Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meidiarsih Eka Savitri
"Pengelolaan mangrove berkelanjutan memiliki pendekatan multidimensional yakni ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan. Keberlanjutan pengelolaan dapat tercapai jika keempat dimensi tersebut seimbang. Namun, tidak semua daerah dapat mengimplementasikan dimensi keberlanjutan secara seimbang, salah satunya di Desa Kaliwlingi. Tujuan penelitian secara umum untuk menentukan dimensi paling berpengaruh dalam pengelolaan mangrove secara berkelanjutan, sedangkan tujuan khusus untuk menganalisis status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Kaliwlingi ditinjau dari dimensi ekologi, dimensi sosial, dimensi ekonomi dan dimensi kelembangaan dan merekomendasikan konsep keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah multidimensional scaling menggunakan Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries) untuk menentukan status keberlanjutan pengelolaan dilanjutkan dengan metode AHP (Analitical Hierarchy Process) untuk menentukan prioritas alternatif kebijakan. Hasil penelitian status keberlanjutan pengelolaan ekosistem mangrove cukup berkelanjutan dengan nilai total 63,69. Sedangkan nilai masing-masing dimensi cukup berkelanjutan dengan rincian dimensi sosial (73,65), kelembangaan (63,43), ekologi (66,78) dan ekonomi (54,34). Konsep keberlanjutan dengan prioritas melakukan pengawasan dan patroli pengamanan secara berkala, melaksanakan rehabilitasi mangrove dengan penganekaragaman bibit sesuai kondisi geofisik lingkungan, melaksanakan sosialisasi, penyadartahuan dan kapasitas masyarakat sekitar terkait mangrove, dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dengan melakukan diversifikasi produk pemanfaatan mangrove.

Sustainable mangrove management employs a multidimensional approach, encompassing ecological, economic, social, and institutional dimensions. Achieving sustainability in management requires a balanced integration of these four dimensions. However, not all regions can implement sustainability dimensions in equilibrium, as exemplified in the case of Kaliwlingi Village. The general objective of this research is to identify the most influential dimension in sustainable mangrove management. The specific goals include analyzing the sustainability status of mangrove ecosystem management in Kaliwlingi Village from ecological, social, economic, and institutional dimensions. The research aims to recommend a concept for the sustainable management of mangrove ecosystems. The methodology employed in this research includes multidimensional scaling using Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries) to determine the sustainability status of management. This is followed by the Analytical Hierarchy Process (AHP) method to establish priorities. The research findings indicate a reasonably sustainable status for mangrove ecosystem management, with a total score of 63.69. The individual dimension scores are as follows: social dimension (73.65), institutional dimension (63.43), ecological dimension (66.78), and economic dimension (54.34). The recommended concept for mangrove ecosystem management is based on participatory management involving the community with strengthening non-formal community institutions."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Achmad
"Udang vaname merupakan komoditas unggulan dalam perikanan budidaya yang terus meningkat permintaannya. Budidaya udang vaname di Desa Batukaras, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran dilakukan dengan teknologi semi-intensif, penerapan teknologi ini tidak berkelanjutan karena kurangnya fasilitas pendukung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek fisik dan kualitas produksi serta status keberlanjutan juga menentukan strategi prioritas pengelolaan budidaya udang vaname yang berkelanjutan. Analisa status keberlanjutan dilakukan dengan survei dan wawancara dengan pembudidaya selanjutnya diolah dengan metode RAPFISH (The Rapid Appraisal of The Status Fisheries), untuk aspek fisik pengukuran kualitas air dilakukan secara in situ dan pengujian di laboratorium dengan parameter yang diukur yaitu suhu, salinitas, DO, pH, nitrit dan amoniak. Sedangkan penyusunan program prioritas diolah dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) menggunakan perangkat lunak Expert Choice. Hasil penelitian nilai parameter kualitas air untuk suhu, salinitas, pH, DO dan nitrit serta kualitas udang sesuai dengan nilai standar, tetapi parameter amoniak jauh dari batas normal. Tingkat keberlanjutan multidimensi pengelolaan budidaya udang vaname di Desa Batukaras memiliki indeks keberkelanjutan sebesar 60,00 yang berarti cukup berkelanjutan. Pilihan program prioritas utama untuk keberlanjutan budidaya udang vaname yaitu program rehabilitasi infrastruktur kawasan tambak dengan nilai rasio kepentingan sebesar 0,29.

Vaname shrimp is a superior commodity in aquaculture which continues to increase in demand. The farming of vaname shrimp in Batukaras Village, Cijulang Subdistrict, Pangandaran Regency is carried out with semi-intensive technology, the application of this technology is not sustainable due to lack of supporting facilities. This study aims to analyze the physical aspects and the quality of production and the sustainability status also determine the priority strategy for sustainable management of vaname shrimp. Analysis of sustainability status is carried out by surveys and interviews with farmers then processed using the RAPFISH method (The Rapid Appraisal of The Status Fisheries), for physical aspects measurement of water quality is carried out in situ and testing in the laboratory with measured parameters, namely temperature, salinity, DO, pH, nitrite and ammonia. While the preparation of priority programs is processed using the AHP (Analytical Hierarchy Process) method using Expert Choice software. The results of the research are water quality parameter values for temperature, salinity, pH, DO and nitrite and the quality of shrimp according to standard values, but ammonia parameters are far from normal limits. The multidimensional sustainability level of vaname shrimp management in Batukaras Village has a sustainability index of 60.00 which means it is quite sustainable. The choice of the main priority program for the sustainability of vaname shrimp cultivation is the rehabilitation program for fishpond infrastructure with a value ratio of 0.29."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahono Budianto
"Penelitian bertujuan mengetahui beberapa aspek biologi udang yang tertangkap trammel net dan didaratkan di PPS Cilacap (hubungan panjang berat, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, CPUE, dan MSY), menentukan status keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang di Kabupaten Cilacap, dan menentukan strategi pengelolaan secara berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan di PPS Cilacap pada bulan Maret sampai Juni 2012. Metode yang digunakan adalah sample survey terhadap udang yang ditangkap oleh kapal trammel net yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Cilacap. Sedangkan untuk analisis status keberlanjutan menggunakan Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH), dan untuk menyusun prioritas strategi menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (AHP).
Udang jerbung, udang dogol, udang windu, dan udang krosok yang tertangkap dan didaratkan di PPS Cilacap mempunyai sifat pertumbuhan alometrik negatif dengan nilai b < 3, yaitu pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan beratnya. Hasil perhitungan nisbah kelamin menunjukkan udang jerbung jantan lebih lebih banyak daripada udang jerbung betina, sedangkan untuk jenis udang lainnya menunjukan jenis kelamin betina lebih banyak daripada jenis kelamin jantan. Hasil pengamatan TKG menunjukkan bahwa di PPS Cilacap udang jerbung paling banyak ditemukan dengan TKG 4 (27,4%), udang dogol TKG 0 (44,9%), udang windu TKG 0 (53,7%), dan udang krosok TKG 0 (43 %), sedangkan untuk TKG 1, 2, dan 3 lebih sedikit ditemukan. Status keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang di Kabupaten Cilacap adalah dimensi ekologis 83,6 (berkelanjutan), ekonomi 52,15 (cukup berkelanjutan), sosial 58,75 (cukup berkelanjutan), teknologi 93,11 (berkelanjutan), dan etika 53,41 (cukup berkelanjutan). Apabila dilihat secara multidimensi, kegiatan perikanan tangkap komoditas udang dengan alat tangkap trammel net di Kabupaten Cilacap dalam kondisi cukup berkelanjutan (nilai indeks 70,04).
Strategi yang perlu dilakukan dalam pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang di Kabupaten Cilacap berdasarkan skala prioritas adalah 1) Pengaturan zonasi penangkapan udang, 2) Peningkatan akses nelayan terhadap pendidikan, 3) Pengaturan hak kepemilikan dalam pemanfaatan sumberdaya udang, 4) Penentuan ukuran udang yang diperbolehkan ditangkap, 5) Pelatihan cara penanganan hasil tangkapan untuk menjaga mutu, 6) Pengaturan upaya penangkapan udang, 7) Sosialisasi penangkapan ramah lingkungan, 8) Pengembangan alat tangkap yang efisien, 9) Peningkatan peran lembaga terkait, dan 10) Penyusunan peraturan daerah tentang pengelolaan perikanan tangkap komoditas udang.

Cilacap waters has a great fisheries potential resources, especially shrimps. The study aims to know some aspects of the biology of shrimp are caught by trammel net and landed in the PPS Cilacap (length weight relationship, sex ratio, gonad maturity level, CPUE, and MSY), determine the status of sustainable management of shrimp fisheries commodities in Cilacap, and determine strategies sustainable management. The research carried out in PPS Cilacap in March until June 2012. The method used is a sample survey of shrimp caught by trammel net vessels operating in the Cilacap waters and landing their catch in PPS Cilacap. The analysis of shrimps sustainability status using Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH), and prioritize strategies using Analytical Hierarchy Process method (AHP).
White/Banana shrimps, greasyback shrimps, tiger shrimps, and rainbow shrimps are caught by trammel net and landed in PPS Cilacap have negative allometric growth with value of b <3, that?s main the growth of length is sooner rather than increase the weight. Sex ratio for jerbung shrimps much more male than female, and for the others of shrimps female more than the male sex. Gonad Maturity Level (GML) indicate that the PPS Cilacap for white/banana shrimps most abundant with GML 4 (27.4%), greasyback shrimps at GML 0 (44.9%), tiger shrimps at GML 0 (53.7 %), and rainbow shrimps at GML 0 (43%), while for GML 1, 2, and 3 are less common. Sustainability status of fisheries management in shrimp commodity in Cilacap are for the ecological dimension 83.6 (sustainable), economic, 52.15 (enough sustainable), social 58.75 (enough sustainable), technological 93.11 (sustainable), and ethics 53.41 (enough sustainable). When viewed as a multidimensional, commodity shrimp fishing activities by trammel net in Cilacap is enough sustained (index value of 70.04).
Strategy needs to be done in the management of shrimp fisheries commodities in Cilacap upon priorities are 1) Setting for fishing ground, 2) Increased access to education fishermen, 3) The ownership rights in the resource use shrimp, 4) Determination of the permitted size of shrimp caught, 5) Training the handling of the catch to keep the quality, 6) Setting the shrimp fishing effort, 7) Dissemination of environmentally fishing, 8) Development of fishing gear are efficient, 9) Increase the role of relevant institutions, and 10) Preparation of local regulations on the management of shrimp fisheries commodities.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T32748
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Sulistyanto
"Produksi lobster dalam 10 tahun terakhir mengalami penurunan akibat tekanan penangkapan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis aspek biologi, menganalisis potensi lestari, menganalisis status keberlanjutan dan menentukan strategi pengelolaan lobster secara berkelanjutan di Kabupaten Pacitan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2018 di Kabupaten Pacitan. Analisis aspek biologi meliputi jenis, hubungan panjang berat, nisbah kelamin dan tingkat kematangan kelamin. Analisis potensi lestari dengan estimasi prediksi surplus. Analisis status keberlanjutan dengan RAPFISH (The Rapid Appraisal of The Status Of Fisheries), sedangkan penyusunan prioritas strategi pengelolaan dengan Proses Hierarki Analitik (AHP). Nilai b pada hubungan panjang berat Panulirus homarus sebesar 3,019; P. penicillatus 2,990; P. ornatus 3,025. Nisbah kelamin jantan dibanding betina pada P. homarus sebesar 1 :2,02; P. penicillatus 1,13 : 1; P. ornatus 1,3 : 1. Persentase lobster yang matang kelamin lebih banyak ditemukan pada bulan April dibandingkan dengan bulan Maret. MSY lobster di Pacitan sebesar 21.197 kg, Fmsy 4.390. Tingkat keberlanjutan multidimensi perikanan lobster 65,38. Prioritas utama strategi pengelolaan lobster secara berkelanjutan di Kabupaten Pacitan adalah Pengawasan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan.

The production of spiny lobster in least 10 years is decreasing due to overfishing. The purpose of this research is to analyze the biological aspects, the stock, level of sustainability and the strategy of sustainable management of lobster fishery in Pacitan. The research was conducted during March -April 2018 in Pacitan. The biological aspects includes species biodiversity, the length-weight relationship, sex-ratio and sex maturity of lobster. The maximum sustainable yield and the level of sustainability were analyzed with the surplus production model and the RAPFISH application, meanwhile the priority of management strategy was analyzed with the analytical hierarchy process. Results of analysis showed the b value of length-weight relationship of P. homarus, P. penicillatus and P. ornatus are 3,019; 2,990; and 3, 025 respectively. The male to female ratios of P. homarus; P. penicillatus and P. ornatus are 1:2,02; 1,13:1 and 1,3:1 respectively. The sex maturity percentage of lobster in April is higher than in March 2018. The MSY and Fmsy of lobster in Pacitan is 21.197 kg, and 4.390 respectively. The multidimensional level of lobster is 65,38. The most priority of strategy of lobster management in Pacitan are surveillance of management of marine and fisheries resources."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T52132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rachmawaty
"ABSTRAK
Kepiting Bakau Syclla serrata merupakan salah satu komoditas ekspor perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Tujuan penelitian ini secara umum adalah menghitung besarnya usaha penangkapan kepiting bakau, pemanfaatan dan menentukan strategi pengelolaan yang berkelanjutan kepiting bakau di Kabupaten Sambas. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015 - Maret 2016 di Kecamatan Paloh di Kabupaten Sambas dengan metode survey darat dan laut.Analisis terhadap karakteristik biologi meliputi nisbah kelamin, TKG, Fekunditas, faktor kondisi, Lc, Lm, dan ukuran layak tangkap. sedangkan analisis pengelolaan yang berkelanjutan menggunakan metode Rapid Appraisal for Fisheries RAPFISH . Hasil Analisis Potensi Lestari MSY Kepiting bakau di Kabupaten Sambas adalah 94.040 kg/unit dengan Fmsy adalah 52 unit dan CPU Eopt adalah 1679.2 kg/unit. Kisaran panjang karapas kepiting bakau jantan yang tertangkap adalah 62 mm - 152,5 mm, sedangkan rajungan betina mempunyai ukuran 67,5 -132,5 mm. Pola pertumbuhan bersifat alometrik positif. Kepiting bakau jantan memiliki persentase tertangkap lebih tinggi dibandingkan betina 1,25:1 . Persentase kepiting bakau matang gonad dan belum matang adalah 56,57 dan 43,43 .Status keberlanjutan pengelolaan Kepiting Bakau di Kabupaten Sambas secara multidimensi dalam kondisi cukup berkelanjutan nilai indeks 53,1 . Strategi yang perlu dilakukan berdasarkan skala prioritas adalah 1 Pengaturan alat bantu penangkapan ikan, 2 Penentuan selektivitas alat penangkapan ikan, 3 Pembatasan upaya penangkapan ikan, 4 Peningkatan kualitas SDM, 5 Pengaturan perubahan target tangkapan sementara sesuai musim, 6 Pengelolaan hasil tangkapan sampingan , 7 Peningkatan pengawasan penangkapan ikan, 8 Pengembangan alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan, 9 Meningkatkan nilai GDP, 10 Pengaturan kepemilikan sumberdaya, 11 Kebijakan dalam pengelolaan perikanan mempertimbangkan kearifan lokal nelayan setempat, 12 Meningkatkan Peran Sektor Perikanan, dan 13 Status konflik.

ABSTRACT
Mangrove crabs Syclla serrata is one fishery export commodities with high economic value. The purpose of this research in general is to calculate the amount of fishing effort mud crab, utilization and determine the strategy of sustainable management of mangrove crabs in Sambas district. The study was conducted in December 2015 March 2016 in the Paloh in Sambas Regency with land and sea survey methods.The analysis of the biological characteristics include sex ratio, TKG, fecundity, condition factor, Lc, Lm, and a decent sized catch. whereas sustainable management analysis using rapid appraisal methods for Fisheries RAPFISH . Result Analysis of Potential Lestari MSY mangrove crab in Sambas district is 94 040 kg unit with Fmsy is 52 units and CPU Eopt is 1679.2 kg unit. The range of mangrove crab carapace length of males caught is 62 mm 152.5 mm, while the female crabs between size 67.5 132.5 mm. Allometric growth pattern is positive. mangrove crabs caught males have higher percentage than females 1.25 1 . Percentage of mangrove crabs mature and immature gonads was 56.57 and 43.43 . The status of sustainability management in multidimension point of view, Mangrove crab activities in Sambas Regency is sustainable enough condition index value of 53.1 . The strategies that need to do based on priority scale are 1 setting up the fishing tools, 2 Determination of the selectivity of fishing tools, 3 Restriction of fishing activities, 4 improving the quality of human resources, 5 Settip up the changes of temporary target catch according to season, 6 Management of side catches value by catch , 7 Improving monitoring of fishing, 8 Developing of fishing tools that are environmentally friendly, 9 Increase the value of GDP, 10 Admission of resource ownership, 11 Policy in fisheries management that considering the value of local fishermes, 12 Increase the Role of Fisheries Sector, and 13 Status of conflict."
2016
T47149
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library