Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pangesti Atmadibrata
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Triliana R. T.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
S8050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paek, Nak-chong, 1938-
Soul: Changjak kwa Pipyongsa, 1998
KOR 320.951 9 PAE h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Haryati
"
ABSTRAK
Sejak berakhirnya perang saudara Cina antara pihak Komunis Cina (Gongchandang) dengan pihak Nasionalis (Kuomintang) pada tahun 1945-1949, maka Taiwan yang dikuasai pihak Nasionalis memisahkan diri dari kekuasaan Cina daratan yang dikuasai pihak Komunis. Akibatnya muncul dua pemerintahan Cina yang menguasai wilayah yang berbeda, yaitu Republik Cina (Zhonghua Minguo) di Taiwan, dan Republik Rakyat Cina (Zhonghua Renmin Gongheguo) di Cina daratan.
Dari keadaan tersebut, antara kedua negara Cina itu selalu terjadi konflik dan pertikaian mengenai siapa yang merupakan pemerintah Cina yang sah dan siapa yang merupakan wakil Cina di dunia internasional,hal tersebut Menimbulkan persaingan untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan bagi masing-masing pihak dari negara-negara lain.
Setelah melewati beberapa dekade hubungan yang semula membeku, berlahan-lahan mulai mencair dengan dibukanya hubungan dan dialog dalam bidang ekonomi dan sosial. Hubungan tersebut semakin meningkat dan berkembang, dan ditandai dengan dibangunnya dua badan non pemerintahan yang mengurus hubungan secara tak resmi dari kedua negara, yaitu SEF (Straits Exchange Foundation) dari pihak Taiwan dan ARATS (Association for Relations Across the Taiwan Straits) dari pihak RRC.
Masalah yang terjadi antara RRC-Taiwan juga tidak terlepas dari peran dan pengaruh Amerika Serikat yang sejak awal terlibat dalam pertikaian di Selat Taiwan tersebut. Sejak normalisasi hubungan AS-RRC dibuka, usulan mengenai reunifikasi damai mulai ditawarkan RRC pada Taiwan, sebagai upaya RRC mendapatkan Taiwan kembali ke pangkuannya. Tapi usulan tersebut ternyata menghadapi berbagai hambatan, terutama dari pihak Taiwan yang tidak menyetujui usulan tersebut yang dianggap merupakan usaha aneksasi dari pihak RRC. Kemudian RRC menawarkan formula satu negara dua sistem (yi guo Liang zhi) dan pemberian status SAR (Special Administration Region) bagi kembalinya Hong Kong, Macao, dan Taiwan ke pangkuan Cina daratan.
Perkembangan usaha reunifikasi Cina-Taiwan saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkembang di dalam negeri masing-masing dan situasi internasional, serta perkembangan hubungan kedua negara baik di bidang ekonomi, sosial, dan politik. Setelah Hong Kong kembali ke pangkuan RRC pada tahun 1997, dan menyusul Macao pada tahun 1999, akankah pembicaraan mengenai reunifikasi Cina-Taiwan akan diwujudkan di masa mendatang, semua ini tergantung pada perkembangan situasi yang ada sekarang baik di dalam negeri Cina dan Taiwan, serta situasi dunia internasional yang sedang mengarah kepada tatanan global.
"
1998
S12875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S8341
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyer Mananda Setyahadi
"Kesediaan Jerman menandatangani perjanjian Two Plus Four memiliki implikasi terhadap penerimaan empat negara pemenang Perang Dunia II atas keberadaan Jerman. Hal ini menunjukkan bahwa Jerman bersedia menerima syarat-syarat yang diajukan dalam perjanjian "Two Plus Four Agreement" tersebut sebagai upaya membuktikan bahwa Jerman yang sekarang bukan lagi Jerman yang sama seperti sebelum Perang Dunia II. Pendekatan neorealis yang digunakan dalam analisis menunjukkan struktur internasional dapat mempengaruhi perilaku Negara. Hal ini sebagaimana ditunjukkan Jerman ketika bersedia menerima Two Plus Four Agreement yang disebabkan tiga hal, yaitu : 1). Memuluskan proses reunifikasi, 2). Upaya menjaga stabilitas di Eropa, 3). Membangun reputasi Jerman sebagai negara yang demokratis, bukan lagi sebagai Jerman yang fasis.

Germany's willingness to sign an agreement Two Plus Four has implications for the acceptance of the four winning countries of the World War II. This shows that Germany is willing to accept the terms proposed in the agreement "Two Plus Four Agreement" as an attempt to prove that Germany is now no longer the same as Germany before World War II. Neorealist approach used in the analysis shows the international structure can influence the behavior of the State. It is as shown in Germany when it is willing to accept the Two Plus Four Agreement which is due to three things: 1). Smooth the process of reunification, 2). Efforts to maintain stability in Europe, 3). Building a reputation of Germany as a democratic country, no longer as the fascist Germany.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Resamaili
"ABSTRAK
Tujuan dari tesis ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses peredaan ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea antara Korea Utara dengan Korea Selatan dalam kurun waktu 2000-2002. Proses peredaan ketegangan terjadi diwarnai oleh berbagai macam aktifitas kedua negara, baik yang bersifat resistensi maupun diplomatis. Kedua negara dapat dikatakan memiliki niat untuk melakukan rekonsiliasi dan berupaya menciptakan reunifikasi diantara keduanya. Terbukti dengan kemauan dua negara yang telah lama bertikai tersebut untuk memikirkan masa depan mereka melalui berbagai macam pertemuan. Dengan menempatkan pola dari
perspektif konstruktivis, penelitian ini berhasil memunculkan agen, struktur, identity, interest dan behavior sebagai bagian-bagian penting dalam penerapan konstruktivis pada studi kasus konflik antara dua negara saudara yang bertikai dan terpisah oleh tirai ideologi. Pada penelitian ini juga digunakan metode case study dengan melihat konflik Korea Utara dan Korea Selatan di Semenanjung Korea
sebagai obyek penelitian. Selain itu, penggunaan Historical Perspective-Research juga digunakan untuk membantu melakukan analisa dan kritik serta menyatukan urutan kejadian atau peristiwa yang terjadi di Korea Utara dan Korea Selatan.

ABSTRACT
The aim of this thesis is to find out the de-escalation of tension process that occured between North and South Korea in the Korean Peninsula during the period of 2000-2002. The process was marked by a variety of activities from the two countries, including resistance and diplomacy. The two countries can be said to have intention to do the reconcil and towards reunification. This is shown by the two conflicting countries willingness to consider their future through various meetings. By placing the pattern of constructivist perspective, this research successfully brought agency, structure,
identity, interest and behaviour as an important parts in the implementation of constructivism on the case study of two sibling states locked in conflict and separated by ideological curtains. This research used case study methods which oversew the phenomena, situation and condition in the Korean Peninsula. This thesis also used a Historical Perspective-Research method to give some analized
the historical background and the chronology of events in both countries."
2009
T 26224
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Oktoario Menajang
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S5517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>