Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hera Ganefi T. D.
Abstrak :
Instalasi gizi sebagai wadah penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit bertugas menyiapkan makanan yang berkualitas sesuai dengan diit pasien. Proses kegiatan di dalamnya terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lain di Rumah Sakit. Sebagaimana diketahui, pelayanan gizi yang baik dapat membantu proses penyembuhan pasien sehingga diharapkan dapat memperpendek hari rawatnya. Belum banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kualitas makanan yang dihasilkan oleh Instalasi Gizi Rumah Sakit, khususnya di RSMM Bogor. Kegiatan di Instalasi Gizi merupakan sebuah sistem, karena di dalaranya ada tenaga kerja, peralatan dan anggaran sebagai input. Perencanaan, persiapan dan pengolahan sebagai proses dan outputnya adalah makanan yang siap saji yang berkualitas dan sampai pada individu tujuannya, yaitu pasien yang membutuhkan makan atau diit. Untuk menghasilkan makanan yang berkualitas perlu ada faktor-faktor pendukung, diantaranya : anggaran yang memadai, SDM yang handal, terpenuhinya sarana dan prasarana setts adanya kebijakan-kebijakan dari unsur manajemen, antara lain adalah ketentuan indekslbiaya makan pasien per orang per hari yang mencukupi kebutuhan standar gizi dan kual itas makanan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas makanan yang dihasilkan oleh Instalasi Gizi RSMM Bogor sehubungan dengan berkembangnya pelayanan kesehatan, dari pelayanan jiwa menjadi pelayanan umum. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik SDM di Instalasi Gizi bervariasi, baik dari segi pendidikan, status kepegawaian, masa kerja maupun golongannya. Teridentifikasi bahwa faktor lamanya masa kerja, tingginya golongan dan status PNS tidak menjamin hasil kerja yang maksimal yaitu makanan yang berkualitas. Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas makanan adalah pendidikan yang sesuai dengan keah1ian, perilaku bersih atau saniter penjamah makanan (juru masak), motivasi kerja, kenyamanan dalam bekerja serta indeks atau biaya makan yang mencukupi.
Department of Nutrition is an important unit at the hospital, has to be responsible in preparing high quality food based on the diet of each patient. The process of activities in this department is integrated with other servicies in the hospital.. As we know, good nutrition can help the recovery process in turn the days the patiens have to spend in the hospital can be reduced. However, there are only a few number of researchs conducted to observe the food quality produced by Department of Nutrition, especially at RSMM Bogor. The activities of nutrition in this Department is a kind of system It has labours, devices (cookwares) and budget as the input; planning, preparation and cooking process as the process; and the output is the food with high quality which is ready to serve to the right patients. There is many supporting factors to produce a good quality food, such as : sufficient budget and divices, qualified human resources, and supporting policy from the CEO. This research is aimed to identify the interfering factors towards the quality of the food produced by Department of Nutrition of RSMM Bogor, regarding of the growing span of the service from the mental care service to the public health. This research shows that the characteristic of human resources at Department of Nutrition are vary from their educations, employment status, work periods and also their grades. The length of time they have been working, they grade and the status of their being official government employees are not the determinant factors to produce high quality food.. The more significant factors to this are the appropriate education, the sanitary of the cook, working motivation, the good working athmosphere and the sufficient index or budget.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminuddin
Abstrak :
Krisis ekonomi yang berlangsung sejak tahun 1997 di Indonesia mengakibatkan bertambahnva jumlah orang miskin, Jaya bell masyarakat menurun, harga bahan pokok melambung, munculnya ancaman kelaparan dan kerawanan gizi terutama pada kelompok anak Balita.
Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencegah agar masyarakat miskin tidak makin terpuruk , Program tersebut meliputi: peiayanan kesehatan dasar bagi anggota keluarga miskin; pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan balita; perbaikan gizi ibu hamil, menyusui dan balita serta pengembangan model JPKM.
Studi longitudinal program JPSBK pada 5 propinsi di Indonesia memperlibatkan adanya kecenderungan perbaikan status gizi dan penurunan infeksi pada balita. Dalam rangka mengetahui dampak program JPSBK terhadap status gizi anak BADUTA maka Pusat Studi Gizi dan Pangan (PSGP) Universitas Hasanuddin bekerjasama dengan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI melakukan penelitianpada 2 Kabupaten yakni Maros Propinsi Sulawesi Selatan dan Tangerang Propinsi Banten. Data yang dianalisis dalam rangka pembuatan Iesis ini adalah bagian dari penelitian yang diiaksanakan di Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak program JPSBK terhadap status gizi dan prevalensi penyakit infeksi anak BADUTA dengan desain penelitian Time Series (trend)_ Sedangkan yang menjadi sampel daiam penelitian ini adalah bayi dan anak yang berumur 6 - 23 buaan.
Dari hasil analisis dengan menggunakan indikator < -2 z- score untuk PBIU,BBIPB dan BBIU ditemukan anak baduta Gakin malnutrisi setelah setahun program 3PSBK masing-masing berturut-turut 43,3°/x; 14% dan 45,1% . Untuk poia asupan makanan meningkat pads. BADUTA GAKIN dan non GAKIN setelah setahun program JPSBK. Prevalensi penyakit infeksi meningkat pada kasus diare dan demam tetapi menurun untuk kasus ISPA. Pada BADUTA non GAKIN prevalensi diare dan ISPA menurun tetapi meningkat pads kasus demain. Variabel yang bermakna dalam penalitian ini hanya pola asupan makanan, penyakit Diare dan ISPA.
Dari basil yang diperoleh dalam penekitian ini maka disarankan untuk mencontoh model program JPSBK untuk menanggulangi status gizi anak Baduta yang sifatnya darurat.
Impact of Infectious Diseases and Quality of Nutrition Intake Method Concerning to Nutrition status of Children Under Two Years Age Before and After One Year of Social - Health Safety Net Program (SHSNP) at Tangerang District Banten Province in Year 2000
During Indonesia economic crisis since 1997 has made impact to increase the numbers of poor, decrease the purchasing power of people, to rise the prices of primary goods then starvation and malnutrition comes up among children under five years old.
Social - Health Safety Net Program (SHSNP) is one of action of government to prevent the poor people should not be more savers. This program included primary health services for poor family, maternal and child services, mother nutrition, breastfeeding and develops SHSNP model
Longitudinal study of this program at five provinces in Indonesia has shown the improvement of nutrition status and decrease of infectious diseases on children under five years old or BALITA. Recording to find out the effect of this program to the improvement of nutrition status on children under five years old, Direktorat Bina Gizi Masyarakat or Directorate of Cultivate of Community Nutrition Ministry of Health, Republic of Indonesia has studied at 2 (two) Districts; Maros on South Sulawesi Province and Tangerang on Banten Province. The data that analyzed in this study is part of research that has run on Tangerang District.
This study focuses on the effect of SHSNP to nutrition status and prevalence of infectious diseases on children under two years old or BADUTA Design of this study is quasi experimental. Babies and children with age 6 - 23 months are become sample in this study.
The result of this study by using indicator < -2 z- score Height/Age, Weight/Height and Weight/Age, and after one year it was founded children with malnutrition, each of them are 43,3 %, 14,0 % and 45,1%. The nutrition intake method increase an BADUTA GAKIN and Non-BADUTA GAKIN after one year of this program. Infectious disease prevalence of diarhoea and fever increase, but respiratory tract infection decrease. BADUTA Non GAKIN has decreasing of diarrhea and
respiratory infection, but fever increase. The significant variables are food intake, diarrhea and respiratory tract infection.
This study has recommendation to imitate Social - Health Safety Net Program (SHSNP) to take care the emergency nutritional status on children under two years age (BADUTA).
2001
T690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library