Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martha Santoso
Abstrak :
Nama Ionesco sudah tidak asing agi dalam dunia teater. Kita tidak dapat memisahkan namanya dari teater kontemporer. Karya-karyanya sudah banyak dipentaskan di berbagai belahan dunia, juga di Indonesia. Goenawan Mohamad, pengamat teater Indonesia mutahir, setelah melihat banyaknya karya-karya Ionesco yang pernah dipentaskan di negri ini, tidak mengingkari adanya pengaruh Ionesco dalam pertumbuhan teater Indonesia: Tak terlampau mengherankan apabila pengaruh tokoh teater absurd yang paling banyak bicara ini punya jejaknya dalam teater kita (Goenawan M; l98O:103). Di negrinya sendiri, pada awal pemunculannya, Ionesco banyak mendapat serangan dari para kritikus sastra, karena karya-karyanya yang dianggap mengesampingkan konvensi drama pada jamannya. Ionesco sendiri menyebut lakon-lakonnya dengan anti-theatre, yaitu sebagai semacam kritik untuk lakon-lakon konvensional yang tidak pernah disu_kainya. Dalam lakon La Cantatrice Chauve (1950) misalnya, banyak hal aneh yang dapat di jumpai. Terlihat bahwa antara peristiwa satu dan lainnya tidak berkai tan, dan seakan-akan tidak berujung pangkal. Keterangan waktu dikacau-balaukan (bunyi dentang jam tujuh belas kali). Tokoh-tokohnya juga nampak aneh.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S14336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Purnamasari
Abstrak :
ABSTRAK
Metarhizium majus UICC 295 adalah kapang entomopatogen. Penelitian bertujuan membuat dan menguji formula M. majus UICC 295 menggunakan media pembawa substrat jagung (Zea mays) terhadap larva Oryctes rhinoceros dengan metode kontak langsung, serta mengetahui pengaruh suhu dan waktu penyimpanan terhadap viabilitas konidia/hifa kapang pada formula. Pengujian suspensi konidia/hifa kapang sebanyak (2,42 ± 0,50) x 106 CFU/ml menyebabkan kematian larva 100% dalam 9--14 hari. Pembuatan formula dengan menginokulasikan biomassa kapang sebanyak 10% (berat/berat) ke dalam jagung. Pengujian formula dengan jumlah konidia/hifa (1,77 ± 0,73) x 106 CFU/g menyebabkan kematian larva 100% dalam 7--13 hari. Penyimpanan formula pada suhu 25--27° C dan 4° C selama 30 hari menyebabkan penurunan viabilitas konidia/hifa berturut-turut sebesar 93,95% dan 91,19%.
Abstract
Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus. This research investigated the use of corn as a carrier for formulation of Metarhizium majus UICC 295, application of the formula on Oryctes rhinoceros larvae, and the effect of temperature and time on the conidia/hyphal viability during storage. Application of conidia/hyphal suspension (2.42 ± 0.50) x 106 CFU/ml caused 100% larval mortality within 9--14 days. Formulation was carried out by inoculation of 10% (w/w) fungal biomass into corn. Application of the formula containing conidia/hyphae (1.77 ± 0.73) x 106 CFU/g caused 100% larval mortality within 7--13 days. The conidia/hyphal viability in the formula was decreased 93.95% and 91.19%, after storage for 30 days at 25--27° C and 4° C, respectively.
2011
S1626
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bama Herdiana Gusmara
Abstrak :
Metarhizium majus UICC 295 adalah kapang entomopatogen. Penelitian bertujuan membuat dan menguji formula M. majus UICC 295 dengan substrat beras (Oryza sativa) terhadap larva Oryctes rhinoceros, serta mengetahui viabilitas konidia/hifa di dalam formula selama penyimpanan 30 hari pada suhu ruang dan 4° C. Formula dibuat dengan menginokulasikan M. majus UICC 295 10% (berat/berat) pada beras. Aplikasi kontak langsung M. majus UICC 295 dengan jumlah konidia/hifa (0,69--1,63)x106 CFU/ml menyebabkan kematian larva 100% dalam 9--13 hari. Pengujian formula dengan jumlah konidia/hifa (0,82--1,7)x106 CFU/ml menyebabkan kematian larva 100% dalam 7--11 hari. Penyimpanan formula selama 30 hari pada suhu 27° C dan 4° C menyebabkan penurunan persentase viabilitas konidia berturut-turut sebesar 93,85% dan 90,95%. ......Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus. This research investigated the use of rice (Oryza sativa) for formulation of M. majus UICC 295, formula application on Oryctes rhinoceros larvae, the effect of temperature and time of storage on viability of conidia/hyphae in the formula. Formulation was carried out by inoculation of 10% (w/w) fungal biomass into rice. Application of direct contact of conidia/hyphal suspension (0.69--1.63)x106 cfu/ml caused 100 % larval mortality in 9--13 days. Application of the formula containing conidia/hyphal suspension (0.82--1.7)x106 cfu/ml caused 100% larval mortality in 7--11 days. The conidia/hyphae viability in the formula was decreased 93.85% and 90.95% after storage for 30 days at 27° C and 4° C, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1093
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Grand Septia Yama
Abstrak :
Metarhizium majus UICC 295 merupakan kapang entomopatogen yang mampu membunuh serangga. Penelitian bertujuan menguji pengaruh penambahan tepung cangkang kepiting 10% (b/v) pada medium Saboraud Dextrose with Yeast Extract Agar (SDYA) terhadap kemampuan M. majus UICC 295 dalam menginfeksi larva Oryctes rhinoceros serta mengetahui pengaruh freezing pada -80o C menggunakan gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) dengan penambahan laktosa 5% (b/v). Metarhizium majus UICC 295 pada SDYA dengan penambahan tepung cangkang kepiting 10% mampu membunuh larva 100% dalam waktu 13 hari. Preservasi pada -80o C menggunakan akuades, gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) dengan penambahan laktosa 5% (b/v) mampu mempertahankan viabilitas M. majus UICC 295 pada SDYA dan SDYA dengan penambahan tepung cangkang kepiting 10% (b/v). Metarhizium majus UICC 295 pada kadaver larva O. rhinoceros tetap viabel setelah dipreservasi pada suhu -80o C. ......Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus with the ability to kill insects. This research investigated the effect of 10% (w/v) crab shell powder in Saboraud Dextrose Agar with Yeast Extract (SDAY) on the pathogenicity of M. majus UICC 295 to infect Oryctes rhinoceros larvae and to determine the effect of freezing at -80o C using 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol added with 5% (w/v) lactose. Metarhizium majus UICC 295 on SDAY added with 10% (w/v) crab shell powder caused 100% larval mortality within 13 days. Preservation at -80o C using 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol added with 5% (w/v) lactose maintained the viability of M. majus UICC 295 on SDAY and SDAY added with 10% (w/v) crab shell powder. Metarhizium majus UICC 295 on O. rhinoceros cadaver was viable after being preserved at -80o C.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43448
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amalina Khodijah
Abstrak :
Metarhizium majus UICC 295 adalah kapang entomopatogen. Penelitian bertujuan menguji kemampuan M. majus UICC 295 pada medium Sabouraud Dextrose with Yeast Extract Agar (SDYA) dengan penambahan tepung kulit udang 10% (b/v) dalam menginfeksi larva Oryctes rhinoceros serta mengetahui pengaruh preservasi metode freezing pada suhu -80o C menggunakan protektan gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) dengan penambahan sukrosa 5% (b/v). Metarhizium majus UICC 295 pada SDYA mampu membunuh larva 3,33%--100% dalam 7--11 hari dan dengan penambahan tepung kulit udang 10% membunuh larva 6,67%--40% dalam waktu 12--30 hari. Metarhizium majus UICC 295 pada medium SDYA tetap memiliki viabilitas setelah dipreservasi pada suhu -80o C menggunakan gliserol 10% dan gliserol 10% dengan penambahan sukrosa 5%. Metarhizium majus UICC 295 pada SDYA dengan penambahan kulit udang 10% kehilangan viabilitasnya setelah dipreservasi pada suhu -80o C. Metarhizium majus UICC 295 pada kadaver larva O. rhinoceros tetap memiliki viabilitas setelah dipreservasi pada suhu -80o C. ......Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus. This research investigated the pathogenicity of M. majus UICC 295 from Sabouraud Dextrose Agar with Yeast Extract (SDAY) medium added with 10% (w/v) shrimp shell powder to infect Oryctes rhinorecos larvae, and to determine the effect of preservation with freezing method at -80o C with 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol with addition of 5% (w/v) sucrose as protectants. Application of M. majus UICC 295 from SDYA caused 3.33%--100% larval mortality within 7--11 days, whereas addition of 10% shrimp shell powder caused 6.67%--40% larval mortality within 12--30 days. Metarhizium majus UICC 295 from SDYA was viable after being preserved at -80o C with 10% glycerol and 10% glycerol with addition of 5% sucrose as cryoprotectant, M. majus UICC 295 from SDYA with addition of 10% shrimp shell powder lost its viability after being preserved at -80o C with both cryoprotectants. Metarhizium majus UICC 295 on O. rhinoceros cadaver was viable after being preserved at -80o C.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43447
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oktarina Sumandari
Abstrak :
Metarhizium majus UICC 295 adalah kapang entomopatogen. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penambahan tepung cangkang kerang hijau terhadap kemampuan M. majus UICC 295 menginfeksi larva O. rhinoceros dan viabilitas M. majus UICC 295 setelah dipreservasi dengan metode freezing pada suhu -80°C. Metarhizium majus UICC 295 pada medium Saboraud Dextrose with Yeast Extract Agar (SDYA) dengan penambahan tepung cangkang kerang hijau 10% (b/v) dapat membunuh larva O. rhinoceros 6,67%--100% dalam waktu 7--12 hari. Metarhizium majus UICC 295 pada medium SDYA dapat membunuh larva O. rhinoceros 3,33%--100% dalam waktu 7--11 hari. Metarhizium majus UICC 295 setelah dipreservasi selama 30 hari dalam gliserol 10% (v/v) dan dalam gliserol 10% (v/v) dengan glukosa 5% (v/v) tetap memiliki viabilitas. O. rhinoceros setelah dipreservasi selama 1 hari dalam gliserol 10% dan dalam gliserol 10% dengan glukosa 5% tetap memiliki viabilitas. ......Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus. This research investigated the effect of green mussel shell powder on the pathogenicity of M. majus UICC 295 to infect O. rhinoceros larvae and investigated the viability of M. majus UICC 295 after preservation with freezing at -80°C. Metarhizium majus UICC 295 in Saboraud Dextrose Agar with Yeast Extract (SDAY) medium with 10% (w/v) green mussel shell powder caused 6.67%--100% larval mortality in 7--12 days. Metarhizium majus UICC 295 in SDAY medium caused 3.33%--100% larval mortality in 7--11 days. Metarhizium majus UICC 295 after being preserved for 30 days in 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol with 5% (v/v) glucose are still viable. Metarhizium majus UICC 295 on cadaver of O. rhinoceros larvae after being preserved for 1 day in 10% glycerol and 10% glycerol with 5% glucose are still viable.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42982
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhian Chitra Ayu Fitria Sari
Abstrak :
Metarhizium majus UICC 295 adalah kapang entomopatogen. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh penambahan tepung jangkrik 10% (b/v) pada medium pertumbuhan M. majus UICC 295 terhadap kemampuan menginfeksi larva O. rhinoceros serta mengetahui pengaruh preservasi pada suhu -80o C menggunakan protektan gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) dengan trehalosa 5% (b/v) terhadap viabilitas M. majus UICC 295. Konidia/hifa dari Saboraud Dextrose with Yeast Extract Agar (SDYA) dengan penambahan tepung jangkrik 10% (b/v) mampu membunuh larva 6,6--100% dalam 8--11 hari. Konidia/hifa yang dipreservasi selama 30 hari pada suhu -80o C menggunakan gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) + trehalosa 5% (b/v) mengalami penurunan viabilitas. Konidia/hifa yang dipreservasi bersama kadaver larva selama 30 hari pada suhu -80o C menggunakan gliserol 10% (v/v) dan gliserol 10% (v/v) dengan trehalosa 5% (b/v) mampu dipertahankan viabilitasnya. ......Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus. This research aimed to investigate the effect of 10% (w/v) cricket powder in growth medium on the pathogenicity of M. majus UICC 295 to infect O. rhinoceros larvae and to investigate the effect of freezing in -80o C using 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol with 5% (w/v) trehalose on its viability. The conidia/hyphae from Saboraud Dextrose Agar with Yeast Extract (SDAY) with 10% (w/v) cricket powder was able to kill larvae 6.6%--100% in 8--11 days. Viability of conidia/hyphae after being preserved for 30 days in -80o C with 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol with 5% (w/v) trehalose was decreased. The conidia/hyphae on cadaver was still viable after being preserved at -80o C with 10% (v/v) glycerol and 10% (v/v) glycerol with 5% (w/v) trehalose.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43316
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cinthya Karlina Wijaya
Abstrak :
Metarhizium majus UICC 295 adalah kapang entomopatogen yang menginfeksi dan membunuh serangga. Penelitian bertujuan menguji pengaruh penambahan kitin koloidal 10% (b/v) pada medium pertumbuhan terhadap kemampuan M. majus UICC 295 menginfeksi larva Oryctes rhinoceros Linnaeus serta mengetahui pengaruh preservasi dengan freezing pada suhu -80o C menggunakan krioprotektan gliserol 10% (v/v) dan maltosa 5% (b/v) dalam mempertahankan viabilitas M. majus UICC 295. Suspensi konidia/hifa M. majus UICC 295 pada medium Sabouraud Dextrose with Yeast Extract Agar (SDYA) sebanyak 1 x 106 sel/ml mampu membunuh larva 3,33--100% dalam 7--11 hari, sedangkan jumlah konidia/hifa 1 x 107 sel/ml pada SDYA dengan penambahan kitin koloidal 10% mampu membunuh larva 6,67--100% dalam waktu 8--10 hari. Preservasi pada -80o C menggunakan akuades mampu mempertahankan viabilitas M. majus UICC 295, sedangkan preservasi menggunakan krioprotektan gliserol 10%, dan gliserol 10% dengan penambahan maltosa 5% menyebabkan penurunan viabilitas kapang pada medium SDYA dan SDYA dengan penambahan substrat kitin koloidal 10%. Preservasi konidia/hifa M. majus UICC 295 pada kadaver larva yang terinfeksi M. majus UICC 295 dari medium SDYA dengan penambahan kitin koloidal 10% pada -80o C menggunakan akuades, krioprotektan gliserol 10%, serta gliserol 10% dan maltosa 5% mampu mempertahankan viabilitas kapang. ......Metarhizium majus UICC 295 is an entomopathogenic fungus which is able to infect and kill insects. This research aimed to investigate the effects of 10% (w/v) colloidal chitin in growth medium on the pathogenicity of M. majus UICC 295 to infect Oryctes rhinoceros Linnaeus larvae and to investigate the effects of preservation by freezing in -80o C using 10% (v/v) glycerol and 5% (w/v) maltose as cryoprotectants in sustaining the viability of M. majus UICC 295. Application of conidial/hyphal suspension 1 x 106 cell/ml of M. majus UICC 295 from SDYA caused 3.33%--100% larval mortality within 7--11 days, while application of conidial/hyphal suspension 1 x 107 cell/ml of the mould from SDYA added with 10% colloidal chitin caused 6.67--100% larval mortality within 8--10 days. Freezing of conidia/hyphae of M. majus UICC 295 from SDYA and SDYA added with 10% colloidal chitin preserved in distilled water in -80o C maintained its viability, while freezing of conidia/hyphae of M. majus UICC 295 from SDYA and SDYA added with 10% colloidal chitin preserved in 10% glycerol and 10% glycerol added with 5% maltose as cryoprotectants decreased its viability. Freezing of larval cadaver infected with M. majus UICC 295 from SDYA and SDYA added with 10% colloidal chitin and preserved in -80o C maintained its viability.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43317
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Rosalina
Abstrak :
Kawasan konservasi suatu Taman Nasional merupakan zona konservasi yang harus dikelola berdasarkan sistem zoning menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1990 dan ketentuan Internasional yang telah dideklarasikan pada The IVth World Congress on National Park and Protected Area di Caracas, Venezuela 1992. Taman Nasional Ujung Kulon telah ditetapkan sebagai Warisan Alam Dunia oleh Badan Intemasional UNESCO (1992) dan terdaftar pada Buku Merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources 1 IUCN (1994) karena merupakan kawasan konservasi bagi habitat terakhir Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di dunia yang dikategorikan langka. Analisis Kesenjangan merupakan suatu pendekatan spasial yang digunakan untuk mengetahui secara dimensi keruangan tingkat keakuratan dari keberadaan suatu spesies dengan komunitas alamnya dalam suatu kawasan yang dikonservasi dengan menggunakan metode penggabungan antara teknik remote sensing, teknik sistem informasi geografis dan metode skala pengharkatan. Penelitian dengan judul " Analisis Kesenjangan Zonasi Pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon Berdasarkan Sebaran Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) " ini bertujuan untuk mengkaji kesenjangan yang terjadi terhadap zonasi pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional Ujung Kulon berdasarkan pendekatan biogeografi dan pertimbangan biogeofisik. Sasaran yang ingin dicapai melalui pendekatan analisis kesenjangan ini adalah mengetahui distribusi spasial zona sensitifitas, distribusi wilayah kesesuaian habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), dan mengetahui besaran kesenjangan yang terjadi antara wilayah kesesuaian habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan zona sangat sensitif terhadap zona pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional Ujung Kulon PHPA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diperoleh zona sensilifitas untuk kelas sangat sensitif seluas 8.608 ha, wilayah kesesuaian habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) seluas 3.734 ha. Kesenjangan terjadi sebesar 33,22% atas zona konservasi sangat sensitif dan wilayah kesesuaian Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) terhadap zona pengelolaan kawasan konservasi Taman Nasional Ujungkulon I PHPA. ...... National Parks as nature conservations are defined as areas having natural ecosystems which are managed through zoning systems. These systems are based on the 1990 Act 5 and international regulation and was declared by the IVth World Congress on National Parks and Protected Areas which was held in Caracas, Venezuela, 1992. Ujung Kulon National Park was declared a World Heritage Site by UNESCO (1992) and registered by The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources 1 IUCN Red List Categories (1994) as the last habitat for the "Endangered" Javan Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus). Gap Analysis is a spatial approach of identifying the accuracy of spatial dimension of community species in natural conservation areas. As a spatial approach, Gap Analysis presents a combined methodology provided by Remote Sensing, Geographic Information Systems and Leopold Interaction Matrix Methodology. The purpose for the study of " Gap Analysis in The Zoning Management System of Ujung Kulon National Park Indicated by Java Rhinoceros(Rhinoceros sondaicus) " was to seek the gap occurring between the zoning management system of Ujung Kulon National Park and a system based on the biogeographically approach and biophysical geography consideration. The aim of the Gap Analysis approach was to find the ecosystem spatial distribution of Taman Nasional Ujung Kulon by (1) providing the spatial distribution of the sensitive zoning conservation area in Taman Nasional Ujung Kulon, (2) providing the habitat suitability for the Java Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus) and (3) to seek the gap width between the sensitive extremely area plus the area of habitat suitability for the Java Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus) and the areas defined by the zoning management system of PHPA. The results of the study indicated the sensitive extremely zoning conservation area is 8.608 ha, the habitat suitability for the Java Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus) is 3.734 ha thus a 33,22 % gap occurred between the sensitive extremely area plus the areas of habitat suitability for Java Rhinoceros (Rhinoceros sondaicus) and the area to those defined by the zoning management system of PHPA
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T5212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library