Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Saleha Rahamad
Kuala Lumpur: Institut Terjemahan & Buku Malaysia Berhad, 2016
899.221 12 MOH b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Willibrordus Surendra Broto Rendra, 1935-2009
Yogyakarta: Mizan Media Utama, 2016
899.221 1 REN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Haryono
Yogyakarta: Kepel Press, 2005
792 EDI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sahira Satriavi
Abstrak :
Tesis ini membahas kritik W.S Rendra terhadap pemerintah Orde Baru melalui puisinya (1967-1978). Pada tahun 1967-1978, kebijakan Orde Baru menyebabkan korupsi oleh aparat negara karena diberlakukannya UU PMA 1967 dan ketergantungan pada modal asing, yang kemudian menyebabkan protes dari berbagai kalangan mahasiswa. Protes ini kemudian memuncak pada 1974 di Insiden Malari. Setelah kejadian Malari, kebijakan pemerintah Orde Baru menjadi sangat anti-kritik, ini kemudian dibuktikan dengan pelarangan pers, larangan tampil bagi seniman yang dianggap mengkritik, pembatasan kebebasan berekspresi dan kemudian menimbulkan protes dari berbagai kelompok. , seperti siswa dan seniman. Salah satunya adalah W.S Rendra yang mengkritik Orde Baru melalui puisinya. Berbeda dengan penelitian sebelumnya pada WS Rendra, yang lebih fokus pada biografinya, menganalisis karyanya dari sudut pandang sastra dengan studi semiotik, penelitian ini akan fokus pada puisi-puisi oleh WS Rendra, yang merupakan bentuk kritik terhadap New Memesan kebijakan pemerintah. Menulis artikel ini menggunakan metode historis menggunakan sumber-sumber tertulis seperti koran kontemporer, buku, jurnal, dan wawancara.
This thesis discusses W.S Rendras criticism of the New Order government through his poetry (1967-1978). In 1967-1978, the New Order policy caused corruption by the state apparatus due to the enactment of the 1967 PMA Law and dependence on foreign capital, which then led to protests from various student circles. This protest then peaked in 1974 at the Malari Incident. After the Malari incident, the New Order government policy became very anti-criticism, this was later proven by a ban on the press, a ban on appearing for artists who were considered criticizing, restrictions on freedom of expression and then led to protests from various groups, like students and artists. One of them was W.S Rendra who criticized the New Order through his poetry. In contrast to previous research on WS Rendra, which focuses more on his biography, analyzing his work from a literary point of view with semiotic studies, this research will focus on poems by WS Rendra, which is a form of criticism of New Order government policy. Writing this article uses historical methods using written sources such as contemporary newspapers, books, journals, and interviews.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willibrordus Surendra Broto Rendra, 1935-2009
Yogyakarta: Bentang, 2016
899.221 REN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Willibrordus Surendra Broto Rendra, 1935-2009
Abstrak :
Buku ini berisi tentang kumpulan puisi cinta karya seorang seniman W.S Rendra
Yogyakarta: Bentang, 2016
899.221 REN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muflih Rizqullah
Abstrak :
Artikel ini membahas tentang perkembangan kesenian dan intelektual W.S Rendra pada periode pertama kepenyairannya, yaitu dari tahun 1954-1964. Pada tahun 1953 terdapat perbicangan mengenai perumusan angkatan sastrawan setelah Angkatan 45. Perbincangan ini diawali dengan tajuk Krisis Literatur yang dilontarkan oleh beberapa sastrawan veteran Indonesia. Melalui perdebatan dan polemik telah muncul suatu kanonisasi bernama Angkatan Terbaru, untuk memayungi sekumpulan pengarang aktif yang lahir sekitar tahun 1930 sampai 1940. W.S Rendra adalah salah satu pengarang muda yang paling terkemuka dalam angkatan ini. Fase kepenyairan Rendra pada periode 1950-an didefiniskan oleh sajak-sajak baladanya. Kumpulan puisinya pertama, Ballada Orang-Orang Tercinta (1957), berisi sajak-sajak naratif yang mengambil tema cerita-cerita rakyat, legenda dan mitos Jawa yang dilatari oleh pesona alam Jawa. Puisinya yang memadukan sastra Jawa klasik dan sastra modern barat merupakan suatu kebaruan dalam kesusastraan Indonesia. Artikel ini ditulis menggunakan metode sejarah, dengan pengumpulan data berupa arsip, dokumen terjilid, majalah, surat kabar, buku, dan jurnal, yang diperoleh melalui Perpustakaan H.B Jassin, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Pusat UI, ataupun secara daring. ......This article discusses W.S Rendra's artistic and intellectual development in the first period of his poetry, namely from 1954-1964. In 1953 there was discussion regarding the formulation of a generation of writers after the Angkatan 45. This discussion began with the title Literary Crisis which was raised by several veteran Indonesian writers. Through debate and polemic, a canonization called the Angkatan Terbaru has emerged, to cover a group of active writers born around 1930 to 1940. W.S Rendra is one of the most prominent young authors in this generation. Rendra's poetic phase in the 1950s was defined by his ballads. His first collection of poetry, Ballada Orang-Orang Tercinta (1957), contains narrative poems that take the theme of Javanese folklore, legends and myths against the backdrop of the charm of Javanese nature. His poetry which is an amalgam of tradisional Javanese literature and modern western literature is a novelty in Indonesian literature. This article was written using the historical method, with data collection in the form of archives, bound documents, magazines, newspapers, books and journals, obtained through the H.B Jassin Library, National Library, UI Central Library, or online source.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sapardi Djoko Damono, 1940-2020
Abstrak :
ABSTRAK
Sejauh ini karya-karya Rendra telah banyak dibicarakan para pengamat sastra Indonesia, baik dari dalam negeri rnaupun luar negeri. Banyak di antara pembicaraan itu menitikberatkan pada kehidupan Rendra sebagai pengarang yang banyak terlibat pada berbagai aktivitas politik. Konsekuensinya, porsi pernbicaraan tentang Rendra lebih banyak daripada pembicaraan tentang karya-karyanya. Dalam konteks puisi, orang lebih suka membicarakan bagaimana Rendra membacakan puisinya daripada membicarakan karya-karyanya. Karena itu, segi pencapaian puitik Rendra jarang disentuh.

Penelitian ringkas ini rnerupakan upaya untuk menguraikan berbagai segi pencapaian puitik Rendra berdasarkan sejumlah teks yang pernah diterbitkan sejak tahun 1957 hingga kini menjadi urusan penting dalam pendekatan ini. Di samping itu, penelitian ini juga rnernanfaatkan pengetahuan penulis tentang Rendra untuk membantu tercapainya tujuan tersebut.

Analisis terhadap sejumlah karya Rendra telah rnernbuktikan bahwa ia adalah salah seorang penyair kita yang luput dari ejekan, ars brevis vita longa, "seni. pendek, tapi hidup lama." Ia luput dari ejekan itu karena kesetiaannya pada seni, khususnya puisi, tidak pernah luntur. Hal itu diwujudkan dengan terus mencipta dengan bersandar pada tradisi dan penguasaannya atas peralatan artistik sedemikian rupa sehingga menempatkan dia pada jajaran penyair terkemuka dan terpenting di Indonesia.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Riyadi Ali
Abstrak :
Dari analisis sajak-sajak pamplet Rendra yang berhubungan dengan ketimpangan sosial, dapatlah kita catat bahwa Rendra melalui pampletnya selalu menuangkan gembaran berupa kesaksian terhadap alam den menusia. Manusia bagi Rendra merupakan titik tolak kelahiran karya-karyanya, karena dari tokoh-tokoh yang ditampilkan, Rendra menyodorken konflik manusia yang asing yang selalu bertanya kepada alam dan dirinya sendiri. Pemberontakan Rendra juga bukan saja pemberontakan anak manusia kepada keterasingan dirinya, melainkan juga pemberontakan terhadap karya yang dihasilkan oleh penyair salon. Tema dari sajak pamplet ini sebagian merupakan tema kesaksian yang berkaitan dengan alam dan kesaksian terhadap ketidakadilan manusia. Sebagian lain merupakan ...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11174
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herny Mulyani
Abstrak :
Teater merupakan baqian kehidupan manusia yang selalu terkait dan terlibat dalam segala aspek kehidupan. Disadari atau tidak, disengaja ataupun tidak, dari sejarah ketika kehidupan dimulai dan peradaban menyentuh kehidupan manusia, maka terjadilah teater. Bahkan menurut para ahli, teater pada zaman nenek moyang, teater berupa upacara-upacara persembahan, kurban, kelahiran dan kematian. Dalam perkembangannya teater sebagai seni dimulai pada tiga babak, teater tradisional, teater modern dan teater kontemporer. Walaupun sekarang tidak jelas lagi batasan nyata antara ketiganya, Bengkel Teater Rendra dianggap mewakili sebagai bentuk teater modern dan juga kontemporer yang tidak meninggalkan kaidah-kaidah tradisi. Melihat pertunjukkan-pertunjukkan dari Bengkel teater Rendra, dapat dilihat bahwa Rendra dengan kelompok yang diusungnya herusaha untuk menipiskan batas-batas tersebut. Melalui interpretasi subjektif yang' ditangkapnya Rendra berusaha merepresentasikan realitas simbolik yang dianggap mewakili realitas objektif. Salah satu pementasan yang spektakuler adalah "Kereta. Kencana?, sebuah pementasan yang' mengandalkan kepiawaian dua aktor saja dengan setting yang sangat sederhana. Dalam pementasan yang naskah aslinya berbahasa Perancis (les Chaises) dan. ditulis oleh 'seorang' hiran Rumania, terdapat representasi simbolik yang diajukan oleh Bengkel Teater Rendra. Seperti layaknya orang yang bercinta -meminjam istilah rendra- pementasan ini hanyalah Sebuah penawaran, suatu proposal yang diajukan kepada khalayak, sebuah proses kreativitas, dengan pengamatan dan perenungan yang panjang. Apakah khalayak -dalam hal ini penonton akan menerimanya sebagai suatu ajuan, kritik ataupun hihuran, terlepas dari kemampuan interpretasi, pengalaman dan imajinasi penonton sendiri. Seperti sebuah pepatah umum dalam teater, suatu pementasan teater adalah sebuah rumah berpintu banyak, semua tamu dipersilahkan masuk lewat pintu mana saja.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T4830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library