Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kharis Mustofa
Abstrak :
Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo memiliki 3 tujua yaitu yang pertama memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker di rumah sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya, serta melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan dan etika yang berlaku; yang kedua adalah agar memiliki wawasan, ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di rumah sakit; dan yang ketiga adalah agar memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian di rumah sakit. Dalam pelaksanaan praktek kerja profesi apoteker ini dilakukan penulisan tugas khusus dengan judul 'Validasi dan pembuatan guideline kuesioner survei kepuasan pelanggan eksternal RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo'. Tujuan dari penulisan tugas khusus ini adalah untuk memastikan apakah kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel sudah valid, jelas dan dapat dipahami serta dapat membuat guideline yang dapat dipahami oleh peneliti selanjutnya.
Internship at the Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital has 3 main purposes, first is to understand the duties and responsibilities of pharmacists in hospital pharmaceutical care activities accordance with statutory provisions and ethics. Second is to earn knowledge, skills, professional behaviors and the real experiences to carry out pharmacist practices in the hospital. And the third purpose is to learn about the strategy to develop pharmaceutical care activities, and also have a real picture about problem solving activities inside hospital. Given special assignment entitled 'Validation and making guideline of questionnaire survey external customer satisfaction rsupn dr. Mangunkusumo'. The purpose of the special task is to ascertain whether the questionnaire to be used for measuring variable is valid, clear and can understand and can make guideline prophethood next researchers.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haznim Fadhli
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Nilai normal Kecepatan Hantar Saraf KHS pada saraf perifer, dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis, antara lain usia, tinggi badan dan indeks massa tubuh, dan faktor non fisiologis seperti teknik pengukuran dan suhu. Referensi nilai normal tiap laboratorium elektrofisiologi berbeda-beda, sehingga dibutuhkan penelitian untuk memperoleh referensi nilai normal KHS yang sesuai dengan populasi di Indonesia, khususnya di RSUPN dr. Cipto Mangukusumo Jakarta..Metode:Penelitian ini merupakan penelitian prospektif. Responden sehat didapatkan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi diambil secara concecutive, usia 18-60 tahun sebanyak 210 subyek. Dilakukan penapisan neuropati perifer dengan wawancara dan kuesioner Brief Peripheral Neuropathy Screening Tool BPNS Tool . Subyek yang memenuhi persyaratan dilakukan pemeriksaan Kecepatan Hantar Saraf KHS motorik dan sensorik pada ekstremitas atas dan bawah, meliputi n.medianus, n.ulnaris, n.radialis, n.peroneus, dan n.suralis. Hasil:Didapatkan sebanyak 210 dari 215 subyek yang memenuhi kriteria inklusi. Subyek penelitian terdiri dari 91 sampel ekstremitas laki-laki dan 119 sampel perempuan. Subjek diambil pada usia dewasa rentang 18-60 tahun, dengan nilai tengah 33 tahun. Subyek terbanyak usia 31-40 tahun, sebanyak 68 sampel 32,4 , jenis kelamin wanita sebanyak 119 sampel 56,7 . Usia subyek dengan nilai tengah 33 22,0-53,4 tahun, dengan tinggi badan subyek 1,6 1,49;1,74 m, dan nilai tengah indeks massa tubuh IMT 24.84 18,5- 31,3 kg/m2.Nilai kecepatan hantar saraf KHS digunakan nilai tengah, dengan batas bawah persentil lima dan batas atas persentil sembilan puluh lima. Nilai KHS motorik pada n.medianus 60 50;73,2 m/det, n.ulnaris 66,6 53;80 m/det, pada n.radialis 67 48,1; 81,8 m/det. n.peroneus 55 39,6;69,8 m/det, n.tibialis 59,5 46,5;75 m/det. Hasil pemeriksaan sensorik, didapatkan KHS sensorik pada n.medianus 66,3 49,6;83 m/det, n.ulnaris 52 41,5;70 m/det, n.radialis 46,7 38,4: 59 m/det. n.peroneus superfisialis 62 44;82 m/det, pada n.suralis 62 48;79 m/det. Kesimpulan:Nilai normal kecepatan hantar saraf motorik pada n.medianus ge;50 m/det, n.ulnaris ge;53 m/det, n.radialis ge;48 m/det, n.peroneus ge;40 m/det, n.tibialis ge;46 m/det. Nilai normal kecepatan hantar saraf KHS pada saraf sensorik pada n.medianus ge; 50 m/det, n.ulnaris ge; 41 m/det, n.radialis ge;38 m/det, n.peroneus superfisialis ge;44 m//det, n.suralis ge;48 m/det.
ABSTRACT<>br> Background The normal value of nerve conduction velocity NCV in peripheral nerves, is influenced by physiological factors, including age, height and body mass index, and non physiological factors such as measurement and temperature techniques. Reference to the normal values of each electrophysiological laboratory is different, so research is needed to obtain references to normal NCV values that are appropriate to the population in Indonesia, especially in dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. Method This research is a prospective study. Healthy respondents were obtained according to the inclusion and exclusion criteria were taken concecutive, aged 18 60 years as many as 210 subjects.Peripheral neuropathy screening was performed by interview and questionnaire of the Brief Peripheral Neuropathy Screening Tool BPNS Tool . Subjects meeting the requirements were examined for motor and sensory velocity NCV at the upper and lower extremities, including n.medianus, n.ulnaris, n.radialis, n.peroneus, and n.suralis. Result There were 210 out of 215 subjects who met the inclusion criteria. The subjects consisted of 91 samples of male limbs and 119 female samples. Subjects were takenat an adult age range of 18 60 years, with a median of 33 years. Most subjects aged 3140 years, as many as 68 samples 32.4 , gender of women as much as 119 samples 56.7 . Age of subjects with a mean of 33 22.0 53.4 years, with a subjectheight of 1.6 1.49, 1.74 m, and a median body mass index IMT of 24.84 18.5 31.3 kg m2.The value of nerve conduction velocity NCV is used in the middle value, with thelower limit of the fiveth percentile and the upper limit of the ninety five percentile.The value of motor KHS at n.medianus 60 50 73,2 m s, n.ulnaris 66.6 53 80 m s, on n.radialis 67 48,1,81,8 m det. n.peroneus 55 39,6,69,8 m s, n.tibialis 59,5 46,5,75 m s. The results of sensory examination, obtained sensory KHS atn.medianus 66.3 49.6 83 m s, n.ulnaris 52 41,5 70 m s, n.radialis 46,7 38.4 59 m s. n.peroneus superfisialis 62 44 82 m s, on n.suralis 62 48 79 m s. Conclusion The normal value of motor neural conduction velocity in n.medianus ge 50 m s, n.ulnaris ge 53 m s, n.radialis ge 48 m s, n.peroneus ge 40 m s, n.tibialis 46 m s. In the sensory nerves is obtained nerve velocity n.medianus ge 50 .m s, n.ulnaris ge 41 m s, n.radialis ge 38 m s, n.peroneus superfisialis ge 44 m s, n.suralis ge 48 m s.
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adiningsih Srilestari
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang

Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya penanggulangan dilakukan terutama untuk mencegah komplikasi yang sering berakibat fatal. Salah satu cara penanggulangan yang dapat dilakukan adalah cara tradisional pijat refleksi, namun efektifitas cara ini belum pernah dilaporkan.

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat refleksi terhadap penderita Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM) terkendali.

Metode penelitian

Uji klinik ini dilakukan secara acak, tersamar tunggal ("single blind, randomized clinical trial pada 66 penderita rawat jalan di Poliklinik Endokrin RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penderita adalah pasien NIDDM yang terkendali ( kadar glukosa darah stabil selama 2 bulan terakhir ) dengan Obat Hipoglikemik Oral, diet dan latihan jasmani, namun kadar glukosa darah belum dapat diturunkan sampai batas normal. Penderita dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi mendapat regimen pengobatan yang selama ini didapat, ditambah dengan tindakan pijat refleksi pada area pankreas yang terletak di telapak tangan dan telapak kaki. Kelompok kontrol mendapat regimen yang sama ditambah dengan pijat refleksi bukan pada area pankreas, yaitu pada bagian lateral kaki. Pijat refleksi dilakukan dengan alat khusus dari tembaga berujung tumpul. Tekanan diberikan sebesar 3 kg/cm2 untuk telapak tangan dan 5 kg/cm2 untuk telapak kaki.

Hasil penelitian

Dari penelitian didapat bahwa pada kelompok intervensi setelah mendapat pijat refleksi 5 kali, kadar glukosa darah puasa menurun sebesar 11,7 mg % (116,2 mg % menjadi 104,8 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 8,6mg % (113,0 mg % menjadi 121,6 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar gukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 5 kali, pada kelompok intervensi menurun 3 mg % (144,8 mg % menjadi 141,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 17,7 mg % (145,4 mg % menjadi 163,1 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar glukosa darah puasa setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 21,3 mg % (116,2 mg % menjadi 94,9 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 2,3 mg % (113,0 mg % menjadi 115,3 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Hadar glukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 15 mg % (144,8 mg % menjadi 129,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 13,0 mg % (145,4 mg % menjadi 158,4mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005).

Kesimpulan

Disimpulkan bahwa pijat refleksi pada area pankreas dapat menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna dibandingkan dengan pijat refleksi di luar area pankreas pada penderita NIDDM terkendali. Metode ini dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif tambahan pada pasien NIDDM terkendali, disamping pengobatan baku yang diberikan.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Simanjuntak, Saida
Abstrak :
The health services of emergency care unit is considered as one of the quality indicators of hospital services because this unit provides a specialized service to the emergency patients continuosly 24 hours a day, therefore the emergency care unit services should be facilitated optimally which is mainly determined by the qualified nursing personnel. In relation to the demand forhigh quality of nursing services, the material and nonmaterial reward system need to be taken into consideration in motivating a better working performance of nurses. Career development as one of important aspects in improving the quality of emergency care at D.Cipto Mangunkusumo National Hospital. The existing performance of nursing personnel is still not adequate and do not meet the standard of nursing care. Based on this sivation ; the research problems was to answer the need of a well established nursing functional career development either through a formal or non formal education as an effort to improve a professional, and high quality of services by providing a safe, quick, and appropriate interventions. This research study utilized a descriptive explorative design with a qualitative research mehtodology. The data was collected using a focus group discussion, interview and observation methods. The research study revealed that the existing training was not as an a part of career development system of nursing staffs, and even there was no career ladder for nurses, as a consequences, the tasks and responsibilities for all nurses were the same. In addition, there was lack of financial support for education and training of nurses. In order to improve the qualtiy of nursing services at the emergency care unit, it s expected and required that the career ladder should be formulated and proposed that all nurses should follow the stages of a standardized career development based on the fuctional levels, so that there will be a clear roles and fuctions for .each emergency care unit nursing persnonnel. Based on the result of this study, it is recommended: 1) to develop a training curriculum; 2) to formulate a training proposal; 3) to conduct a need assessment for education and traning/ and 4) to provide an adequate and appropriate reward, which will optimally facilitate the personal and professional growth for each nursing personnel.
Pelayanan instalasi gawat darurat merupakan tolok ukur kwalitas pelayanan rumah sakit, karena merupakan ujung tombak pelayanan rumah sakit, yang memberikan pelayanan khusus kepada pasien gawat arurat secara terus menerus selama 24 jam setiap han. Karena itu pelayanan di IGD hams diupayakan seoptimal rnungkin. Untuk itu diperlukan kualitas SDM profesional termasuk tenaga keperawatannya. Sehubungan dengan tuntutan kualitas pelayanan tersebut aspek penghargaán baik material maupun non. material merupakan aspek penting untuk mendorong motivasi kerja perawat. Pengembangan karidr adalah salah satu aspek yang terpenting dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa sampai saat mi kemampuan SDM keperawatan yang ada belum themadai, bilum sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan dalain penelitian mi adalah belum terlaksananya pengembangan karier fungsional keperawatan yang berkesinambungan baik melalui pendidikan formal maupun tidak formal dalam upaya meningkatkan pelayanan yang profesional, berkualitas, aman dan nyaman. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam dan observasi. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pelatihan yang dilakukan belum merupakan bagian dari pengembangan karier staf, sertajenjang karier perawat belum ada, sehingga tugas dan tanggung jawab untuk semua perawat sama. Demikian juga tentang penyediaan dana untuk pendidikan dan pelatihan terbatas. Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatann di IGD, maka IGD diharapkan mampu merumuskan jenjang kanier keperawatan, dengan usulan semua perawat melewati fase-fase yang telah ditentukan sesuai peringkat fungsi, sehingga akan memberikan kejelasan peran dan fungsi untuk setiap tenaga keperawatan di IGD. Saran penelitian adalah pembentukan tim pengembangan keperawatan untuk 1) menyusun kurikulum; 2) menyusun proposal; 3) mengkaji kebutuhan pendidikan dan pelatihan; 4) pemberian penghargaan yang memadai, sehingga tenaga keperawatan dapat mengembangkan profesinya dengan optimal.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Qoulan Karima
Abstrak :
Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak diantara wanita Indonesia. Pada tahun 2013, belum diketahui faktor apa yang berhubungan dengan kanker payudara pada pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kanker payudara. Desain studi yang digunakan adalah kasus kontrol. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diambil dari pasien rawat jalan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo khususnya dari poli bedah. Sampel terdiri dari 117 kasus kanker payudara dan 119 kontrol (pasien lain di poli bedah yang tidak menderita kanker payudara). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko kanker payudara pada umur 35-44 tahun (OR=3,370, 95% CI=1,390-8,170), dan 45-54 tahun (OR= 3,690, 95% CI=1,558-8,739) dibandingkan umur <35 tahun, umur menarche <12 tahun (OR=2,962, 95% CI=1,352-6,488) dibandingkan ≥12 tahun, adanya riwayat keturunan kanker payudara (OR=3,035, 95% CI=1,286-7,165) dan adanya keluarga tingkat 1 yang menderita kanker payudara (OR=3,854, 95% CI= 1,031-14,411) dibandingkan tidak ada riwayat keturunan kanker payudara sama sekali. Sementara itu efek protektif yang signifikan melindungi kanker payudara adalah menyusui anak selama ≥6 tahun (OR= 0,419, 95% CI=0,202-0,868) dibandingkan menyusui anak selama <2 tahun. Perlu adanya peningkatan promosi kesehatan mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kanker payudara kepada masyarakat. ...... Breast cancer is the most common cancer among women in Indonesia. In 2013,it remains unknown factors that cause breast cancer on patients of Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo. The purpose of this study is to determine what factors are associated with breast cancer. Study design was case-control. Data were collected using questionnaires from the unhospitalized patients RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo especially in Department of Surgery. Sample of 117 breast cancer cases and 119 control (other unhospitalized patients in Department of Surgery does not have breast cancer) were recruited. The results found increasing risk due to age of 35-44 (OR=3,370,95% CI=1,390-8,170), and age of 45-54 (OR= 3,690, 95% CI=1,558-8,739) compared to age of <35, age at menarche of <12 (OR=2,962, 95% CI=1,352-6,488) compared to age at menarche of ≥12, family history of breast cancer(OR=3,035, 95% CI=1,286-7,165) and family history of breast cancer in first degree relatives (OR=3,854, 95% CI= 1,031-14,411) compared to them with no family history of breast cancer. Meanwhile the significant protective effect that protect breast cancer is breastfeeding for ≥6 years (OR= 0,419, 95% CI=0,202-0,868) compared to breastfeeding for <2 years.There is need to increase health promotion regarding the factors associated with breast cancer to the public.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Monique
Abstrak :
Berdasarkan laporan WHO 2013, kasus TB ekstra paru di Indonesia mengalami peningkatan dari 14.054 tahun 2012 menjadi 15.697 tahun 2013. Salah satu rumah sakit yang mencatat adanya peningkatan kasus TB ekstra paru adalah RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan TB ekstra paru pada pasien rawat inap TB di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2011-2013. Penelitian ini menggunakan rekam medis dengan desain studi kasus kontrol. Sampel penelitian ini meliputi kasus yaitu, pasien rawat inap TB ekstra paru tahun 2011-2013 serta kontrol yaitu, pasien rawat inap TB paru tahun 2011-2013 dengan rekam medis yang tercatat lengkap. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kasus TB ekstra paru tertinggi berdasarkan organ terjangkit adalah TB tulang dan sendi sebesar 60%. Setelah TB ekstra paru dihubungan dengan beberapa variabel, umur < 25 tahun (OR: 19,36; 95% CI: 4,90-76,44) dan 25-50 tahun (OR: 4,40; 95% CI: 1,42-13,62), riwayat DM (OR: 0,08; 95% CI: 0,02-0,37) dan riwayat hipertensi (OR: 0,17; 95% CI: 0,03-0,81) secara statistik memiliki hubungan bermakna dengan TB ekstra paru, tetapi riwayat DM dan riwayat hipertensi menjadi faktor proteksi terhadap TB ekstra paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait faktor-faktor yang berperan terhadap TB ekstra paru, memberikan perhatian khusus kepada pasien yang lebih berisiko dalam diagnosis, serta promosi kesehatan kepada masyarakat agar lebih menyadari bahwa TB dapat menyerang organ lain selain paru-paru yang akan berdampak serius jika tidak ditangani segera, khususnya mereka yang termasuk kelompok berisiko.
Based on the WHO report 2013, extra-pulmonary TB cases in Indonesia have increased from 14.054 in 2012 to 15.697 in 2013. One of hospitals which get an increase of extra-pulmonary TB cases is National Center General Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, so, this study ultimately aims to identify risk factors that associated with extra-pulmonary TB to TB hospitalized patients in National Center General Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 2011-2013. This study is using medical records with the design of case-control study. Samples of this study include the case is extra-pulmonary TB hospitalized patients 2011-2013 while control is pulmonary TB hospitalized patients in 2011-2013. Both case and control must have complete medical records. The results showed that the highest proportion of extrapulmonary TB cases by an affected organ is tuberculosis of bones and joints by 60%. After connecting extra-pulmonary TB with several variables, age < 25 years (OR: 19,36; 95% CI: 4,90-76,44) and 25-50 years (OR: 4,40; 95% CI: 1,42-13,62), history of diabetes (OR: 0,08; 95% CI: 0,02-0,37) and history of hypertension (OR: 0,17; 95% CI: 0,03-0,81), they statistically had significant association with extra-pulmonary TB, but a history of diabetes mellitus and a history of hypertension be protective factors against extra-pulmonary TB. Therefore, it is advisable to do further research related to the factors that contribute to extra-pulmonary TB, giving special attention to patients who are more at risk in making the diagnosis, and doing health promotion to the public to be more aware that TB can affect other organs beside the lungs that would have a serious impact if it is not treated promptly, especially for the risky ones.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Dystra Maharani
Abstrak :
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo bertujuan agar calon apoteker mampu memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan kefarmasian khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya. Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di Rumah Sakit dan memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan berjudul monitoring efek samping obat pada pasien rawat inap RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode bulan Februari-Maret tahun 2016 bertujuan untuk melakukan monitoring efek samping obat golongan anti platelet, antikoagulan antibiotik (aminoglikosida) dan insulin pada pasien rawat inap.
Profession Internship at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo aimed next generation pharmacists are able to understand the duties and responsibilities of phamacists in particular and health care in general, as well as to do pharmaceutical practices in accordance with statuory provisions and ethics, have insight, knowledge, skills and practical experience to carry out pharmaceutical practice in hospital and have real visions about issues in pharmaceutical practice and learn the strategies that can be done for development of pharmaceutical practice. Spesific assignment entitled monitoring of adverse drug reactions in hospitalized patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo aimed to monitor adverse drug reactions from antiplatelet, anticoagulant, antibiotics (aminoglycosides) and insulin in hospitalized patients.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wulandari
Abstrak :
Praktek Kerja Profesi (PKPA) dilaksanakan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Kegiatan PKPA ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang semua aspek pelayanan farmasi di rumah sakit dan menentukan penerapan pelayanan farmasi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Selain itu praktek ini juga bertujuan untuk mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan farmasi untuk menghadapi dunia kerja.
Pharmacists Professional Practice (PKPA) implemented in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. PKPA activity is aims to increase knowledge and insight on all aspects of pharmacy services in the hospital and determine the application of pharmacy services in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo beside that this practice aim to know and understand the roles and responsibilities of pharmacists in the pharmaceutical care to face the real working world.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Mercurius Pebriasari
Abstrak :
Praktek kerja profesi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dilaksanakan selama dua bulan dimulai dari Oktober 2016 hingga November 2016. Tujuan dilaksanakannya praktek kerja profesi ini adalah agar calon apoteker mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinis. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, sedangkan pelayanan farmasi klinis yang belum dilakukan adalah pemantauan kadar obat dalam darah PKOD.
Internship at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital was held two months started at October 2016 until November 2016. This internship was intended to make apothecary students understand about roles and responsilibities of pharmacist in hospital, understand about managerial activities of pharmaceutical products, medical devices and single use medical tools and also giving pharmaceutical care. Moreover, managerial activities pharmaceutical products, medical devices and single use medical tools in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital are appropriate with Regulation of Minister of Health No. 58 Year 2014 about Standarization of Pharmaceutical Care in Hospital. Clinical pharmacy activities in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital that have not done is monitoring of drug levels in blood.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>