Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irfan Kurnia
"Rumah Sakit "X" sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dituntut untuk senantiasa meningkatkan dan mengembangkan pelayanannya baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Peningkatan kuantitas pelayanan antara lain dilakukannya penambahan jumlah tempat tidur, kamar perawatan maupun unit-unit pelayanan baru. Sedangkan peningkatan kualitas dilakukan melalui program pendidikan dokter, paramedis, penambahan peralatan kedokteran dan lain sebagainya. Konsekuensi dari tuntutan peningkatan pelayanan kesehatan tersebut adalah bahwa Rumah Sakit "X" memerlukan dana operasional yang besar. Kenyataannya sebagai rumah sakit swasta tentu dituntut untuk swadana dalam arti harus mampu untuk membiayai sendiri semua biaya operasionalnya, sehingga menjadikan tarif yang dibebankan kepada pasien menjadi sumber dana utama untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Mengingat masalah rumah sakit menyangkut kepentingan rakyat banyak, maka tidaklah mengherankan apabila pemerintah masih memberikan pembatasan dalam hal penentuan tarif. Sebagai akibatnya Rumah Sakit "X" tidak dapat semaunya dalam menentukan tarif yang dibebankan kepada pasien untuk masing-masing kelas, yaitu untuk kelas I, II dan kelas III. Untuk kelas-kelas tersebut Kanwil Departemen Kesehatan DKI Jakarta telah menentukan plafon tarif atas dasar masukkan dari IRSJAM. Dari sini nampak adanya tantangan yang dihadapai oleh rumah sakit-rumah sakit swasta khususnya Rumah Sakit "X" , yaitu keterbatasan dana untuk menjalankan usahanya. Menghadapi tantangan dana tersebut, pihak manajemen rumah sakit harus pandai-pandai mencari dan memperbanyak alternatif sumber pendapatan, mengelola dana yang didapat, melakukan perencanaan dan pengendalian secermat mungkin dalam hal pengeluaran baik yang sifatnya investasi maupun yang bersifat operasional. Salah satu upaya yang selama ini dilakukan oleh Rumah Sakit "X" untuk mengatasi keterbatasan sumber pendapatan karena adanya pembatasan tarif dari pemerintah tersebut adalah pihak manajemen telah membebankan tarif yang relatif tinggi kepada pasien yang mampu, yaitu pasien yang dirawat dikelas VIP dan kelas Utama. Tujuannya adalah untuk mensubsidi kepada kelas-kelas yang tarifnya telah ditentukan oleh pemerintah. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas tentu saja Rumah Sakit II XI, memerlukan perangkat manajemen yang dapat digunakan sebagai alat perencanaan dan pengendalian, sehingga pihak manajemen akan dapat menentukan tarif minimum yang harus dibebankan kepada pasien atau sebagai alat pengendalian biaya, sehingga diharapkan Rumah Sakit "X" dapat berkembang atau minimal mempertahankan kelangsungan operasionalnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Akmalia
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26504
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kemas Nazaruddin
"ABSTRAK
Farmasi Rumah Sakit adalah salah satu bagian yang penunjang dan menyempurnakan semua pelaksanaan fungsi Rumah Sakit terutama dalam menunjang pelayanan penderita. Telah dilakukan penelitian dengan cara survey dan wawancara langsung di Farmasi Rumah Sakit dari Rumah Sakit di Jakarta, untuk mengetahui secara dekat mengenai pola distribusi obat dan alat kesehatan, sebagai salahsatu aktivitas Farmasi Rumah Sakit. Hasil penelitian 1. Farmasi Rumah Sakit hanya akan berfungsi dengan baik dan tepat jika ditunjang oleh unsur-unsur manajemen, organisasi, fasilitas, sarana, personalia, sistim distribusi dan unsur-unsur lainnya yang sesuai dan tepat tanpa melupakan Rumah Sakit sebagai induknya. 2. Menciptakan satu sistem dan prosedur dalam penggelolaan Farmasi Rumah Sakit yang harus memenuhi pelayanan cepat dan tepat, memerlukan suatu metode yang khas dengan memperhatikan pelbagai faktor intern dan ekstern Rumah Sakit. 3. Sistem distribusi obat dan alat kesehatan yang digunakan di ke 4 Rumah Sakit yang di survey adalah kombinasi antara "Individual Prescription Order System " dengan Complete Floor Stock System yang sudah dimodifikasi sesuai dengan kondisi masing-masing Rumah Sakit, Dua Rumah Sakit diantaranya selin memakai sistem tersebut diatas, juga menerapkan sistem dosis unit yang disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S31793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Novianty
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
TA1759
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Juliati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah M. Zaki
"Salah satu indikator dari mutu pelayanan bagian bedah adalah lama hari rawat pasien bedah tertentu.
Dari hasil pengamatan sebelumnya diketahui, bahwa lama hari rawat untuk pasien bedah Appendicitis di Rumah Sakit Islam Jakarta tahun 1993 cukup tinggi,yaitu 6.6 hari dengan SD 3.4.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien bedah Appendicitis di Rumah Sakit Islam Jakarta.
Metode penelitian adalah cross sectional dengan memakai data sekunder,yang diambil dari sampel dengan No kode ICD 540.9 (Appendicitis Acut) dan No kode 542 ( Appendicitis Kronis ) yang dirawat di kelas I,II dan III, selama Th 1993.
Analisa statistik menggunakan bantuan komputer dengan memakai program Epi Info 5.01 B yang di disain oleh WHO dan C D C (center for disease control).
Dari hasil penelitian ditarik kesimpulan bahwa ada 4 faktor yang berasal dari faktor input (jenis penyakit dan diagnosa dasar ),faktor proses (dokter operator) dan faktor lingkungan (kelas perawatan pasien) yang berhubungan dengan lama hari rawat.
Sedangkan 4 faktor lainnya yaitu faktor umur, jenis kelamin, penjamin biaya rawat dan sifat operasi tidak dapat di buktikan berhubungan.
Jenis penyakit Appendicitis Kronis, yang mendapat tindak bedah, lama hari rawatnya lebih panjang dibandingkan dengan jenis penyakit Appendicitis Acut.
Pasien dengan diagnose dasarnya lebih dari satu, pada tindak bedah Appendik, lama hari rawatnya lebih panjang daripada pasien dengan diagnose dasarnya tunggal hanya Appendicitis saja.
Dokter operator tamu, merawat pasien lebih lama daripada dokter operator tetap (Fulltimer) Rumah Sakit.
Sedangkan lama hari rawat pasien bedah Appendik di ruang perawatan kelas III, lebih panjang dibandingkan dengan pasien yang di rawat di ruang perawatan kelas I dan II.
Diharapkan dari hasil penelitian dan saran saran yang disampaikan, dapat membantu peningkatan kualitas pelayanan pasien rawat inap pada umumnya dan pasien bedah khususnya di Rumah Sakit Islam Jakarta

One of the indicators that show the quality of cares in surgery division is the patient's post surgical length of stay in the hospital.
Previous observations showed that the length of stay of appendectomy cases at Rumah Sakit Islam Jakarta in 1993, averaging 6.6 days, with standard deviation 3.4 days, was relatively high.
This study aims at finding out information providing some ideas on the factors related to the length of stay of appendectomy patients at Rumah Sakit Islam Jakarta.
The study employs cross sectional method using secondary data from samples code numbered ICD 540.9 (Acute appendicitis) and ICD 542 (Chronic appendicitis) who were hospitalized in the first, second and third classes during 1993 period.
The statistical analysis uses Epi Info 5.01 B computer program designed by WHO as well as CDC (Centre for disease control).
The study shows that there are four factors influencing the length of stay of appendectomy patients at Rumah Sakit Islam Jakarta:
a. The input factor
1. Type of disease
2. Basic diagnoses
b. The process factor
3.The surgeons
c. The environment factor:
4. Class of hospitalize
The other four factors, age, sex, cost of care guarantor and type of operation are not proven to have significant correlation.
The length of stay of chronic appendicitis is longer than that of acute appendicitis.
Appendectomy patient originally diagnosed as having complication will have a longer stay at the hospital than a patient diagnosed with appendectomy only.
The part timer or visiting surgeons tend to keep their patients longer at the hospital, than the fulltime doctors.
The length of the hospital stay for patients in lower classroom (third class) is longer than that in the higher class, the first and second classes.
It is expected that the study results and suggestions provided, will be able to improve the quality of service of surgical patients at Rumah Sakit Islam Jakarta.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Susilowati Sorohadmojo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradnya Paramita
"Tujuan: Tujuannya mendapatkan model kompetensi manajer puncak RS Swasta se JABODETABEK, 2010. Kompetensi ini akan menjadi ciri kualitas untuk kinerja yang unggul dari manajer puncak RS yang digunakan di seluruh proses manajemen kinerja yang terkait fungsi SDM di RS.
Desain / metodologi / pendekatan: Penggunaaan metode delphy, dan analisis KJ dikombinasikan dengan wawancara pemilik dan para pakar untuk memproses pengembangan model kompetensi. Dengan menggunakan analisis jalur dari manajer puncak RS dari 165 RS Swasta se JABODETABEK diperoleh model akhir dari kompetensi manajer puncak RS Swasta yang dapat digunakan untuk penerimaan mereka dalam memimpin serta mengelola RS.
Temuan: Kompetensi teridentifikasi oleh lima variabel keterampilan, sikap, tujuan, sifat dan pengetahuan dengan sepuluh subvariabel yaitu kepemimpinan, manajemen tim, manajemen perubahan, hubungan personal, karakter, fokus pada hasil, komunikasi, komitmen manajemen, manajemen projek, kemampuan diri.
Penelitian keterbatasan / implikasi: Jumlah kepustakaan mengenai kompetensi manajer puncak serta keterbatasan waktu manajer puncak RS dan peneliti, maka penelitian perlu dilanjutkan para peneliti selanjutnya.
Implikasi Praktis: Penelitian memberikan gambaran yang berguna dari konsep manajemen kinerja dan merangkum kekuatan dan kelemahan kompetensi manajemen berbasis kinerja.
Orisinalitas/nilai: Penelitian menyajikan gambaran tentang manajemen kinerja berbasis kompetensi seperti yang diterapkan di luar negeri sesuai dengan kepustakaan dan dipayungi dengan peraturan UU No. 44, 2009 tentang RS dan Peraturan MENKES No.971/Menkes/Per/XI/2009 tentang standar kompetensi pejabat struktural kesehatan. Kompetensi inti yang menjadi ciri kualitas yang diperlukan untuk kinerja yang unggul dari staf perpustakaan dijelaskan.

Purpose: the purpose of this research is to find a competency model for top-level managers of private hospitals in Jabodetabek, 2010. This competency will become the quality requirements for high performance of top-level hospital managers used in every performance management process related to the function of human resources in hospitals.
Design/methodology/approach: Using the delphy approach and KJ analysis combined with interviewing the owners and experts on competency development process. By using pathway analysis of top-level hospital managers from 165 private hospitals in Jabodetabek, we obtained a final model. obtained a final model of the competence of top managers of private hospitals. This model can be used for their acceptance in leading /managing the hospital.
Findings: Competence is identified with five variables skills, attitude, purpose, behavior and knowledge with ten sub-variables which are leadership, team management, change management, personal relationship, character, focus on results, communication, management commitment, project management, self capacity.
Research limitations/implication: The number of literature review on competencies of top-level managers as well as time limitations of top-level hospital managers and the researcher, thus the research needs to be continued by the next researchers.
Practical implication: The research provides a useful overview of the performance management concept and summarizes the strength and weaknesses of performance-based management.
Originality/value: The research provides an overview of competency-based performance management as implemented abroad according to literature review and is under the umbrella of Law No. 44 year 2009 on Hospitals and MENKES Regulation No. 971/Menkes/Per/XI/2009 on competency standard of medical structural official. The core competency that becomes the quality criteria needed for top performance from the library staff is explained.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
D1346
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrianeta
"Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehattm memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempeteepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, karena rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan yang padat pakar dan teknologi. Rumah Sakit Tugu lbu sebagai salah satu unit pelayanan kesehatan di Kota Depok, telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah dalam memenuhi slandar pelayanan dengan adanya status "Akreditasi Penuh Tingkat Dasar". Pada saat ini jumlah tenaga Rumah Sakit Tugu Ibu sebanyak 4ll orang tenaga medis 68 Ornng,tenaga Perawat & bidan 161 Orang, tenaga non perawat 29 Orang, dan Tenaga pemmjang & prakarya 59 Orang dan tennga non medis sebanyak 120 orang.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian opernsional yang dilakukan tiga tahapan yaitu : tahap Input stage, Macthing Stage dan Decision Stage tahapan pertama dalam adalah melakukan analisa lingkungan ekstemal dan internal. Tahapan kedua adalah melakukan penentuan posisi sttategis (positioning) dan penetapan alternatif strategi (matching) dengan menggunakan matriks TOWS dan IE matrik. Pada tahapan ketiga ndalah melakakan penetapan strategi terpilih dengan menggunakan QSPM. Tahapan terakhir adalah pembuatan plan of action.
Hasil penelitian menunjukkan Rumah Sakit Tugu, dengan menggunakan Matrix TOWS berada pada Quadrac Fit-It lntemal, Sadangkan dengan menggunakan Matriks IE berada pada posisi Hold and Mantain. Hasil yang didapatkan pada tahap Matching stage dengan menggunakan Matriks TOWS dan Matriks IE menghasilkan sebagai alternatif strategi yang direkomendasikan adalah product develpment.
Berdasarkan faktor eksternal dan internal Rumah Sakit tugu Ibu, maka peneliti meugusu!kan tiga strategi yang dikembangkan untuk rumah Sakit Tugu !bu. Dengan menggunakan strategi pengembangan produk, make peneliti mengusulkan 3 strategi pengembangan. BerdasarkanQSPM Matrix menghasilkan pengembangan produk rawat jalan sebagai perioritas utama yang harus dikembangkan.
Agar strategi Terpilih dapat dilaksanakan, maka harus adanya implementasi dalam bentuk program kerja tahunan, kemudian dilakukan evaluasi oleh pihak manajemen Rumah Sakit Tugu lbu.

A hospital as one of health service facilities has a strategic role in which fastening the increase of health status of Indonesian people since the hospital is a health facility of complete of expert and technology. The Tugu ibu Hospital as a community health service in Depok City has achieved an acknowledgement from the government in completing a standard of service as "Akreditasi Penuh Tingkat Dasar'' (fully accredited in the basic level), At present, the number of employee in the Tugu Ibu Hospital are 411 persons, consists of 68 medical staffs, 161 nurses and midwives, 29 non-paramedics59 supporting staffs, and 120 non medical staffs.
The study used operational research method that conducted through 3 (three) stages such as input stage, matching stage, and decision stage. rn the first stage was conducted internal and external environment analysis. The second was determined the strategic position (positioning) and the strategic alternative (matching) using TOWS matrix and IE matrix. The third stage was determined chosen strategic using QSPM. In the last stage was making a plan of action.
The study showed that the Tugu lbu Hospital was in Fit-It internal Quadrant using TOWS Matrix. While using IE Matrix, the hospital was in Hold and Maintain Quadrant In the matching stage that using TOWS Matrix and IE Matrix, resulted product development as recommendation for strategy alternative.
According to internal and external analysis of the Tugu lbu Hospital, it was recommended 3 (three) strategies that should he developed in the hospital. With produced development strategy there were 3 (three) development strategies as recommendation. As according to QSPM Matrix, ambulatory product development was determined as a main priority that should be developed.
In order to the chosen strategy could be conducted by management of the Tugu 1hu Hospital, the implementation such as annual work program and the evaluation should be carried out.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21032
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Anggraeni
"Perubahan pola pembiayaan dari fee for service menjadi pola INA- CBGs menjadi peluang sekaligus ancaman bagi rumah sakit. Peluang muncul jika rumah sakit dapat menjalankan program JKN-KIS (Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat) secara efektif sehingga klaim bernilai positif, sebaliknya JKN-KIS berubah menjadi ancaman jika pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit tidak efektif dan efisien (Mardiah and Rivany, 2017). Oleh karena itu casemix dan casemix index menjadi parameter yang penting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui capaian casemix dan casemix index RS serta hubungan karakteristik RS, karakteristik pasien dan kapasitas RS terhadap casemix dan casemix index RS. Penelitian ini menggunakan data klaim yang diajukan RS kepada BPJS Kesehatan, data terkait kapasitas RS didapatkan dari RS. Analisis dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian terdapat hubungan signifikan pada variabel kelas RS D terhadap RS kelas RS B, variabel BOR RS, jumlah tempat tidur intensif, jumlah kasus dengan alat canggih di rawat inap, proporsi kelas rawat 3, proporsi severity level 3 dan proporsi BP dengan casemix rawat inap. Terdapat hubungan signifikan pada variabel kelas RS, jenis RS ,kepemilikan RS , BOR RS, jumlah tempat tidur intensif, proporsi kelas 3, proporsi severity level 3, proporsi BP dan proporsi perempuan dengan casemix index rawat inap. Terdapat hubungan signifikan pada variabel kelas RS D terhadap kelas RS B ,kepemilikan RS, variabel proporsi perempuan, jumlah kasus dengan alat canggih di rawat jalan,proporsi lansia dan proporsi BP terhadap casemix rawat jalan. Terdapat hubungan signifikan pada variabel kepemilikan RS, proporsi perempuan, proporsi BP, jumlah kasus dengan alat canggih di rawat jalan dan jumlah ruang operasi dengan casemix index rawat jalan.

The change in financing patterns from fee for service to the INA-CBGs pattern is both an opportunity and a threat for hospitals. Opportunities arise if hospitals can run the JKN-KIS (National Health Insurance-Healthy Indonesia Card) program effectively so that claims are positive, otherwise JKN-KIS turns into a threat if the services provided by the hospital are not effective and efficient (Mardiah and Rivany, 2017). Therefore casemix and casemix index are important parameters. The aim of this research is to determine the hospital casemix and casemix index achievements as well as the relationship between hospital characteristics, patient characteristics and hospital capacity on hospital casemix and casemix index. This research uses claim data submitted by hospitals to BPJS Health, data related to hospital capacity is obtained from the hospital. Analysis was carried out univariate, bivariate and multivariate using multiple linear regression. The results of the research showed a significant relationship between the hospital class D variable and the hospital class B variable, the hospital BOR variable, the number of intensive beds, the number of cases with advanced equipment in inpatient care, the proportion of treatment class 3, the proportion of severity level 3 and the proportion of BP with inpatient casemix. There is a significant relationship between the variables of hospital class, type of hospital, hospital ownership, hospital BOR, number of intensive beds, proportion of class 3, proportion of severity level 3, proportion of BP and proportion of women with inpatient casemix index. There is a significant relationship between the variable hospital class D andhospital class B, hospital ownership, the variable proportion of women, the number of caseswith advanced equipment in outpatient care, the proportion of elderly people and the proportion of BP to outpatient casemix. There is a significant relationship between the variables of hospital ownership, proportion of women, proportion of BP, number of cases with advanced equipment in the outpatient setting and number of operating rooms with theoutpatient casemix index."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>