Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mushfar Ferdian
Abstrak :
Teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) 2000 memanfaatkan sistem circuit switch dalam komunikasi suara dan packet switch dalam komunikasi data antara pengguna dan RBS (Radio Base Station). Penanganan terhadap kedua jenis komunikasi tersebut merupakan ukuran yang bisa menunjukkan kehandalan suatu jaringan. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui dan mengoptimalkan performansi dari RBS untuk menangani trafik suara maupun paket data. Performansi dari RBS dapat diketahui dengan cara mengukur parameter performansi RBS pada BSC (Base Station Control). Parameter- parameter ini antara lain berupa set up failure ratio, drop ratio, dan occupancy. Selain itu dihitung pula tren peningkatan trafiknya untuk masa yang akan datang. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan maka diketahui bahwa salah satu cara untuk meningkatkan performansi RBS adalah dengan menyesuaikan pengaturan tiap RBS dengan daerah cakupannya. Penambahan kapasitas perlu segera dilakukan pada beberapa RBS dan belum perlu pada beberapa RBS lainnya. Di sisi lain didapatkan bahwa komunikasi data buruk sedangkan untuk suara sudah cukup baik.
Flexi Radio Base Station (RBS) Performance Analysis of Voice and Trafic on Kota 2 Jakarta Barat Base Station Control (BSC). The CDMA 2000 technology uses circuit switch method to handle voice traffic and packet switch method to handle data traffic between the user and RBS (Radio Base Station). These two parameters can be used to measure performance of the network generally, so it is necessary to optimize them. This paper analyze the performance of RBS by measuring its parameters such as set up failure ratio, drop ratio, and occupancy. Furthermore, the traffic increment is calculated too in order to provide information for improvement in the future. Through the analysis, it is realized that a way to improve configuring it uniquely based on its area of scope. Some RBS need soon, but some others don?t. Beside of that, it is also known that the voice communication effectively while data communication roughly.
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Armin Darmawan
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji sebuah model perancangan pengukuran risiko operasional yang menggunakan ANP sebagai alat dalam penentuan bobot kriteria risiko pada perusahaan pembiayaan konsumen. Identifikasi risiko operasional dengan menggunakan metode Risk Breakdown Structure (RBS) menunjukkan terdapat 21 kelompok risiko dengan 569 item risiko operasional dari 12 departemen yang ada pada operasional cabang PT ABC. Risiko-risiko tersebut kemudian ditransformasi dengan mengacu Basell II Committe dengan sevent event loss categorie dengan 21 kelompok risiko. Dengan responden expert, hasil ANP menunjukkan bahwa risiko kegagalan sistem dan gangguan bisnis merupakan kelompok risiko tertinggi dibanding kategori risiko lainnya. Model strategi penanganan mengadopsi model empat strategi penanganan risiko yaitu risk acceptance, risk avoidance, risk sharing/transfer, dan risk mitigation yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan serta tingkat frekuensi dan dampak yang ditimbulkan. Pola controlling dan monitoring diterapkan dua model strategi yaitu On Going Monitoring (Pemantauan Berkelanjutan) yang penanggung jawabnya melekat pada PIC operasional. Dan yang lain yaitu : Separate Monitoring (Pemantauan oleh Pihak Ketiga : Internal Audit atau External Audit) dalam tiga kelompok yaitu : Self Compliance/Assesment, Internal Audit dan External Audit.
This study examined a model of operational risk measurement design using ANP as a tool in determining the risk criteria weight on consumer finance companies. Identification of operational risk using the Risk Breakdown Structure (RBS) showed there were 21 risk group and 569 items of operational risk from the existing 12 departments at the operational branch of PT ABC. Risks are then transformed by referring Basell II Committee with sevent loss event categories with 21 groups of risk. With expert respondents, ANP results showed that the risk of system failure and business disruption is the highest risk group compared to other risk categories. Model management handling strategies adopted four model risk management handling strategies that is risk acceptance, risk avoidance, risk sharing / transfer, and risk mitigation tailored to the needs and conditions in the field and the level of frequency and impact. The pattern of controlling and monitoring strategies applied two models namely On Going Monitoring (Monitoring Sustainability) that the insurer responsibilities inherent in the PIC operation. And another is: Separate Monitoring (Monitoring by Third Party: Internal Audit or External Audit) in the three groups, namely: Self Compliance / Assessment, Internal Audit and External Audit.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28738
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
A`rasy Fahruddin
Abstrak :
BTS (Base Transceiver Station) merupakan salahsatu bagian penting dalam jaringan telekomunikasi seluler karena menjadi penghubung antar jaringan dan antara jaringan dengan mobile seluler. BTS membutuhkan sistem pendingin untuk mendapatkan temperatur kerja yang optimal dan menjaga komponen elektronik didalamnya agar tidak cepat rusak. Sistem pendingin konvensional menggunakan Air Conditioner (AC) yang masih menggunakan refrigeran R-22 dimana refrigeran jenis ini masih berpotensi merusak ozon. Untuk itu perlu dirancang sebuah pendingin BTS yang lebih ramah lingkungan tidak merusak ozon. Sistem yang dipilih untuk menggantikan sistem pendingin konvensional yaitu sistem pendingin BTS dengan menggunakan Thermoelectric Cooler (TEC). Pada penelitian ini dilakukan perancangan perangkat pendingin yang dikhususkan pada pendinginan lemari Radio Base System (RBS). RBS memiliki fungsi yang penting dalam sistem BTS dan cukup sensitif terhadap temperatur kerja. Pada penelitian ini akan dibuat prototype lemari RBS dengan pemanas elektrik dan empat buah perangkat pendingin thermoelektrik. Masing-masing perangkat terdiri dari 4 dan 6 modul thermoelektrik dengan pendingin udara pada sisi panasnya. Dari hasil pengujian didapatkan temperatur kabin dibawah 39,11oC untuk mendinginkan beban panas maksimum 1615 W dengan pemakaian daya listrik sebesar 454 W.
BTS (Base Transceiver Station) is an important part of mobile telecommunications network which works as an internetwork link and network-mobile phone link. BTS requires a cooling system to mantain optimal working temperature of the electronic components so that the lifetime of those components can be lengthened. Air Conditioner (AC) using refrigerant R-22 is a conventional cooling systems which is still a potential damage to ozone layer. Therefore, it is necessary to environmental friendly cooling base stations. Thermoelectric Cooler (TEC) was proposed as an alternative cooling system. This research focused on the cooling of the Radio Base System (RBS) components. RBS is an important function in the BTS system and quite sensitive to the working temperature. The RBS prototype cabinet with electric heating and four cooling devices thermoelectric has been designed and built. Each cooling device consists of 4 and 6 thermoelectric modules with air cooling on the hot side. The experimental results of the cabin temperature is 39.11°C at maximum heat load 1615 W by using electrical power consumption for cooling of 454 W.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28818
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library