviasi terkecil yaitu 0,13 - 0,26 dari cumulative rupture time. Hasil perhitungan dari tubing yang lurus memiliki koefisien of determination yang terbaik yaitu R2=0,9985. Sehingga metode iterasi menjadi metode yang akurat untuk diaplikasikan pada posisi tubing yang lurus dalam perencanaan pemeliharaan boiler. ......The focus of this work is to create iteration method and to evaluate the remaining life of boiler tube by its method. Iteration method was determined through calculating of cumulative rupture time as a function of oxide scale growth, tubing thickness, tube metal temperature and hoop stress. The specific and accurate result was obtained by using the operational data on secondary super heater boiler and rupture test on SA213-T22 material. Microstructure analysis was obtained by evaluating actual cavities growth. So it can be used to verify the iteration method, stress rupture method and thickness based method. The verifications was calculating the deviation standard of iteration method and others by microstructure analysis. Iteration method has a less deviation standard 0,13 - 0,26 of cumulative rupture time. Calculation result of straight tube have the best coeficient of determination R2 = 0,9985. Then this method became an accurate method to be applied on straight tube in boiler maintenance strategy.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31873
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maryuni
Abstrak :
Maternal mortality rate in Indonesia based on 2012 Indonesia Demographic and Health Survey is 359 per 100,000 live births. Causes of the maternal mortality are still dominated by bleeding, pre-eclampsia/eclampsia and infections. One of causes of infections is premature rupture of membrane. Premature rupture of membrane may increase morbidity and mortality among mothers and children. Incidence of premature rupture of membrane amount to 10% of all childbirths. This study aimed to analyze risk factors of premature rupture of membrane incidence at Mother and Child Hospital of ANNISA Citeureup, Bogor District in 2014. This study was analytical and used a case control design. The samples consisted of 114 mothers who suffered from premature rupture of membrane and control, 228 mothers who did not suffer from premature rupture of membrane. Results of this study showed that risk factors of premature rupture of membrane were age, parity and education. Based on multivariate analysis, education was the most dominant risk factor for premature rupture of membrane incidence.

Angka kematian ibu di Indonesia berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu tersebut masih didominasi oleh pendarahan, pre-eklampsia/eklampsia, dan infeksi. Salah satu penyebab infeksi adalah ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak. Insiden kejadian ketuban pecah dini sekitar 10% dari seluruh persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) ANNISA Citeureup, Kabupaten Bogor tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan penelitian kasus kontrol. Sampel terdiri dari 114 orang kasus ibu yang mengalami ketuban pecah dini dan kontrol sebanyak 228 ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko terhadap kejadian ketuban pecah dini yaitu usia, paritas dan pendidikan. Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan faktor yang paling dominan berisiko terhadap kejadian ketuban pecah dini yaitu pendidikan.
Midwifery Studies Institute of Health Science Binawan, Jakarta, Indonesia, 2017
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
William Timotius Wahono
Abstrak :
Latar Belakang: Ketuban Pecah Dini KPD merupakan kejadian yang berhubungan dengan risiko tinggi morbiditas dan mortalitas baik pada maternal maupun perinatal. KPD terjadi pada 5-10 dari seluruh kehamilan dan insiden infeksi selaput ketuban bervariasi dari 6-10 . Berdasarkan data SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, serta hasil studi epidemiologi oleh WHO dan UNICEF pada tahun 2010 didapatkan bahwa terdapat 7,6 juta kasus kematian anak < 5 tahun, di mana 64 4,879 juta terjadi karena infeksi, dan 40,3 3,072 juta terjadi di neonatus. Belum diketahui hubungan antara lama ketuban pecah, usia kehamilan, dan jumlah periksa dalam pada kasus KPD terhadap kejadian sepsis neonatorum di Indonesia. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama ketuban pecah, usia kehamilan, dan jumlah periksa dalam pada ibu hamil yang mengalami KPD dengan kejadian sepsis neonatorum, sehingga dapat menjadi dasar untuk evaluasi Standar Pelayanan Medik SPM KPD di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif analitik, dilaksanakan di RSCM Jakarta pada bulan Desember 2016 ndash; Juni 2017. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan usia kehamilan >20 minggu yang mengalami KPD dan tidak mempunyai penyulit seperti diabetes melitus ataupun penyakit sistemik serius seperti penyakit jantung atau autoimun, beserta dengan bayinya. Hasil: Terdapat 405 ibu hamil dengan KPD yang diikutsertakan dalam penelitian ini. Didapatkan 21 kasus 5.2 sepsis neonatorum. Hasil analisis menunjukkan bahwa lama ketuban pecah sampai dengan masuk RS ge; 18 jam dengan OR 3,08, lama ketuban pecah selama perawatan di RS ge; 15 jam dengan OR 7,32, dan lama ketuban pecah sampai dengan lahir ge; 48 jam dengan OR 5,77 mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum. Usia kehamilan preterm < 37 minggu mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum dengan OR 18,59. Sedangkan jumlah periksa dalam pada penelitian ini tidak dapat dianalisis. Kesimpulan: Lama ketuban pecah yang makin panjang serta usia kehamilan preterm mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum. ...... Background: Premature Rupture of Membrane PROM is associated with high maternal as well as perinatal morbidity and mortality risks. It occurs in 5 to 10 of all pregnancy while incidence of amniotic membrane infection varies from 6 to 10. Based on the 2007 National Demography and Health Survey SDKI, Maternal Mortality Rate MMR in Indonesia is 228 per 100.000 live births. Results of epidemiological studies by the WHO and UNICEF in 2010 found that there were 7.6 million cases of under five mortality, in which 64 4.879 million occurred due to infection and the rest 40.3 3.072 million occurred in neonates. However, there is no known association between prolonged rupture of membrane, gestational age, and number of vaginal examination in PROM cases on neonatal sepsis incidence in Indonesia. Objectives: This study aims to find out the association between prolonged rupture of membrane, gestational age, and number of vaginal examination in pregnant women with PROM on neonatal sepsis incidence. The result may provide the basis for evaluating Standards of Medical Care SPM in PROM cases at Cipto Mangunkusumo Hospital RSCM. Methods: A hospital based analytical descriptive study was done in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta from December 2016 until June 2017. The study used total sampling method which included all pregnant women with gestational age of more than 20 weeks who experienced PROM and their babies. Samples with existing comorbidities such as diabetes mellitus or other serious systemic illnesses such as heart disease or autoimmune condition were excluded in the analysis. Results: A total of 405 pregnant women with PROM were incuded in this study. There were 21 cases 5.2 of neonatal sepsis. The analysis showed that risk of neonatal sepsis was higher in pregnant women with prolonged rupture of membrane for 18 hours before hospital admisission OR 3.08, prolonged rupture of membrane for 15 hours during hospitalization OR 7.32 , and prolonged rupture of membrane for 48 hours until birth OR 5.77. The risk of neonatal sepsis was even higher in preterm pregnancy with gestational age of <37 weeks (OR 18.59). However, the number of vaginal examination could not be analyzed. Conclusion: Risk of neonatal sepsis is higher in longer duration of prolonged rupture of membrane as well as preterm pregnancy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aristo
Abstrak :
Tinjauan karakteristik zona seismogenik terkait dengan proses rupture gempabumi di zona Subduksi Sumatera telah dilakukan dengan berbagai metode. Zona ini tercatat pernah mengalami beberapa gempa besar yaitu gempabumi Aceh 2004 Mw=9,1, Nias-Simeulue 2005 Mw=8,6, Bengkulu 2007 Mw=8,5, dan Enggano 2000 Mw=7,9. Penelitian ini memfokuskan hubungan antara analisis kontras densitas berdasarkan data gravitasi satelit GOCE dengan distribusi slip di zona rupture empat gempabumi besar yang pernah terjadi. Pemrosesan data gravitasi satelit dilakukan untuk mendapatkan data Gravity disturbance (Gd) dan turunan vertikal gravitasi (Tzz) yang dikoreksi oleh efek topografi dan sedimen dengan dekomposisi spektrum yang berbeda-beda untuk mendapatkan peta gravitasi dengan kedalaman yang berbeda-beda. Berdasarkan analisis Tzz, slip maksimal rupture gempabumi berkorelasi dengan pola Tzz minimal dan kontras densitas rendah, sementara itu rupture berakhir pada pola Tzz maksimal dan kontras densitas tinggi. Pola Tzz dan Gravity disturbance dapat menggambarkan posisi barrier dan asperitas dari zona subduksi Sumatra. Peta skematik berhasil menggambarkan segmentasi seismik Subduksi Sumatra yang memiliki zona asperitas sepanjang strike subduksi yang berhubungan dengan Tzz minimal dan berhubungan dengan zona forearc, serta adanya barrier yang berhubungan dengan Tzz maksimal yang merupakan manifestasi dari struktur (fracture zone dan seamount) yang tersubduksi ke lempeng samudra.
The review of the characteristics of the seismogenic zone associated with the earthquake rupture process in the Sumatra Subduction Zone has been carried out by various methods. This zone has experienced several major earthquakes, namely the Aceh 2004 Mw=9,1, Nias-Simeulue 2005 Mw=8,6, Bengkulu 2007 Mw=8,5, and Enggano 2000 Mw=7,9. This study focuses on the relationship between density contrast analysis based on gravity data from the GOCE satellite and the slip distribution in the rupture zones of four major earthquakes that have occurred. Satellite gravity data processing was carried out to obtain data for Gravity disturbance (Gd) and vertical gravity derivatives (Tzz), which are corrected by topography and sediment effects with different spectrum decomposition to get gravity maps with different depths. Based on the Tzz analysis, the maximal slip of the earthquake rupture is correlated with the minimal Tzz pattern and low-density contrast. In contrast, the rupture ends at the maximum Tzz pattern and high-density contrast. Tzz pattern and Gravity disturbance can describe the barrier position and asperity of Sumatra subduction zone. The schematic map succeeds in portraying the seismic segmentation of Sumatra Subduction which have asperities zone along the subduction strike associated with the minimal Tzz and associated with the forearc zone, as well as the barrier related to the maximum Tzz which is a manifestation of structures (fracture zone and seamount) that are subducted to the oceanic plate.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Mucharry Dalitan
Abstrak :
Penanganan cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) berupa operasi rekonstruksi dengan mengambil graft tendon pada tubuh pasien sendiri sebagai pengganti ACL. Peroneus Longus Tendon graft merupakan alternatif graft untuk meminimalisir komplikasi yang berkaitan dengan penggunaan graft dari area sekitar lutut. Peroneus Longus tendon graft dikatakan memiliki komplikasi pada donor site antara lain instabilitas ankle serta menurunnya kekuatan fleksi 1st ray dan eversi ankle. Penelitian ini mencari perbedaan terkait dengan komplikasi donor site dengan membandingkan tehnik pengambilan graft dengan dan tanpa penjahitan pada distal stump Peroneus Longus tendon terhadap peroneus brevis tendon. Penelitian ini adalah studi yang mencari hubungan antar variabel dengan desain randomized controlled trial untuk mengetahui luaran fungsional secara subyektif dan obyektif. Rata-rata usia subyek adalah 26.08 ± 2.4 tahun. Dari 13 subjek, 11 laki-laki dan 2 perempuan. Pada kelompok penjahitan didapatkan rerata delta kekuatan otot pre operasi terhadap 6 bulan pasca operasi 0.88±0.22 kg, sedangkan pada kelompok tanpa penjahitan adalah 0.67 (0.33-6) kg. Pada kelompok dengan penjahitan didapatkan rerata Clarke’s angle pasca operasi 6 bulan 39.67± 1.28 derajat dan pada kelompok tanpa penjahitan distal stump adalah 39.5± 1.50 derajat. Pada pengukuran subyektif The American Orthopedic Foot and Ankle Score (AOFAS), dan visual analogue scale foot and ankle (VAS-FA), kelompok dengan penjahitan lebih superior daripada tanpa penjahitan dalam hal kenyamanan pasien. Pengambilan graft peroneus longus baik dengan dan tanpa penjahitan distal stump tidak menurunkan kekuatan otot plantarfleksi dan tidak menyebabkan perubahan bentuk arch kaki. Penjahitan distal stump saat pengambilan graft peroneus longus mengurangi kemungkinan komplikasi nyeri baik pada 3 bulan dan 6 bulan pasca operasi. ......Anterior Cruciate Ligament (ACL) rupture treatment is a reconstructive surgery by taking a tendon graft on the patient's own body as a substitute for ACL. Peroneus Longus Tendon graft is an alternative graft to minimize complications related to the use of graft from the area around the knee. Peroneus Longus tendon graft is said to have complications at donor sites including ankle instability and decreased flexion strength of 1st ray and ankle eversion. This study looked for differences related to donor site complications by comparing graft harvest techniques with and without suturing of the Peroneus Longus tendon distal stump to the peroneus brevis tendon. This study is a study that looks for relationships between variables with randomized controlled trial designs to find out functional outcomes subjectively and objectively. The mean age of the subjects was 26.08 ± 2.4 years. Of the 13 subjects, 11 were male and 2 were female. In the suturing group, the mean preoperative delta muscle strength of 6 months postoperatively was 0.88 ± 0.22 kg, whereas in the group without suturing it was 0.67 (0.33-6) kg. In the group with suturing, the mean Clarke’s angle postoperatively was obtained 6 months 39.67 ± 1.28 degrees and in the group without distal stump suturing was 39.5 ± 1.50 degrees. In the subjective measurements of The American Orthopedic Foot and Ankle Score (AOFAS), and visual analogue scale foot and ankle (VAS-FA), group with suturing are superior to those without suturing in terms of patient comfort. Peroneus longus graft harvesting both with and without distal stump suturing does not decrease plantarflexion muscle strength and does not cause changes in foot arch. Distal stump suturing reduces the
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Tulisan ini membahas dan melaporkan ruptura uteri saat kehamilan dan persalinan pada kasus pasca miomektomi perlaparoskopi. Laporan kasus kejadian ruptur uterus pada pasien yang sebelumnya mengalami laparoskopi operatif miomektomi miom intramural Æ 3.5 cm, yang 6 bulan kemudian mengalami kehamilan. Tidak ada gejala ke arah ruptura uteri saat kehamilan namun pada saat usia gestasi 34 minggu, pasien mengalami gejala ruptura uteri. Pada saat laparotomi; ditemukan fetus 2100 gram mati, dan robekan jaringan 5 cm pada sikatriks bekas miomektomi. Pada pasien yang mengalami miomektomi per laparoskopi khususnya miom intramural mempunyai risiko ruptura uteri pada saat persalinan. (Med J Indones 2004; 14: 113-6)
Following laparoscopic myomectomy, uterine rupture during pregnancy or delivery in the area of the scar is a very rare but dangerous complication. Individual cases of uterine rupture during pregnancy are described in the literature. Case report of uterine rupture during delivery in a patient who had previously undergone laparoscopic myomectomy. In the case presented here, the patient conceived 6 months after an 3.5 cm intramural myoma, had been laparoscopically removed. No symptoms suggesting uterine rupture were observed during the pregnancy, but in the first stage of delivery the condition of the patient deteriorated and symptoms of oligaemic shock developed. A laparotomy was performed, which showed the presence of 2100 gr fresh dead fetus in the abdominal cavity and ruptured uterine muscle in the scarred area about 5 cm. In patients who have previously undergone a laparoscopic myomectomy, there is some risk of uterine rupture at delivery. This is also the case where unappropriate suturing of the uterine muscle had been required. (Med J Indones 2004; 14: 113-6)
Medical Journal of Indonesia, 14 (2) April Juni 2005: 113-116, 2005
MJIN-14-2-AprJun2005-113
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo Bayu Adi Prasetya
Abstrak :
Sambungan pengelasan baru setelah perbaikan pada pipa boiler Finishing Superheater pada komponen pembangkit listrik dilakukan studi untuk memprediksi sisa umur pakai. Studi difokuskan pada proses pengelasan dengan perlakuan panas (preheat dan PWHT) dan tanpa perlakuan panas. Studi ini dilakukan untuk menentukan periode pemeliharaan pipa boiler jika dilakukan pengelasan tanpa perlakuan panas berdasarkan data pengujian sisa umur pakai. Pengujian untuk memprediksi sisa umur pakai pipa boiler dilakukan dengan pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik, pengukuran kekerasan mikro, dan pengujian stress rupture untuk mendapatkan kurva perbandingan Parameter Larson Miller (LMP) terhadap tegangan. Hasil pengamatan struktur mikro pada lasan tanpa preheat menunjukan fasa martensit dengan bilah-bilah yang kasar, perbesaran butir pada HAZ dengan beberapa presipitat. Pada pengelasan dengan perlakuan panas butiran struktur mikro pada bagian lasan dan HAZ dapat diperhalus dan menyeragamkan nilai kekerasan rata-rata. Berdasarkan pengujian stress rupture, sisa umur pakai pada lasan tanpa preheat diharapkan mampu beroprasi hingga 11,5 tahun pada temperatur maksimum metal 591°C. Setelah dilakukan PWHT ketahanan mulur pada sambungan las meningkat dibuktikan dengan prediksi umur pakai pada sambungan lasnya. ......Remaining life time prediction of welded joint finishing superheater boiler tube have evaluated on each type of welding procedure (as welded and after PWHT). The aim of this study to determine maintenance period of as welded joint compared with weld joint after PWHT based on remaining life assessment data. Examination of remaining life time conducted by microstructure evaluation using optical-microscope, microhardness indentation, stress rupture test to obtain correlation between Larson Miller Parameter (LMP) vs hoop stress. As welded joint microstructural observation showed heterogenous microstructure that consist of coarse martensite lath exist on the weld metal, grain coarsening on the HAZ and some coarse precipitate. Grain refining and decrease of hardness have found on sample after PWHT. Based on stress rupture examination, remaining lifetime on as weld joint expected to reach 11.5 years of operating hour at 591°C maximum metal temperature. Welded joint after PWHT increase its remaining life time.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52381
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Dewi Kusumawati
Abstrak :
Persalinan preterm merupakan persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat bayi yang dilahirkan kurang dari 2500 gram. Persalinan preterm masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas neonatal di dunia. Risiko terjadinya bersifat multifaktorial salah satunya ketuban pecah dini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketuban pecah dini dengan persalinan preterm di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Januari-Juni 2017. Penelitian ini menggunakan desain pendekatan crossectional dengan jumlah sampel sebanyak 652 sampel yang diambil dari seluruh rekam medik ibu bersalin di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Januari-Juni 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Hasil analisis multivariat menunjukan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara ketuban pecah dini dengan persalinan preterm setelah mengontrol variabel ketiga, yang terbukti secara statistic dengan pvalue 0,000 dan OR 3,255. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu yang mengalami ketuban pecah dini berisiko 3 kali lebih besar untuk persalinan preterm dibandingkan ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan ibu hamil selalu waspada dan menjaga kesehatan agar tidak terjadinya ketuban pecah dini sehingga mampu mempertahanka kehamilannya sampai usia cukup bulan.
Preterm labor is delivered before 37 completed weeks with the weight of a baby born less than 2500 grams. Preterm labor is still the main cause of neonatal morbidity and mortality in the world. The risk of occurrence is multifactorial, one of which is premature rupture of the membranes. This study aims to see the relationship between premature rupture of membranes and preterm labor at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo Jakarta period January-June 2017. This study used a crossectional design with a total sample of 652 samples taken from all medical records of maternity at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo for the period January-June 2017 that fulfills the inclusion and exclusion criteria. The results of multivariate analysis showed that there was a significant relationship between premature rupture of membranes and preterm labor after controlling for the third variable, which was proven statistically with a value of 0,000 and OR 3,255. So it can be concluded that mothers who experience premature rupture of membranes have a risk three times greater for preterm labor than mothers who do not experience premature rupture of membranes. Based on these results, it is expected that pregnant women will always be vigilant and maintain health so as not to cause premature rupture of the membranes so that they are able to maintain their pregnancy until they are quite a month old.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aulia
Abstrak :
Bahan karton minuman aseptik ini sulit didaur ulang. Namun proses recyling untuk jenis bahan ini masih dapat dilakukan dengan menerapkan hydra proses pembuatan pulp (lapisan pemisahan), tetapi akan memakan biaya yang cukup mahal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan alternatif untuk mendaur ulang bahan-bahan dengan membuat papan dari cacahan karton aseptik yang akan dilaminasi menggunakan perekat polypropylene, dan untuk mengetahui perilaku lentur nya. Dalam membuat papan panel, pertama 32 mm x 4 mm karton aseptik diparut dicampur dengan 0%, 2,5%, 5% dan 7,5% fenol formaldehida dan, kemudian dikompresi dengan tekanan 25 kg/cm2 dan dipanaskan pada 170oC. Hal ini ditemukan bahwa panel dengan fenol formaldehida 0% memberikan kuat lentur terbaik. Panel-panel tersebut kemudian direkatkan dengan polypropylene (bijih plastik) dianggap sebagai perekat termal, untuk membuat papan dua lapisan dengan masing-masing ketebalan 10 mm dan tiga papan lapisan masing-masing dengan ketebalan 8,3 mm. Papan berlapis tersebut kemudian dibandingkan dengan yang dilem dengan epoxy sebagai perekat dingin dalam hal sifat mekanik yaitu modulus elastisitas (MOE) dan modulus pecah (MOR). Pengujian prosedur sifat fisik dan mekanik dilakukan dengan menggunakan standar JIS A 5908: 2003 dan ASTM C 580-02. Hasil dari penelitian nilai MOE dan MOR papan laminasi aseptik menggunakan bijih plastik lebih tinggi dari papan laminasi yang memiliki perekat dingin atau epoxy.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1867
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nyityasmono Tri Nugroho
Abstrak :
Latar Belakang: Penyakit AAA sebagian besar berlokasi pada infrarenal. Mortalitas meningkat dengan ruptur. Faktor risiko utama ruptur adalah diameter aneurisma dan hipertensi. Analisis computational fluid dynamic (CFD) pada aliran darah memungkinkan untuk mengetahui predileksi area tempat terjadinya ruptur. Wall shear stress (WSS) dan tekanan dinding merupakan parameter yang bisa dianalisis melalui CFD untuk melihat potensi ruptur pada AAA. Tujuan: Mengetahui morfologi aneurisma AAA infrarenal beserta sebaran nilai WSS dan tekanan dinding aneurisma berdasarkan CFD untuk memprediksi ruptur aneurisma. Metode: Studi cross-sectional dengan analisis CT angiogram pasien AAA infrarenal di Divisi Vaskular dan Endovaskular-Departemen Bedah dan Departemen Radiologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan Juli–Desember 2022. Data CT angiografi diolah dengan Radiant Viewer untuk dijadikan model 3D. Dari keseluruhan sampel, dikelompokkan menjadi 5 tipe aneurisma. Kemudian masing-masing model dilakukan proses pembuatan solid vessel dengan Meshmixer. Proses selanjutnya adalah geometri, meshing, setup parameter CFD, dan solution untuk menghasilkan kontur WSS dan tekanan dinding pada berbagai kecepatan dan tekanan darah dengan program ANSYS 2022 R2 Academic Student. Hasil visual pada tiap tipe dianalisis dan dibandingkan. Uji statistik non-parametrik WSS dan tekanan dinding pada tiap tipe dan antar grup menggunakan SPSS 25.0 dengan nilai p dianggap bermakna jika p<0,05. Hasil: Dari 93 CT angiogram, setelah eksklusi didapatkan 40 sampel. Median usia 67 (47-76 th), dengan 90% adalah laki-laki. Sebanyak 25% sampel memiliki komponen sakular. Hasil analisis visual, terdapat korelasi area antara WSS terendah dengan tekanan dinding tertinggi. Perubahan kecepatan dan tekanan darah inisial juga mengubah nilai dan luas area pada kontur WSS dan tekanan dinding aorta, meskipun pusat perubahan kontur masih berada pada area yang relatif sama. Terdapat perbedaan bermakna pada WSS dan tekanan dinding (p=0,038 dan p<0,001). Kesimpulan: Area WSS terendah berkaitan dengan lokasi tekanan dinding tertinggi. Berubahnya kecepatan dan tekanan darah, mempengaruhi luas dan nilai dari WSS dan tekanan dinding. ......Background: AAA disease is mostly located in infrarenal. Mortality increases with rupture. The main risk factors for rupture are diameter sac and hypertension. Computational fluid dynamic (CFD) analysis of blood flow allows for a detection where rupture area will occur. Wall shear stress (WSS) and wall pressure are parameters that can be analyzed through CFD to see the potential location for rupture in AAA. Objective: Knowing the morphology of infrarenal AAA along with the distribution of WSS values ​​and aneurysmal wall pressure based on CFD to predict aneurysm rupture. Method: Cross-sectional study with CT angiogram analysis of infrarenal AAA patients in the Vascular and Endovascular Division-Department of Surgery and the Department of Radiology RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in July–December 2022. CT angiography data was processed with Radiant Viewer to be used as a 3D model. From the whole sample, grouped into 5 types of aneurysms. Then for each model the process of making a solid vessel is carried out with the Meshmixer. The next process is geometry, meshing, CFD parameter setup, and solutions to produce WSS and wall pressure contours at various speeds and blood pressures with the ANSYS 2022 R2 Academic Student program. Visual results for each type were analyzed and compared. WSS and wall pressure non-parametric statistical test were performed for each type and between groups using SPSS 25.0 with a p-value considered significant if p <0.05. Results: Of the 93 CT angiograms, after exclusion, 40 samples were obtained. Median age 67 (47-76 years), with 90% were men. As much as 25% of the sample had a saccular component. The results of the visual analysis showed that there was an area correlation between the lowest WSS and the highest wall pressure. Changes in velocity and initial blood pressure also changed the value and area of ​​the WSS and the aortic wall pressure contours, although the center of the contour change was still in the relatively same area. There was a significant difference in WSS and wall pressure (p=0.038 and p<0.001). Conclusion: The area of ​​lowest WSS corresponds to the location of the highest wall pressure. Changes in blood velocity and pressure affect the area and value of WSS and wall pressure.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>