Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yenny Lisanova Catherina
Abstrak :
Dalam upaya meminimalkan kerusakan lingkungan akibat pembangunan, maka dikembangkan konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Salah satu instrumen penglolaan lingkungan hidup yang digunakan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan lingkungan adalah AMDAL. Setelah lebih dari tujuh belas tahun AMDAL berjalan Yaitu sejak diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986, banyak pihak merasa bahwa AMDAL belum menjadi instrumen yang efektif untuk mengendalikan dan mencegah dampak lingkungan. Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1 99 tentang berpengalamannya dan belum memadai SDM komisi penilaian dokumen AMDAL Kabupaten/Kota. Berdasarkan hal-hal tersebut maka sejak awal perlu dilakukan evaluasi terhadap dokumen AMDAL yang dihasilkan. Evaluasi mutu dilakukan dengan uji kriteria mutu dokumen AMDAL (Asdep Urusan Kajian Dampak Lingkungan, 2002). Pada penelitian ini difokuskan pada uji mutu aspek Konsistensi, Keharusan, dan Relevansi. Tujuan dari uji mutu aspek konsistensi untuk melihat, apakah komponen dampak penting yang tercantum dalam dokumen ANDAL konsisten dengan yang tertuang dalam dokumen KA, dan membandingkan komponen dampak penting yang tercantum dalam Bab Prakiraan Dampak Penting dan Bab Eva/uasi Dampak dari dokumen ANDAL. Uji mutu aspek keharusan dilakukan untuk melihat apakah pelingkupan dampak pentinG yang hasilnya tercantum dalam Bab Ruang Lingkup Studi dokumen KA, telah dilakukan melalui proses konsultasi publik sebagaimana diwajibkan oleh Kep a Bapedal No. 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL, dan apakah pelingkupan telah dilakuk:an melalui preses identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak potensial dan pe usatan dampak penting sebagaimana diamanatkan dalam Kepl Bapedal No. 09 Tahun 000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL. Pada uji mutu keharusan ini juga, akan melihat apakah setiap komponen atau parameter dampak penting lingkungJan yang ditelaah pada Bab Prakiraan Dampak Penting telah diprakirakan besar dampak (magnitude of impacf). Pada bab tersebut, apakatl setiap komponen atau parameter dampak penting lingkungan yang ditetaah,te ah ditetapan sifat penti g dari besar dampak yang tlmbul dengan mengacu pada Kepka Bapedal No. 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai t1kuran Dampak penting Penggunaan ketiga kriteria uji mutu tersebut (uji mutu aspek konsistensi, keharusan, dan relevansi) disebabkan karena ketiga uji tersebut merupakan kriteria-kriteria uji yang paling mendasar dalam studi AMDAL, dan ketiga uji mutu tersebut lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan kriteria uji yang lain, atau dengan kata lain ketiga kriteria uji tersebut tidak diperlukan penilaian yang mempunyai tingkat kepakaran tinggi. Teknik pengambilan sampel cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak berkelompok, yang dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap , peneliti menginvetaris Komisi Penilai AMDAL Kabupaten yang telah terbentuk, yaitu ada 86 Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota. Tahap II, dari Komisi Penilai AMDAL yang telah dibentuk, peneliti menyeleksi lagi berapa komisi yang telah menyetujui dokumen AMDAL, tercatat ada 24 Komisi Penilai AMDAL p nilai. Tahap ill, dari 24 Komisi Penilai AMDAL yang telah menyetujui dokumen AMDAL, kemudian peneliti melakukan penyeleksian Komisi Penilai AMDAL abupaten/ ota yang ada di Jawa dan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota ang b rada di Luar Jawa. Dari hasH seleksi ada 4 Komisi Penilai AMDAL Kabupaten di Jawa dan 10 Komisi Penilai AMDAL di Luali Jawa, dan tahap N, berdasarkan pertimbangan kelengkapan dokumen AMDAL (Dokumen KA, ANDAL, RKL, BPL) dan berdasarkan minimal pengambilan sampel P,enelitian representatif menurut Chounnan adalah 30°/o, maka peneliti mengambil secara acak 5 dokumen AMDAL yang di nilai Komisi Penilai AMDAL di Jawa dan 5 dokumen AMDAL yang dinilai omisi Penilai AMDAL Kaupaten/Kota di Luar Jawa. Setelah itu peneliti melakukan evaluasi terhadap mutu ke-10 dokumen AMD'AL yang telah disetujui tersebut dengan uji mutu aspek konsistensi, keharusan, dan relevansi). Kemudian hasil uji terseb t dianaHsis apakah sudah sesuai dengan mut tersebut. Hasil analisis difiarapkan menjadi bahan rekomenclasi ke ada pihak terkait dalam menentukan langkah-langkah perbaikan, baik pada tatanan kebijakan Hasil uji mutu aspek relevansi terhadap ke-10 dokumen yang telah disetujui, terdapat hanya 4 dokumen yang memenuhi uji. Dokumen tersebut adalah Dokumen AMDAL Kegiatan Pembangunan Terminal Purwokerto, yang telah disetujui komisi penilai AMDAL Kabupaten Banyumas; Dokumen AMDAL Kegiatan Penambangan Pasir !aut PT. Perrnata General Utama, Kabupaten Perairan Barat Laut Pulau Pangkil, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten kepulauan Riau, yang telah disetujui komisi penilai AMDAL Kabupaten Kepulauan Riau; Dokumen AMDAL Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Umum Kota Bontang, Propinsi Kalimantan Tlmur, yang telah disetujui oleh Komisi Penilai AMDAL Kota Bontang; Dan Dokumen AMDAL Kegiatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bojong, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogar, Jawa Barat, yang telah disetujui oleh Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Bogar. Hasil uji Pembobotan, yakni menilai doltumen AMDAL be dasarkan uji aspek konsisten, keharusan dan relevansi. Hasil uji memperlihatkan bahwa ke-10 dokumen AMDAL yang diuji tersebut, tidak di apat satupun dari dokumen­ dokumen tersebut yang memenuhi ke-3 uji mutu, baik uji mutu aspek konsistensi maupun uji mutu aspek keharusan dan uji mutu aspek relevansi secara lengkap. Rendahnya mutu dokumen AMDAL dipengarutii banyak faktor. Pada penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi secara umum, yait konsultan atau pemrakarsa pada mumya belum menaati dan melaksanakan masukan/saran perbaikan dari anggota komisi penilai AMDAL. Staf penyelenggara AMDAL kurang eennat dalam mengoreksi kembali dokumen AMDAL. Belum melibatkan warga masyarakat yang terkena dampak dalam sidang komisi secara aktif.
In the frame work of minimizing environmental degradation caused by development, a sustainable develOpment which is orientea to nvironmental concept needs to be implemented. One of environmental management: instruments to achieve it is Environmental Impacts AsSessment (AMDAL). After AMDAL lias been implemented for more than 17 years or since Government Regulation number 29/1986 has been enactedr a lot of parties think that AMDAL has not been an effettive instrument yet to prevent and control the impact on environment of regency levels, namely 48 AMDAL documents. There's concern about the quality of AMDAL documents, since the members of regional commission of assessment don't have much experience. Threrefore, starting from the beginning, the AMDAL documents produced need to be evaluated. The evaluation is done on the criteria test of AMDAL documents (Deputy Assisstent for Environmental Impact Assessment, 2002). This research is focused on test of quality of consistency, necessity, and relevance. The writer takes cluster random sampling carried out in several stages. In the first stage, the writer inventories the existence of 86 regional commission of assessment. In the second stage, the writer: selects more commitees who have approved the AMDAL documents. There are 24 committees. In the third stager the writer selects a regional commission of assessment whether coming from Java or autside Java Islan out of 24 commrtt:ees who have approved the AMDAL documents.The completeness of documents, such as framework of reference (KA), a study ot environmental imfacts (AMDAL), an environmental management plan (RKL) and an environ mental monitoring plan (RPL) are also taken into consi eration. The result of selection process is there are 14 regional ommisslons of a sment from Java and 10 regional commissions of assessment from aotside Java. In the fou rth stage, the writer takes at random 5 AMDAL documents assessed by a regional commission of assessment from Java and 5 AMDAL decuments assessed by a regional commissions of assessment from outside Java Island. The writer evaluates all t e 10 documents focusing on the aspects of consistency, necessity an relevance. Then these test results are analyzed wether a)l the documents are in accordance those quality or not. The results of analysis are expected to be the recommendation points for those who will make improvement, whether on the policy technical matters to promote the qualitY. of AMDAL documents in the years to come.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nurviyandari
Abstrak :
Internet of things (IoT) bertujuan untuk membuat dunia cerdas dimana realita dan virtual bersatu untuk membuat lingkungan pintar dengan cara menyediakan kemampuan lebih pada bidang daya, kesehatan, transport, kota, industri, bangunan dan lainnya dalam kehidupan sehari - hari. IPv6 sudah menjadi standar de-facto untuk aplikasi Internet of Things (IoT) terutama pada sistem automasi perumahan dan bangunan dan LLN adalah salah satu perangkat jaringan sensor nikabel dengan daya rendah yang mendukung IoT. Pada penulisan ini dijelaskan rancang bangun pengembangan dari Routing Protocol for Low Power and Lossy Network (RPL), yang merupakan protokol routing yang menggunakan metode Destination Oriented Directed Acyclic Graph (DODAG) dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja sistem LLN. Desain sistem ini menggunakan penggabungan objective function zero dan algoritma ME trickle bertujuan untuk menurunkan penggunaan daya. Perancangan dan simulasi dilakukan dengan software Contiki OS: Cooja simulator yang merupakan simulator jaringan yang dirancang khusus untuk jaringan sensor nirkabel. Kinerja sistem dievaluasi berdasarkan parameter konsumsi daya, Packet Delivery Ratio, latensi dan Convergence time pada jaringan. Hasil simulasi menunjukan bahwa sistem dengan OF trickle modification dapat mereduksi convergence time hingga 15%, konsumsi daya 8% dan latensi 9%. Sistem ini juga tetap memberikan performa yang efisien dengan rata – rata PDR 93.8%. ......Internet of things (IoT) aims to create a smart world where reality and virtuality unite to create smart environments by providing more capabilities in the fields of energy, health, transportation, cities, industry, buildings and more in everyday life. IPv6 has become the de-facto standard for Internet of Things (IoT) applications, especially in residential and building automation systems and LLN is one of those low power device that support IoT. This paper explains the enhancement design of Routing Protocol for Low-Power and Lossy Networks (RPL), which is a routing protocol that uses the Destination Oriented Directed Acyclic Graph (DODAG) method to improve the performance of LLN system. The system design uses a combination of objective function zero and the ME trickle algorithm aims to reduce power usage. The design and simulation is done with Contiki OS software: Cooja simulator which is a network simulator designed specifically for wireless sensor networks. System performance is evaluated based on parameters of power consumption, Packet Delivery Ratio, latency and convergence time on the network. Simulation results show that a system with OF trickle modification can reduce convergence time by 15%, power consumption by 8% and latency by 9%. This system also continues to provide efficient performance with an average PDR of 93.8%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairuddin Hasyim
Abstrak :
ABSTRAK Seiring dengan makin meningkatnya kegiatan pertambangan batubara di Indonesia yang ditetapkan sebagai primadona ekspor tahun 2000 dan juga sebagai energi alternatif pengganti migas, diikuti pula dengan kerusakan dan pencemaran lingkungan yang ditimbulkannya, maka pengelolaan lingkungan di pertambangan batubara perlu mendapat perhatian khusus. Permasalahan yang muncul pada pengelolaan lingkungan di pertambangan batubara terutama berkaitan dengan kegiatan pengelolaan air limbah, pengelolaan debu, pelaksanaan reklamasi, revegetasi dan pertumbuhan tanaman. Hal ini terlihat dengan banyaknya tanggapan yang muncul di media massa. Salah satu kegiatan dalam dokumen AMDAL adalah Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) yang pelaksanaannya sudah berjalan 9 tahun sejak penelitian ini dilakukan. Kegiatan Pertambangan Batubara dengan kapasitas produksi ~ 200.000 ton/ tahun merupakan salah satu kegiatan wajib AMDAL pada Bidang Pertambangan Umum dan Energi yang juga sebagai salah satu objek Pemantauan Lingkungan (RKL dan RPL) yang dipantau oleh Direktorat Pertambangan Umum. Pada tahun 1995/1996 di Indonesia terdapat 62 buah Perusahaan Tambang Batubara yang telah mempunyai dokumen AMDAL (RKL dan RPL), 16 perusahaan diantaranya telah dilakukan pemantauan secara rutin oleh Direktorat Teknik Pertambangan Umum melalui PIT sejak tahun 1994/1995. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pelaksanaan pengelolaan lingkungan di tambang batubara sesuai RKL dan RPL. Secara khusus untuk melihat seberapa jauh kebijakan, organisasi dan personalia, ketersediaan sarana, prasarana dan biaya berkaitan dengan pengelolaan lingkungan di tambang batubara, serta hubungannya dengan pelaksanaan RKL dan RPL. Hasilnya diharapkan dapat memberikan masukan pada berbagai pihak terutama untuk meningkatkan kinerja pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah crossectional. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Sampel adalah total populasi yaitu 16 tambang batubara yang dipantau secara rutin sejak tahun 1994- 1996 oleh Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT). Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil jawaban kuesioner Kepala Teknik Tambang tahun 1996, isi kuesioner mencakup variabel independen berkenaan dengan kebijakan, organisasi dan personalia, prasarana, sarana, dan biaya. Data sekunder diperoleh dari laporan rutin dari pemrakarsa, dan laporan tahunan dari hasil pemantauan PIT tahun 1994-1995. Untuk melihat besaran masalah dilakukan analisis persentase dan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen digunakan uji statistik Fisher Exact Test (2-tailed) pada a = 0,1. Hasil yang diperoleh ; 1) pelaksanaan pengolahan air limbah, reklamasi dan revegetasi umumnya belum berjalan dengan baik, sedangkan pengelolaan debu dan pertumbuhan tanaman sudah baik. 2) Penyusunan RTKL dan penyampaian laporan rutin umumnya sudah baik. 3) Secara kuantitas tenaga yang tersedia sudah baik tetapi kualitas tenaga ahli yang tersedia masih kurang. 4) Sebagian besar perusahaan telah mempunyai sarana pengolahan air limbah dan debu serta bibit tanaman yang cukup, tetapi sarana untuk pengambilan sampel masih kurang. Umumnya biaya yang tersedia untuk pengelolaan lingkungan masih terbatas. 5) Dari hasil uji statistik terlihat bahwa Penyampaian laporan rutin (kebijakan) berhubungan dengan pengelolaan air limbah (p-value 0,063), 6) Status tenaga ahli (organisasi dan personalia) berhubungan dengan pertumbuhan tanaman dan pengelolaan air limbah (p-value 0,040 dan 0,063). Masa kerja kepala teknik tambang berhubungan dengan pengelolaan debu (p-value 0,025). 7) Kelengkapan Sarana dan prasarana berhubungan dengan pengelolaan air limbah (p-value 0,088). Ketersediaan biaya berhubungan dengan pengelolaan debu (p-value 0,063). Dari hasil etudi ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan belum sesuai dengan RKL dan RPL yang telah disepakati, terutama pada kegiatan pengelolaan air limbah, pelaksanaan reklamasi dan revegetasi. Untuk terlaksananya pengelolaan lingkungan sesuai RKL dan RPL di tambang batubara perlu perhatian khusus terhadap variabel yang mempunyai daya ungkit besar seperti penyampaian laporan rutin, ketersediaan tenaga ahli, dan pengalokasian biaya.
ABSTRACT The Implementation of Environmental Management and Monitoring Plans (RKL and RPL) in A Coal Mine (An Evaluation Study of 16 Coal Mining Enterprises in Indonesia)In line with the ever increasing coal mining activities in Indonesia, which was determined as the primadona to produce export commodity by the year 2000, therefore, environmental management in the coal mining areas need special attention. It became imperative, since coal is the energy alternative replacing oil gas and the cause of environmental pollution that followed during the mining activities. The issue emerged in environmental management in coaltation management activities. Such can be seen in the many responses emerging in the mass media. One of the activities in the AMDAL Document is the RKL (Environmental Management Plan) and RPL (Environmental Monitoring Plan), the implementation of which, took place some 9 years since this study was carried out. Coal mining activities which a production capacity >200.000 tons per year constitutes one of the activities that needs an AMDAL study in the field of General and Energy Mining. It is also an object of Environmental Monitoring and Management Plans that are monitored by the General Works Directorate. In 1995/1996 there were in Indonesia some 62 coal mining enterprises that have already AMDAL documents (RKL and RPL). Sixteen of them were monitored routinely by Technical Directorate of General Mining by way of PIT since 1994/1995. The objectives of this study are to know the factors that influence the level of Environmental Management implementation at the coal mine, in accordance with the pre-scribed RKL and RPL. Specifically, it is to see how far the policy, organization and personalia, availability of infra-structure and cost that relate to environmental management in the coal mine and interactions with the implementation of RKL and RPL. The result expected is to provide input to the various parties, especially to increase the activities in environmental management and monitoring. The design of this study is cross-sectional. This study is descriptive in nature. The sample taken is the total population, namely 16 coal mines that are routinely monitored since'1994-1996 by the Mining Inspection Implementor (PIT). The data collected covers primary and secondary data. Primary data was obtained from the responses of the 199S mining technical, chief questionnaires. The questionnaire content includes independent variables relating to policies, organization and personalia, infra-structure and facilities and cost. Secondary data was obtained from routine reports of proponent and annual report of PIT's monitoring results of 1994-1995. To get the issues' magnitude, thence, percentage analysis was undertaken. To see the association between dependent and independent variables, the Fisher Exact Test (2-tailed) was used at alpha = 0,1. The results obtained were: 1) The implementation of waste water processing, reclamation and revegetation, in general, do not yet run properly, whereas dust and greenery growth management is good. 2) The formulation of Annual Environmental Management Plan (RTKL) and routine report submission is good. 3) Quantitatively, available manpower is good, but the qualities of available expertise are meager. 4) The majority of enterprises have waste water and dust processing plans as well as sufficient plant seedlings, but the means of sample takings are still wanting. In general, the available fund for environmental management is still limited. 5) Statistical tests showed that routine report (policy) submission is associated with waste water management (p-value 0,063). 6) expertise status (organization and personalia) are associated with greenery growth, and waste water management (p-value 0,040 and 0,008), mining technical chief working years' duration is associated with dust management (p-value 0,025). 7) Infrastructure and facilities' completeness are associated with waste water management (p-value 0,086), availability of funds is associated with dust management (p-value 0,063). From the results of this study, it can be concluded that environmental management and monitoring implementation is not yet in accordance with RKL and RPL already agreed upon, especially in the waste water management, implementation of reclamation and revegetation. The realization of environmental management as stated in the RKL and RPL in the coal mine, special attention need be given to wards the variable has the greatest lever power like routine report submission, availability of expertise and fund allocation.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library