Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akmal Permatasari
Abstrak :
[ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang resosialisasi pentolan tawuran pelajar menjadi agen perdamaian yang dilakukan oleh organisasi CERIC FISIP UI sebagai salah satu upaya untuk menangani konflik tawuran pelajar di Jakarta. Konflik tawuran pelajar di Jakarta merupakan salah satu bentuk permasalahan sosial di Jakarta. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani konflik tersebut namun belum ada yang melakukan dengan cara resosialisasi. Berdasarkan kajian terdahulu diketahui bahwa konsep resosialisasi digunakan untuk menangani permasalahan terhadap pecandu narkotika ataupun terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK). Oleh karena itu pada penelitian kali akan dilihat bagaimana resosialisasi digunakan oleh organisasi CERIC FISIP UI untuk menangani permasalahan tawuran pelajar di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitaif dengan jenis studi kasus agar dapat mendapatkan gambaran cara organisasi CERIC FISIP UI dalam melakukan resosialisasi terhadap pentolan tawuran pelajar. Sumbangan yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu bahwa upaya untuk menangani permasalahan tawuran pelajar bukan hanya dapat dilakukan oleh pemerintah atau aparat hukumnya namun dapat dilakukan oleh organisasi non pemerintah seperti CERIC FISIP UI yang memang berfokus pada upaya resolusi konflik. Selain itu, konsep sosiologis resosialisasi dapat digunakan untuk menjadi salah satu alternatif cara untuk menangani permasalahan tawuran pelajar di Jakarta.
ABSTRACT
The thesis discusses the resocialization frontman student brawls become agents of peace conducted by the CERIC FISIP UI organizations as one way to handle conflict student brawls in Jakarta. Conflict student brawls in Jakarta is one form of social problems in Jakarta. Various attempts have been made to solve the conflict, but no one has done by way of resocialization. Based on previous studies it is known that the concept of resocialization used to deal with the problems of the drug addicts or against commercial sex workers (CSWs). But no one has used this sociological concept to handle student brawls. Therefore, the study will look at how resocialization used by CERIC FISIP UI Organization to handle the problem of student brawls in Jakarta. This research was conducted with Qualitative approach to the type of case studies in order to get an idea of how the CERIC FISIP UI organization in doing resocialization against frontman student brawls. Contributions can be given of this study is that efforts to choice the problems brawl students not only can be done by the government or legal authorities, but can be done by non-governmental organizations such as CERIC FISIP UI that is focused on conflict resolution. In addition, the concept of sociological resocialization can be used to be an alternative way to deal with problems in Jakarta student brawls.;The thesis discusses the resocialization frontman student brawls become agents of peace conducted by the CERIC FISIP UI organizations as one way to handle conflict student brawls in Jakarta. Conflict student brawls in Jakarta is one form of social problems in Jakarta. Various attempts have been made to solve the conflict, but no one has done by way of resocialization. Based on previous studies it is known that the concept of resocialization used to deal with the problems of the drug addicts or against commercial sex workers (CSWs). But no one has used this sociological concept to handle student brawls. Therefore, the study will look at how resocialization used by CERIC FISIP UI Organization to handle the problem of student brawls in Jakarta. This research was conducted with Qualitative approach to the type of case studies in order to get an idea of how the CERIC FISIP UI organization in doing resocialization against frontman student brawls. Contributions can be given of this study is that efforts to choice the problems brawl students not only can be done by the government or legal authorities, but can be done by non-governmental organizations such as CERIC FISIP UI that is focused on conflict resolution. In addition, the concept of sociological resocialization can be used to be an alternative way to deal with problems in Jakarta student brawls., The thesis discusses the resocialization frontman student brawls become agents of peace conducted by the CERIC FISIP UI organizations as one way to handle conflict student brawls in Jakarta. Conflict student brawls in Jakarta is one form of social problems in Jakarta. Various attempts have been made to solve the conflict, but no one has done by way of resocialization. Based on previous studies it is known that the concept of resocialization used to deal with the problems of the drug addicts or against commercial sex workers (CSWs). But no one has used this sociological concept to handle student brawls. Therefore, the study will look at how resocialization used by CERIC FISIP UI Organization to handle the problem of student brawls in Jakarta. This research was conducted with Qualitative approach to the type of case studies in order to get an idea of how the CERIC FISIP UI organization in doing resocialization against frontman student brawls. Contributions can be given of this study is that efforts to choice the problems brawl students not only can be done by the government or legal authorities, but can be done by non-governmental organizations such as CERIC FISIP UI that is focused on conflict resolution. In addition, the concept of sociological resocialization can be used to be an alternative way to deal with problems in Jakarta student brawls.]
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2014
T43123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muji Novrita Surahmi
Abstrak :
Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Handayani merupakan pilot project kehadiran negara dalam penanganan anak dan perempuan terpapar terorisme. Penelitian ini meneliti tentang implementasi program deradikalisasi dengan studi kelembagaan pada pada Balai Handayani. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan subjek penelitian adalah warga binaan sosial ibu dan anak yang terpapar terorisme di Balai Handayani. Awalnya balai ini merupakan Panti Sosial dan bertransformasi menjadi Balai pada awal tahun 2018. Penelitian ini menemukan adanya celah dari tahapan awal deradikalisasi yaitu dari tahap identifikasi menuju tahapan resosialisasi. Teori Implementasi, Manajemen Organisasi Birokrasi dan Kerjasama digunakan dalam mengidentifikasi celah pada proses deradikalisasi yang berfokus pada kelembagaan BRSAMPK Handayani. Komunikasi, keterbatasan sumber daya baik anggaran dan sumber daya manusia, ketidakjelasan disposisi dan struktur birokrasi yang terfragmentasi menjadi hambatan resosialisasi berjalan secara optimal. Kerjasama yang diamati antara BNPT, Balai Handayani di bawah Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri ditemui pola kerjasama yang terjadi hanya setingkat koordinasi dan belum meningkat dalam tahap kolaborasi sehingga menjadi hambatan. Belum optimalnya resosialisasi ini memiliki dampak residivisme bagi mantan warga binaan sosial di BRSAMPK Handayani.  ......The Handayani Social Rehabilitation Center for Children with Special Protection Needs (BRSAMPK Handayani) is a pilot project for the states participation in handling radicalized women and children. This thesis research is about the implementation of deradicalization program by institutional studies on Handayani Social Rehab Center. This Research utilizes qualitative method and the subject of the research are the fostered women and children that has been exposed to terrorism that are under Handayanis care. In the beginning, this social rehab center was a Social Home and transformed into a Rehab Center in the beginning of 2018. This research found that there is a gap between the beginning of deradicalization program which is from the identification phase toward resocialization phase. Implementation Theory, bureaucracy Management and Cooperation Theory are used in order to identify the gap in deradicalization process that focus in the institution of BRSAMPK Handayani. Communication, lack of resoursces, the unclear disposition and fragmented bureaucracy structure become a hurdle for the resocialization to optimally implemented. The Cooperation that happened between BNPT, Handayani/The Ministry of Social, The Ministry of Home Affairs only happens in coordination level and hasnt progressed into collaboration and thus it becomes a hurdle. The inoptimal resocialization has recidivism effect for former fostered person in BRSAMPK Handayani.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Kajian Terorisme, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangalila, Ferlansius
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T37477
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Daulay, Armein
Abstrak :
Tesis ini merupakan upaya untuk memahami reaksi sosial terhadap bekas narapidana wanita dari Lembaga Pemasyarakatan (disingkat : lapas) Wanita Tangerang yang menyandang label sebagai bekas penjahat. Padahal mereka sebenarnya adalah sosok anak manusia yang telah melakukan perilaku menyimpang terhadap norma sosial yang terdapat di tengah masyarakat. Hal ini meIiputi adat istiadat, taboo, kebiasaan-kebiasaan khusus, tingkah Iaku yang aneh dan menjadi mode, nilai - nilai moral dan sebagainya Sementara ilmuwan berpendapat perilaku yang menyimpang dapat berupa kelakuan-kelakuan yang nonkonform, yang asosial, yang anti sosial maupun kriminal. Namun, pendapat lain mengemukakan bahwa konsep penyimpangan pada dasarnya relatif, tergantung darimana melihat dan dari kacamata siapa. Menganalisa dan mendiagnosa secara tajam kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh wanita antara lain diperlukan pancarian faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi sosial budaya tertentu dan ada saat tertentu. Artinya, Kita harus melihat faktor sosial dan faktor kebudayaan yang mempengaruhi di dalam pandangan masyarakat memberikan label terhadap pelaku menyimpang. Kehidupan masyarakat yang sarat dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial dirasakan terganggu oleh perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anggota masyarakatnya, sehingga label yang diberikan ternyata tidak Serta merta memudahkan mereka kembali kelingkungannya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif serta di dukung oleh data deskriptif berupa kata - kata tertulis atau lisan dari orang - orang dan perilaku yang diamati. Dengan demikian dapat menjelaskan gejala sosial dengan memahami tingkah laku manusia menurut kerangka acuan dari sang pelaku itu sendiri. Lokasi penelitian berawal dari penelitian di Lapas Wanita Tangerang yang dipilih karena Iapas ini merupakan Iapas wanita yang terbesar di seluruh Indonesia dibandingkan dengan tiga Iapas lainnya. Kemudian dilakukan upaya menemui dan mewawancarai tiga bekas narapidana wanita dari lapas tersebut sebagai informan kunci. Berbagai macam bentuk reaksi sosial yang diwujudkan seperti mengamati, menggerebek rumah, menangkap dan menggiring, menjauhi dengan publikasi terhadap bekas narapidana wanita dimana mereka berdomisili. Namun ada juga yang diterima kembali sepenuhnya menjadi warga masyarakat. Kesemua ini tidak terlepas dari perilaku bekas narapidana wanita yang tertampil ketika diwawancarai yang berusaha menghilangkan identitas diri, tidak berterus terang serta mencoba menyangkal dirinya telah berbuat kesalahan. Penulis menggunakan pendekatan interdisipliner dalam melakukan kajian terhadap bekas narapidana wanita. Dari sejumlah teori dalam kriminologi penulis memilih teori paradigma interaksionis atau pendekatan reaksi sosial yang Iebih khusus lagi disebut teori labeling. Berdasarkan pada teori labeling dicoba untuk digambarkan bahwa bekas narapidana wanita adalah berperilaku menyimpang.
Jakarta: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasrifah Musa
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang pelaksanaan resosialisasi remaja putus sekolah, peran pekerja sosial di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus Jakarta dan hambatan yang dialami dalam pelaksanaan resosialisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Hasil penelitian menggambarkan (1) pelaksanaan resosialisasi remaja putus sekolah di PSBR Bambu Apus meliputi pembekalan magang, pelaksanaan magang, dan monitoring magang, (2) Peran yang dilakukan oleh pekerja sosial sebagai penghubung (broker), pendidik (educator), mediator, pemungkin (enabler), group facilitator, pengevaluasi (analyst/evaluator) dan (3) hambatan yang timbul meliputi kurang optimalnya peran pendampingan oleh pekerja sosial di lokasi magang, waktu kegiatan magang yang terbatas, belum ada surat kerjasama secara tertulis dengan lembaga mitra, keterbatasan daya tangkap remaja putus sekolah, perilaku dan sikap remaja putus sekolah yang belum siap beradaptasi dengan peran dan tanggungjawabnya, kurang kepercayaan diri remaja putus sekolah dalam melayani pelanggan, serta perbedaan peralatan yang digunakan oleh PSBR Bambu Apus dengan yang digunakan perusahaan di tempat magang. ......This thesis discusses the implementation of the resosialization of school dropouts, the role of social workers and obstacles arising in the PSBR Bambu Apus Jakarta. The study used a qualitative approach with descriptive research methods. The results of the study describe (1) The implementation of the school's resocalization of dropouts in the PSBR Bambu Apus includes internship supplies, the implementation of resosialization, and monitoring internships, (2) the role of social workers as a brokers, educators, mediators, enablers, group facilitator, analyst/evaluator and (3) barriers arising include less optimal role assistance by social workers in the internship site, the time of limited internship activities, there is no cooperation letter in writing with the partner agency, the limitations of school dropouts, behavior and attitudes adolescent dropout of school that are not ready to adapt to their roles and responsibilities, lack of confidence adolescent dropout in serving customers, and the difference equipment used by PSBR Bambu Apus with those used by the company in the internship activities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malida Putri
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang Evaluasi Proses Penanganan Anak Jalanan pada Yayasan Taruna Pertiwi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian evaluasi proses. Sedangkan pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam dengan 7 informan yang terdiri dari pendamping anak jalanan, tutor atau pengajar anak jalanan dan anak jalanan di yayasan Taruna Pertiwi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses dalam penanganan anak jalanan pada yayasan Taruna Pertiwi telah dilaksanakan sesuai dengan standar operasioanal prosedur dan teori, namun masih ada yang belum tercapai. Pelaksanaan proses masih belum optimal menurut standar operasional prosedur dan menurut teori yang ada para agen sosialisasi juga belum maksimal dalam memberikan proses resosialisasi kepada anak jalanan.
This thesis discusses the Evaluation Process Handling Street Children on yayasan Taruna Pertiwi. This study used a qualitative approach to this type of research evaluation process. While data collection using in-depth interviews with 7 informants consisting of street children companion, tutor or teaching street children and street children in yayasan Taruna Pertiwi. The results of this study indicate that the process in the handling of street child on yayasan Taruna Pertiwi has been implemented in accordance with the standards operating procedures and theory, but there is still unfulfilled. The implementation process is still not optimally according to standard operating procedures and in accordance with existing theories of socialization agents are also not maximized in giving to street children resocialization process.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T39125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Dinda Winafaisal
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu intervensi yang dapat mengatasi kemajuan karyawan (employee advancement) untuk meningkatkan antusiasme karyawan (employee enthusiasm) di PT. HIJ. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengambilan data menggunakan alat ukur kuesioner. Alat ukur yang digunakan merupakan hasil pengembangan dan adaptasi peneliti dari alat ukur yang sudah ada. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah employee enthusiasm (Sirota et. al., 2005) dengan α = 0,852, employee advancement (Khrisnan dan Maheswari, 2011) dengan α = 0,969, dan safety feeling (Soebandono, 2011) dengan α = 0,925. Hasil uji dengan menggunakan teknik regresi berganda terhadap 68 karyawan PT. HIJ menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kemajuan karyawan dan rasa aman terhadap antusiasme karyawan (signifikansi kemajuan karyawan = 0,004 dan signifikansi rasa aman = 0,010, dengan p < 0,005). Koefisien Beta kemajuan karyawan lebih besar dibandingkan dengan koefisien Beta rasa aman. Ditinjau lebih jauh lagi menunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi adalah dimensi training and development support. Berdasarkan uji statistik tersebut, maka peneliti merancang rekomendasi program intervensi kemajuan karyawan untuk meningkatkan antusiasme karyawan berupa resosialisasi sistem pelatihan dan pengembangan serta training effective communication. ...... This study aims to develop an intervention to address the problem of employee?s advancement to increase the employee?s enthusiasm at PT. HIJ. The study use a quantitative approach and using a questionnaire for data collection. Measuring instruments was develop from adaptation of existing measurement tools. The questionnaire used in this study is employee enthusiasm (Sirota et. al., 2005) with α = 0.852, employee advancement (Khrisnan and Maheswari, 2011) with α = 0.969, and safety feeling (Soebandono, 2011) with α = 0.925. Test results using multiple regression techniques against 68 employees of PT. HIJ shows that employee advancement and safety feeling have influence to employee enthusiasm (significance of employee advancement = 0.004 and the significance of safety feeling = 0.010, p <0.005). Beta coefficient of employee advancement greater than the beta coefficient of safety feeling. Judging further showed that most influence dimension is training and development support. Based on this statical result, researcher designed a recommendations intervention program employee advancement to increase employee enthusiasm i.e. resocialization training and development system and effective communication training.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Namira
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses resosialisasi identitas militer dalam diri para taruna selama menjalani masa pendidikan di Akademi Angkatan Udara. Studi-studi lainnya menjelaskan bahwa institusi pendidikan militer memang berperan penting dalam proses pembentukan identitas militer, tetapi tidak menjamin efeknya dalam jangka waktu yang panjang karena penerapan identitas militer akan ditentukan saat taruna sudah menjalani masa dinasnya. Peneliti setuju bahwa proses resosialisasi identitas militer tidak terlepas dari pentingnya peran akademi militer, dimana di dalamnya terjadi proses indoktrinasi nilai-nilai militer, seperti nasionalisme dan patriotisme. Tetapi, tidak hanya akademi saja yang berperan, melainkan latar belakang taruna pun juga memiliki peranan penting. Taruna yang berasal dari keluarga militer akan lebih mudah untuk beradaptasi dan menyerap doktrin militer daripada yang berlatar belakang keluarga non-militer. Terkait hal tersebut, penelitian ini akan menggunakan konsep resosialisasi yang dikemukakan oleh Barnao untuk menjelaskan tahapan dari proses resosialisasi tersebut dan menggabungkannya dengan kerangka konsep habitus dan modal budaya oleh Bourdieu. Hasil temuan dari penelitian ini menyatakan bahwa dalam tahapan awal proses resosialisasi, taruna dari keluarga militer memang akan lebih unggul dalam hal pengetahuan, persiapan, dan pengalaman. Akan tetapi, hal tersebut hanya berlaku pada tahap awal preliminary atau proses adaptasi hingga tahap transisi awal saat taruna masuk ke AAU. Untuk tahap transisi selanjutnya hingga taruna lulus dari AAU, modal budaya dari keluarga taruna tidak lagi berperan signifikan dalam menentukan keberhasilan dan keunggulannya, melainkan modal budaya militer yang terdapat di AAU yang akan lebih dominan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif pada Akademi Angkatan Udara sebagai fokus penelitiannya. ......This study aims to explain the process of resocializing military identity in cadets during their education period at the Air Force Academy. Other studies explain that military education institutions do play an important role in the process of forming military identity, but do not guarantee the effect in the long term because the application of military identity will be determined when the cadets have completed their service period. The researcher agrees that the process of resocializing military identity cannot be separated from the important role of the military academy, in which there is a process of indoctrination of military values, such as nationalism and patriotism. However, it is not only the academy that plays a role, but the background of the cadets also has an important role. The cadets who come from military families will find it easier to adapt and absorb military doctrine than those from non-military families. In this regard, this study will use the concept of resocialization proposed by Barnao to explain the stages of the resocialization process and combine it with the framework of the concept of habitus and cultural capital by Bourdieu. The findings of this study indicate that in the early stages of the resocialization process, cadets from military families will indeed be superior in terms of knowledge, preparation, and experience. However, this only applies at the initial preliminary stage or the adaptation process until the initial transition stage when cadets enter the AAU. For the next transition stage until the cadets graduate from the AAU, the cultural capital of the cadet families will no longer play a significant role in determining their success and excellence, but the military cultural capital contained in the AAU will be more dominant. This research was conducted using qualitative methods at the Air Force Academy as the focus of the research.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library