Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Idral Purnakarya
Abstrak :
Demensia Alzheimer menempati urutan kesembilan penyebab kematian di Amerika Serikat. Demensia adalah kondisi yang sering dialami yang berhubungan dengan berbagai faktor dan gaya hidup terutama diet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan defisiensi asupan ri- boflavin (vitamin B12) dengan demensia pada usia lanjut (usila). Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan dilaksanakan pada bulan September 2007 sampai dengan Januari 2008. Sampel penelitian adalah 141 lansia berumur lebih dari sama dengan 60 tahun yang diambil secara purposive sampling. Demensia diukur menggunakan kuesioner MMSE (≤ 24, skor maksimum 30) dan asupan riboflavin diukur menggunakan form Semi Quantitative ? FFQ. Penelitian ini memperli- hatkan bahwa 47,5% usila mengalami demensia. Hasil uji statistik me- nunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur, tingkat pendidikan, dan asupan riboflavin dengan kejadian demensia pada usila (nilai p < 0,05).

Dementia Alzheimer?s was ranked the ninth leading cause of death in The United States. Dementia can not be avoided as related to several factors and lifestyle especially the diet. The objective of this research is to know re- lation the deficiency of riboflavine (vitamin B12) intake and incidence of de- mentia at elderly. A cross-sectional study was conducted between September 2007 and January 2008. The sample obtained was 141 elderly which it was conducted to purposive sampling. Dementia was measured by using questionnaire MMSE (≤ 24, maximum score was 30), and riboflavine intake was measure by Semi Quantitative ? FFQ form. This study shows that dementia in elderly was 47,5%. Statistical test showed that Statistical test showed that incidence of dementia had significantly associated with ages, level of education, and riboflavine intake (p value < 0,05).
Universitas Andalas, Fakultas Kedokteran, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifuddin Idrus
Abstrak :
Riboflavin synthase merupakan enzim yang mengkatalisis pembentukan riboflavin dengan mengkonversi dua molekul 6,7-dimethyl-8-ribityllumazine secara dismutasi. Interaksi riboflavin synthase Eremothecium gossypii dipelajari dengan pendekatan secara komputasional, untuk melihat keterlibatan residu asam amino sisi aktif enzim yang berperan dalam proses produksi riboflavin. Struktur riboflavin synthase Saccharomyces pombe dengan kode PDB 1KZL digunakan sebagai template untuk memodelkan riboflafin synthase Eremothecium gossypii. Stabilitas termal enzim diperoleh dengan melakukan simulasi dinamika molekul pada 300K, 315K, 325K, 350K dan 400K. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pembentukan riboflavin terjadi pada sisi aktif N-terminal dan residu asam amino yang berinteraksi meliputi Thr56, Gly68, Ala70, Val109, dan His108. Residu His108 pada N-terminal domain merupakan subunit enzim yang berperan sebagai tahap awal reaksi katalisis biosintesis riboflavin. Hasil simulasi dinamika molekul memperlihatkan kestabilan enzim pada 300K sampai 315K yang ditunjukkan dengan nilai RMSD (root mean square deviation) yang tidak jauh berbeda. Pada 325K dan 350 nilai RMSD makin tinggi menunjukkan ketidakstabilan enzim. Hasil RMSF (root mean square fluctuation) menunjukkan bahwa pada 315K terjadi fleksibilitas tertinggi, dengan memperlihatkan bahwa residu Ala13, Asp19, Ser21, Arg98, Gly162, dan Ala175 merupakan residu yang labil. Prediksi mutasi menyarankan beberapa substitusi residu meliputi Ala13Leu, Asp19Met, Ser21Leu, Arg98Ala, dan Ala175Glu yang mengarah pada peningkatan stabilitas enzim. ......Riboflavin synthase is an enzyme that catalyzes the formation of riboflavin by converting two molecules of 6, 7-dimethyl-8-ribityllumazine through dismutation reaction. To study the interaction of riboflavin synthase Eremothecium gossypii, we performed a computational approach, to find out the involvement of amino acid residues in the active site of enzymes that play a role in the production of riboflavin. In this research, the structure of riboflavin synthase Saccharomyces pombe with PDB code 1KZL was used as a template. To determine the thermal stability of the enzyme, we performed molecular dynamics simulation approach at 300K, 315K, 325K, 350K and 400K, respectively. The results showed that the formation of riboflavin occurred in the active site of N-terminal and the amino acid residues that interact include Thr56, Gly68, Ala70, Val109, and His108. His108 is residue a subunit of an enzyme that acts as an early stage of riboflavin formation on the active site of N-terminal. The results of molecular dynamics simulations showed that stability of the enzyme at 300K to 315K which were indicated by RMSD values ​​were not much different. At 325K and 350K, the RMSD values were higher, it showed instability of the enzyme. The results of RMSF were showed that at 315K occurred highest flexibility, by showing that residues of Ala13, Asp19, Ser21, Arg98, Gly162, and Ala175 were labile residues. Prediction of mutation were suggest some replacement of residues included Ala13Leu, Asp19Met, Ser21Leu, Arg98Ala, and Ala175Glu that lead to increase the stability of the enzyme.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
D1380
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Chisilia Zahara
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian Microbial Fuel Cell skala laboratorium dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kapasitas dan efisiensi produksi energi listrik dalam sistem Microbial Fuel Cell dengan menggunakan mikroorganisme. Medium yang digunakan merupakan golongan bakteri berupa isolat dari bakteri Saccharomces cereviciae. Sejumlah media dievaluasi kapasitasnya dalam memberikan fase pertumbuhan yang terbaik untuk Saccharomces cereviciae menggunakan metode Optical Density dengan Spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Proton Exchange Membrane yang digunakan adalah jenis Nafion 117, Lynctech, USA. Elektroda yang digunakan sebagai mediator elektron pada kedua kompartmen baik anoda maupun katoda, merupakan elektroda grafit di dalam bejana bervolume 5 x 10-2 m. Sedangkan pada kompartmen katoda merupakan elektrolit berupa campuran senyawa K3Fe(CN)6 dan K2HPO4. Mikroba yang telah dikultur akan diaplikasikan ke dalam reaktor Microbial Fuel Cell untuk dibaca kemampuannya dalam menghasilkan energi listrik dengan mengaplikasikannya pada sistem elektrik yaitu sebuah digital multimeter (microampermeter) dengan penghubung kabel sepanjang 3,0 x 10-1 m. Elektron dialirkan melalui sebuah grafit seluas 1.46 x 10-3 m2 untuk diukur besar kuat arus dan tegangannya. Sejumlah faktor perlu dikontrol sehingsga mikroba dapat menghasilkan energi listrik secara efisien, diantaranya dengan melakukan pengukuran terhadap derajat keasaman dan nilai DO dalam kompartemen anoda. Dari hasil penelitian MFC, diperoleh efisiensi listrik sebesar 53,90% untuk perbandingan antara meggunakan dan tanpa riboflavin sebagai mediator. Sedangkan penambahan minyak nabati ke dalam sistem MFC menghasilkan nilai optimum sebesar 189 µA. Selain itu, dalam penelitian ini diperoleh bahwa minyak nabati yang ditambahkan saat inokulasi Saccharomyces cerevisiae, terbukti dapat meningkatkan kadar riboflavin hingga 42,19 % selama 35 jam proses inkubasi.
ABSTRACT
A laboratory-scale of Microbial Fuel Cell carried out in order to determine the capacity and efficiency of electricity production in microbial fuel cell systems by using microorganisms. The medium used is an isolate culture of Saccharomces cereviciae. A number of media evaluated its capacity to provide the best growth phase for Saccharomces cereviciae using Optical Density method with spectrophotometer at a wavelength of 550 nm. Proton Exchange Membrane used was kind of Nafion 117, Lynctech, USA. Electrodes are used as electron mediator in both anode and cathode compartment either, a graphite electrode in the vessel volume of 5 x 10-2 m3. While in the cathode compartment is a mixture of electrolyte compounds K3Fe(CN)6 and a buffer solution. Microbes that have been cultured to be applied into the reactor Microbial Fuel Cell for reading ability in generating electrical energy by applying it to the electric system is a digital multimeter (microampermeter) with connecting cable along the 3.0 x 10-1 m. Electrons flow through a graphite covering 1,46 x 10-3 m2 to measure the large currents and voltage. A number of factors need to be controlled so that microbes can generate electrical energy efficiently, such as by measuring the degree of acidity and the DO in the anode compartment. From the results of MFC research, obtained by electrical efficiency of 53.90% for the comparison between receipts and without riboflavin as a mediator. While the addition of vegetable oil into the MFC system produces the optimum value of 189 μA. In addition, in this study shows that vegetable oils are added during inoculation of Saccharomyces cerevisiae, is proven to increase levels of riboflavin up to 42.19% after 35 hours incubation process.
Universitas Indonesia, 2011
S646
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Djulaeha Yahya
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Suatu penelitian eksperimental telah dilaksanakan pada 29 orang wanita hamil trimester II dengan anemia (kadar Hb 8 - 10,9 g%) pengunjung poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas di wilayah Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian pil besi (ferrosulfat 200 mg + asani folat 0,25 mg) & riboflavin (5 mg) terhadap kenaikan kadar Hb. Kelompok I (perlakuan) diberikan pil besi & riboflavin dan kelompok II (kontrol) hanya diberikan pil besi. Lama penelitian; 6 (enam) minggu, diberikan 1 X / hari. Hasil : Terdapat prevalensi anemia 30,77 % dengan kadar Hb 10,18 ± 0,92 untuk kelompok perlakuan dan 10,29 ± 0,49 untuk kelompok kontrol. Asupan kalori, protein, zat besi dan riboflavin di bawah AKG. Terdapat kenaikan status hematologi kedua kelompok setelah suplementasi, secara analisis statistik tidak berbeda bermakna (p > 0,05 ). Kelompok perlakuan rerata nilai perubahan VER & HER naik Iebih besar dibanding kelompok kontrol. Kelompok perlakuan rerata nilai perubahan VER 3,13 ± 2,42 dan HER 1,84 ± 2,56, kelompok kontrol rerata nilai perubahan VER 0,86 ± 3,11 dan HER 0,07 ± 1,44. Secara analisis statxstik berbeda bermakna (p < 0,05 ). Kesimpulan : Prevalensi anemia pada wanita hamil trimester II 30,70 %. Penyebabnya asupan zat gizi kurang dari AKG. Kenaikan Hb setelah suplementasi pil besi ditambah riboflavin setiap hari selama 6 minggu tidak berbeda bermakna. Kenaikan VER dan HER secara analisis statistik pada kekompok perlakuan berbeda bermakna dibanding dengan kelompok kontrol.
Material and methods: An experimental study was done on 29 pregnant women, 2nd trimester, with anemia (Hb 8 - 10,9 g %) attending the mother and child Health Care at the Public Health Centre of Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. The aim of the study was to study the effect of Iron and Riboflavin Tablets supplementation on the level of Hb. The treatment group was given Iron Tablets (Ferrous sulfate 200 mg and folic acid 0,25 mg) and Riboflavin 5 mg where as the control group was given Iron Tablets only. The duration of the study was 6 weeks. Results : The prevalence of anemia was 30,77 % with Hb levels of 10,18 ± 0,92 for the treatment group and 10,29 ± 0,49 for the control group. Calory intake, Protein, Iron and Riboflavin were below the RDA. Hematological state increases in both groups after supplementation but it was not statistically significant (p > 0,05). In the treatment group the changes of MCV & MCH was bigger compared to control that was changes MCV 3,13 ± 2,42 and MCH 1,84 ± 2,56 compared to changes MCV 0,86 ± 3,11 and MCH 0,07 t 1,44. These results were statistically significant (p < 0,05). Conclusion : The prevalence of anemia in pregnant woman, 2ND triunes ter was 30,70 %. The etiology of anemia was mainly nutrient intake that was below the RDA. Iron and Riboflavin Tablets Supplementation every day for 6 weeks did not increase the hemoglobin level significantly compared to iron tablets supplementation alone. However, changes in MCV & MCH in riboflavin group were significantly different.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Victor
Abstrak :
Defisiensi besi yang terdapat bersamaan dengan defisiensi mikronutrien lain seperti ribbflavin, lazim terjadi di negara berkembang. Remaja wanita termasuk salah satu golongan yang rentan terhadap defisiensi zat-zat gizi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa defisiensi riboflavin dapat mengganggu utilisasi dan absorpsi besi sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi atau memperberat keadaan anemia ini. Di Indonesia, kemungkinan terjadinya defisiensi riboflavin cukup besar karena konsumsi pangan hewani yang juga merupakan somber riboflavin yang baik, masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi defisiensi riboflavin, faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya defisiensi ini antara lain tingkat ekonomi dan pola makan serta hubungan antara defisiensi riboflavin dengan anemia defisiensi besi. Untuk itu telah dilakukan pemeriksaan darah pada 107 remaja wanita untuk mengetahui koefisien aktivasi enzim glutation reduktase (EGRAC) yang dipakai sebagai parameter status riboflavin. Sedangkan untuk mengetahui adanya anemia defisiensi besi, dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dan feritin serum. Untuk mengetahui hubungan antara defisiensi ribofalvin dengan faktor-faktor yang berkaitan tersebut dilakukan wawancara dan analisis diet. Dari 107 remaja wanita yang diteliti, ditemukan prevalensi defisiensi riboflavin dan anemia defisiensi besi masing-masing sebesar 25,2% dan 24,3%. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna (p > 0,01) antara masukan protein dan riboflavin dengan status riboflavin. Ditemukan hubungan bermakna (p < 0,01) antara tingkat ekonomi dengan status riboflavin, demikian pula antara kualitas bahan makanan sumber riboflavin dengan status riboflavin dan anemia defisiensi besi. Ditemukan hubungan yang bermakna (p < 0,01) antara status riboflavin dengan anemia defisiensi besi dan didapat korelasi linear negatif yang bermakna (p < 0,01) antara EGRAC dengan feritin serum dengan koefisien korelasi (r) -0,595.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isabela Suryanti
Abstrak :
Vitamin merupakan substansi organik yang terdapat pada susu kental manis. Thiamin hidroklorida dan riboflavin dalam susu kental manis terdapat dalam jumlah kecil. Perlu dilakukan percobaan untuk menetapkan kadar kedua vitamin secara selektif dalam matriks susu kental manis. Metode analisis kromatografi cair kinerja tinggi dengan detektor fluoresensi telah dikembangkan untuk penetapan kadar thiamin hidroklorida yang dianalisis sebagai thiokrom dan riboflavin dalam susu kental manis. Kondisi optimum dengan kolom Kromasil® C18 menggunakan fase gerak kalium dihidrogen fosfat pH 4-asetonitril 40:60 v/v pada laju alir 1,0 mL/menit. Panjang gelombang eksitasi dan emisi thiokrom adalah 370 nm dan 435 nm, sedangkan riboflavin 445 nm dan 520 nm. Pada kondisi optimum, thiokrom memiliki waktu retensi 2,706 menit dan riboflavin 2,683 menit. Kurva kalibrasi thiokrom dengan rentang 0,05-0,3 ppm memiliki koefisien korelasi 0,9995 dan riboflavin dengan rentang 0,2-1 ppm memiliki koefisien korelasi 0,9994. Batas deteksi dan kuantitasi thiokrom adalah 0,0074 ppm dan 0,0248 ppm, sedangkan untuk riboflavin adalah 0,0258 ppm dan 0,0860 ppm. Hasil uji presisi thiokrom dan riboflavin memiliki koefisien variasi kurang dari 2%. Hasil perolehan kembali thiokrom dan riboflavin memberikan simpangan baku kurang dari 2%. Kadar thiamin hidroklorida dan riboflavin pada sampel 1 secara berturut-turut adalah 4,67 ± 0,91 ppm (69,96 ± 0,91%) dan 3,00 ± 0,27 ppm (108,00 ± 0,27%), sedangkan pada sampel 2 adalah 0,62 ± 0,81 ppm (8,69 ± 0,81%) dan 3,76 ± 0,89 ppm (158,07 ± 0,89%).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32749
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Shaira Dewi
Abstrak :
Defisiensi riboflavin (vitamin B2) banyak terjadi pada negara berkembang, seperti Indonesia. Sebagai penghasil kelapa no.2 di dunia, peningkatan riboflavin dapat dilakukan pada produk dari kelapa, yaitu nata de coco. Pada starter nata de coco dilakukan variasi rasio penambahan minyak kelapa sawit, optical density (OD), dan pelarut inokulum yang digunakan. Pengukuran dilakukan dengan metode optical density menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 444 nm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan minyak kelapa sawit dapat meningkatkan produksi riboflavin bakteri Acetobacter xylinum pada starter nata de coco. Konsentrasi riboflavin tertinggi sebesar 5,77 mg/L diperoleh pada starter dengan penambahan 90 g/L minyak kelapa sawit dengan OD dua dan air kelapa sebagai pelarut inokulum. ......Deficiency of riboflavin (vitamin B2) occurs in many developing countries, like Indonesia. As the world's No.2 coconut producer, increased riboflavin can be performed on the product of the coconut, such as nata de coco. On the nata de coco starter, the ratio of the addition of palm oil, optical density (OD), and the inoculum solvents are vary. Measurements were taken with an optical density method using a spectrophotometer at 444 nm. The results of this study show that adding palm oil can increase the riboflavin production of Acetobacter xylinum in nata de coco starter. The highest riboflavin concentration of 5.77 mg/L was obtained at the starter with the addition of 90 g/L palm oil with OD two and coconut water as an inoculum solvent.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1154
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library