Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Hasib Ardani
Abstrak :
Program pengendalian mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian penting dalam pelayanan keperawatan secara keseluruhan. Hal tersebut dapat tercapai dengan baik apabila salah satu peran kepala ruangan yaitu peran koordinasi dalam program pengendalian mutu baik sehingga berdampak baik terhadap kinerja perawat pelaksana dalam program pengendalian mutu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran koordinasi kepala ruangan dan kinerja perawat pelaksana dalam program pengendalian mutu pelayanan keperawatan di RSUD Pandan Arang Boyolali, Agustus 2001. Desain penelitian diskriptif korelasi dengan metode pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 96 perawat pelaksana di rawat inap. Pengumpulan data menggunakan 3 jenis instrumen yang terdiri dari kuesioner karakteristik individu perawat, kuesioner peran koordinasi kepala ruangan dan kuesioner kinerja perawat pelaksana dalam program pengendalian mutu pelayanan keperawatan. Analisis hubungan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian mendapatkan adanya hubungan kinerja perawat dalam program pengendalian mutu dengan pembagian tugas (p=0,024), pemanfaatan sumber daya (p-0,025), menciptakan kesatupaduan (p= 0,013), gerak aktivitas kepala ruangan (p= 0,013), membuat arah yang sama (p=0,009) dan pelatihan tentang mutu (p=41,03 1). Faktor yang dominan terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pengendalian mutu pelayanan keperawatan adalah membuat arah yang sama (OR= 3,996 ) dan faktor yang diduga sebagai pengganggu hubungan koordinasi dengan kinerja perawat dalam pengendalian mutu adalah pelatihan tentang mutu (OR=3.026). Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah kinerja pada perawat pelaksana dalam program pengendalian mutu pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kemampuan kepala ruangan dalam membuat arah yang sama melalui pelatihan tentang peran koordinasi dalam program pengendalian mutu dan melaksanakan pelatihan tentang mutu pelayanan keperawatan bagi perawat pelaksana serta melaksanakannya dengan supervisi seksi keperawatan. Daftar Pustaka 76 (1980 - 2003) The nursing service quality assurance program in the hospital is an important part of the nursing service. This program can be achieved if the coordination role of the head nurse in relation to the nursing service quality assurance program implementing well, so then it will influence the performance of the nurse practitioners. The objective of this research is to identify relationship of coordinating role of the head nurse with the performance of nurse practitioners relation to nursing service quality assurance program in Pandan Arang District Hospital, Boyolali, in Agustin 2003. Research design using correlational descriptive with cross sectional method. Minty six (96) nurses selected as respondents. The analysis of relationship using Chi Square test. The research result revealed that there was relationship between nurse practitioner performance in nursing service quality assurance program with job description (p = 0,025), manpower empowerment (p = 0,024), unity (p = 0,013), head nurse activity (p'O,013), made the goal oriented (p = 0.009) and training about quality assurance (p = 0,031. The dominant factors related to nurse practitioners performance in nursing service quality assurance program is the goal oriented with OR = 3,996 and dominant confounding factor is training on quality assurance with OR-3,026. The recommendation of this researches includes nurse practitioners performance in nursing service quality assurance program could be improved by increasing the head nurse ability to encourage nurse practitioners to perform activities on quality assurance based on job description. and implementing training program on quality assurance for nurse. To maintain nurse practitioners performance after following the training , it is necessary the nurse managers to supervise them regularly. Biblioggraphy; 76 (1980 - 2003)
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T11000
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ir. John P. Kaunang
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Lathifah Noor Amir
Abstrak :
Industri farmasi merupakan sarana untuk memproduksi sediaan farmasi yang memiliki berbagai fungsi yang berhubungan langsung dengan tubuh manusia untuk menunjang kesehatan manusia. Proses pembuatan yang dilakukan dalam industri farmasi harus disertai dengan pengawasan dan pemastian mutu. Tindakan pemastian mutu dalam suatu industri farmasi diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, untuk menjamin masyarakat memperoleh obat yang bermutu tinggi sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya, upaya menjaga mutu secara konsisten dan dapat diandalkan telah dilaksanakan dengan penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Apoteker sangat berperan penting dalam penerapan CPOB di industri farmasi. Industri faramsi harus memiliki minimal 3 orang Apoteker yang bertanggung jawab dalam bidang produksi, pemastian mutu (QA), dan pengawasan mutu (QC). Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di industri farmasi merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa calon apoteker untuk mendapatkan pengalaman kerja dan pemahaman yang lebih mendalam tentang seluruh kegiatan pembuatan obat yang memenuhi persyaratan quality, efficacy, dan safety serta memahami tugas dan fungsi apoteker dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di industri farmasi.
The Industrial pharmacy is a facility for producing the pharmaceutical products which have a variety of functions to support human health. The manufacturing process in the industrial pharmacy should be accompanied by quality control and quality assurance. Measures of quality assurance in a pharmaceutical industry with the certainty required to obtain a high level of confidence, so that the resulting product will always meet the requirements that have been set. Therefore, to ensure people get the medicine of high quality in accordance with the requirements and intended use, efforts to maintain the quality consistently and reliably has been implemented by the application of Good Manufacturing Practice (GMP). Pharmacists play an important role in the implementation of GMP. Industrial pharmacy must have at least 3 people Pharmacists who are responsible for the production, quality assurance (QA) and quality control (QC). Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) in the pharmaceutical industry is one tool for prospective student pharmacists to gain work experience and a deeper understanding of the whole activity of making drugs that meet the requirements of quality, efficacy and safety as well as understand the duties and functions of the pharmacist in the implementation of activities those in the pharmaceutical industry.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Fitriani
Abstrak :
Laporan magang ini membahas tentang evaluasi proses Quality Assurance Review (QAR) pada Bank ABC. QAR merupakan sebuah penilaian eksternal yang dilakukan oleh pihak independen terkait kesesuaian praktik audit internal perusahaan terhadap Kode Etik dan Standar. Proses evaluasi dilaksanakan oleh Konsultan XYZ untuk periode 2019 – 2022. Bank ABC merupakan Kantor Cabang Bank Asing yang bertempat di Indonesia yang memberikan berbagai jasa perbankan. Fokus pembahasan evaluasi adalah melihat kesesuaian proses QAR yang dilakukan dengan best practice yang berlaku, yaitu Manual Institute of Internal Audit (IIA). Berdasarkan hasil evaluasi, proses QAR telah sesuai dengan best practice yang berlaku. Laporan ini juga berisi refleksi diri selama aktivitas magang yang dijalani. ......This internship report discusses the evaluation of the Quality Assurance Review (QAR) process at Bank ABC. QAR is an external assessment conducted by an independent party regarding the suitability of the company's internal audit practices to the Code of Ethics and Standards. The evaluation process is carried out by XYZ Consultants for the period 2019 – 2022. Bank ABC is a Foreign Bank Branch Office located in Indonesia that provides various banking services. The focus of the evaluation discussion is to see the suitability of the QAR process carried out with the applicable best practices, namely the Manual Institute of Internal Audit (IIA). Based on the evaluation results, the QAR process is in accordance with applicable best practices. This report also contains self-reflection during the internship activities.
2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Analysis of nist srm 1633B and srm 1646A used by NAA method in order laboratory intercomparation. In order to get of valid and accurate test result, laboratory shall have high commitment related to quality assurance program...
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Dofis
Abstrak :
Semakin komplek suatu proyek dan semakin tinggi bangunan memerlukan penanganan yang serius dari para pemegang jasa konstruksi/kontraktor, karena untuk mengantisipasi pasar global, maka para pemegang jasa konstruksi baik yang sudah memiliki ISO 9002, maupun yang belum memiliki ISO 9002, dituntut untuk meningkatkan penjaminan mutu (QA) hasil dari produk yang dibuatnya, supaya dapat bersaing dengan kontraktor asing. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dan wawancara terhadap beberapa kontraktor baik yang sudah memiliki maupun yang belum memiliki sertifikat ISO 9002 untuk mendapatkan inputs/masukan , sehubungan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu pengaruh penerapan QA pada tahap konstruksi terhadap kinerja mutu. Dari sejumlah responden yang diolah sebanyak 23 responden yang memenuhi syarat untuk dianalisa. Adapun pengolahan data dilakukan dengan program statistik SPSS versi 9.0. Hasil penelitian yang diperoleh melalui analisa statistik dapat dibuktikan bahwa penerapan Quality Assurance pada tahap konstruksi akan meningkatkan kinerja mutu. Dari analisa tersebut juga diperoleh faktor penentu yang memberikan korelasi positif sehingga memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap kinerja mutu. Adapun faktor penentu tersebut adalah memiliki QA secara formal sebagai rujukan bagi setiap kegiatan dan pelaksanaan pedoman, monitoring, inspeksi , proses pengukuran dan Quality Control, sedangkan faktor lain yang memberikan pengaruh terhadap mutu juga perlu dipertimbangkan misalnya kerjasama tim dan lain-lain.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T1566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yos Bernardi Soelami
Abstrak :
ABSTRAK Hasil penelitian pada satu industri elektronika menunjukkan kontribusi terbesar kegagalan produk disebabkan masalah kualitas komponen, yaitu sebesar 33% dari kerusakan total. Pada penelitian ini dilakukan pengujian sampel komponen yang berasal dani beberapa sumber untuk membuktikan adanya kualitas komponen yang sangat beragam yang belum tentu sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, proses pengujian pada pemeriksaan barang masuk sangat penting bagi proses produksi. Karena adanya keterbatasan biaya dan jenis komponen sangat banyak, maka pemilihan sarana untuk proses pengujian harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan, yang pada penelitian ini dianalisa berdasarkan pola kerusakan komponen yang tercatat pada akhir proses. Penambahan sarana akan memperbesar biaya pemeriksaan komponen, sehingga secara ekonomis biaya pemeriksaan ini tidak boleh meningkatkan biaya produksi. Dengan menggunakan pendekatan matematis sederhana, estimasi biaya pemeriksaan komponen dihitung berdasarkan biaya perbaikan pada akhir proses. Berdasarkan kualitas komponen dan titik impas biaya penggunaan komponen, dapat ditentukan apakah pemeriksaan dilakukaa secara 100%, sampling atau bahkan tidak diperiksa sama sekali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum komponen berskala rendah sampai sedang mempunyai andil yang paling besar terhadap tingkat kerusakan. Hal ini berarti sarana pengujian yang harus ada minimal dapat menguji komponen berskala rendah sampai sedang. Titik impas pemeriksaan diperoleh berkisar antara 800 - 1000 ppm. Walaupun tidak dapat menjamin tingkat kerusakan menjadi nol, adanya pemeriksaan awal terhadap komponen secara operasional dapat mengurangi tingkat kegagalan komponen pada proses produksi.
ABSTRACT A research in an electronic industry showed the main cause of 33% production failure was the unstandardized component quality. An experiment to test component samples from many different sources showed the diversity of the component quality that did not always meet the specification. Therefore, a testing procedure in advanced is very important in the production line. Due to cost limitation and component diversity, a facility selection for a testing procedure has to be suitable with the need, i.e the analysis will be based on failure pattern recorded at the end of production process. The addition of a facility selection will add the component testing cost which means also increase the production cost. By simple mathematical approach, the cost estimation of component testing can be calculated based on cost repairment at the end of production process. Based on the component quality and break event point of component cost, the need of testing can be determined whether it has to be the whole testing, sampling nor without testing. In general, the result of testing showed that the component of low to medium scales had the biggest contribution facing the failure grade, which means the need of testing facility of this stage has to be there. The break event point can be ranged around 800 to 1000 ppm. Although the testing procedure does not guarantee that the failure became nil, but at least it will reduce the failure stage on the production process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nibras Fitrah Yayienda
Abstrak :
SNSU-BSN adalah lembaga yang berada di puncak ketertelusuran fisis di Indonesia dan disarankan memilki penjaminan kualitas pengukuran sesuai dengan arahan ISO 17025:2017 klausa 7.7 tentang pemastian keabsahan hasil. Namun demikian, sejauh ini penjaminan kualitas pada standar referensi di bidang metrologi kelistrikan belum pernah dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan hasil peer review untuk tahun 2017 dan 2019 pada parameter tegangan AC/DC dan arus AC/DC bahwa belum ada proses penjaminan kualitas pada kedua parameter ini. Untuk itu, diperlukan sebuah metode untuk melakukan penjaminan kualitas pengukuran diantara periode kalibrasi, untuk memastikan keabsahan hasil ukur dalam rentang waktu tersebut. Pada penelitian ini diusulkan suatu metode penjaminan mutu pengukuran untuk memastikan kualitas hasil pengukuran diantara periode kalibrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan cek antara yang termasuk didalamnya terdapat proses pembentukan batas kontrol dan melakukan pengujian pada setiap bulan dalam kurun waktu 1 tahun. Pada proses ini, hasil ukur yang keluar dari batas kontrol akan dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan Uji Ditribusi F dan Uji T-Student. Uji Distribusi F yang digunakan untuk mengetahui kesetaran sebaran hasil ukur lama dan baru dan Uji T-Student yang digunakan untuk mengetahui kesetaraan rata-rata hasil ukur lama dan baru. Titik ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah 1 V dan 10 V pada paremter VDC; 1 mA dan 10 mA pada parameter IDC; 1 V dan 10 V dengan frekuensi masing-masing 1 kHz pada parameter VAC, serta 1 mA dan 10 mA dengan frekuensi masing-masing 1 kHz pada parameter IAC. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa pada parameter VDC, tidak diperlukan pembaruan batas kontrol. Selanjutnya pada parameter titik ukur 1 mA dan 10 mA, masing-masing terdapat dua kali dan lima kali pembaruan batas kontrol. Kemudian pada parameter VAC terdapat dua kali pembaruan batas kontrol pada titik ukur 1 V dengan frekuensi 1 kHz, dan tidak diperlukan perbaruan batas kontrol pada titik ukur 10 V dengan frekuensi 1 kHz. Selanjutnya, pada titik ukur 1 mA dan 10 mA dengan frekuensi masing-masing 1 kHz, dibutuhkan dua kali pembaruan batas kontrol. Penyebab pembaruan batas kontrol adalah keluarnya hasil ukur dari batas kontrol yang disebabkan oleh drift. Namun demikian, meskipun nilai tersebut bergeser, pengukuran dalam periode tersebut valid, dan terjamin kualitasnya karena tidak ada yang melebihi nilai spesifikasi yang diberikan oleh pabrik. ......As an institution holding the highest level of physical traceability in Indonesia, SNSU BSN is encouraged to have quality assurance of measurements under the directives of ISO 17025:2017 clause 7.7 to ensure the validity of the result. However, quality assurance has never been carried out on reference standards in the field of electrical metrology. This is proved by the results of peer reviews for 2017 and 2019 for the parameters of AC/DC voltage and AC/DC current that there is no quality assurance process for these two parameters. For this reason, a method is needed to guarantee the quality of measurements between calibration periods to ensure the validity of the measurement results within that period. Therefore, this study proposes a measurement assurance method to ensure the quality of measurement results between calibration periods. The research method is an intermediate check, including establishing control limits and conducting monthly tests for one year. In this process, the measurement results that are out of the control limits will be further analyzed using the F Distribution Test and the Student T-Test. The F distribution test determines the variability equivalence, and the Student T-Test determines the variability in an average of former and latest measurement results. The measuring points used in this study were 1 V and 10 V on the VDC parameter; 1 mA and 10 mA on IDC parameters; 1 V and 10 V with a frequency of 1 kHz each on the VAC parameter and 1 mA and 10 mA with a frequency of 1 kHz each on the IAC parameter. From the test results, it is found that the VDC parameter does not need the update of the control limit. Furthermore, at the 1 mA and 10 mA measuring point parameters, there are two and five times updates of the control limits, respectively. Then in the VAC parameter, there are two updates of the control limit at the 1 V measuring point with a frequency of 1 kHz and no update of the control limit at the 10 V measuring point with a 1 kHz frequency. Furthermore, at the 1 mA and 10 mA measurement points with a frequency of 1 kHz each, it takes the twice updates of the control limit. The cause of updating the control limit is the out-of-control measured value caused by drift. However, even though the value has shifted, the quality is valid and guaranteed in that period because no measurement value exceeds the specifications determined by the manufacturer.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendro Mayangkoro
Abstrak :
Menjelang era globalisasi saat ini, perkembangan tuntutan akan mute yang tinggi telah melanda berbagai bidang. Konsultan Perencana sebagai bagian dari industri konstruksi bangunan dituntut agar dapat melaksanakan kegiatan perencanaan dengan baik sehingga kualitas dari bangunan yang dihasilkan dapat memberikan kepuasan bagi berbagai pihak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh Konsultan Perencana adalah dengan menerapkan prosedur Quality Assurance (Pemastian Mutu) sebagai bagian dari sistem manajemen mutu perusahaan tersebut_ Namun demikian diperlukan persiapan yang matang dari seluruh pegawai perusahaan tersebut, diantaranya dengan meningkatkan kemampuan serta mentalitas kerja yang memadai agar program Quality Assurance dapat berjalan dengan baik. Dari studi kasus PT. Encona Engineering dan Divisi Realti & Properti PT. Wijaya Karya dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan prosedur Quality Assurance melalui perencanaan program Quality Assurance yang baik, penggunaan standar sistem mutu, dan pembentukan organisasi Quality Assurance tersendiri dapat memberikan hasil yang optimal dengan memberikan pengaruh terhadap proses perencanaan dan mute produk yang dihasilkan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Apriliani Syaridatul Mu`minah
Abstrak :
ABSTRAK
DSSuperDose v.1.0 merupakan sebuah in-house Treatment Planning System (TPS) yang dikembangkan oleh Laboratorium Fisika Medis dan Biofisika (LFMB) Universitas Indonesia sebagai suatu perangkat lunak perencanaan terapi pesawat teleterapi cobalt-60. Validasi in-house TPS menjadi parameter penting dalam prosedur jaminan kualitas suatu perangkat lunak perencanaan radioterapi. Verifikasi perhitungan manual, perbandingan dengan ISIS TPS, dan pengukuran dosis serap untuk berbagai kondisi berkas dilakukan terhadap tiga unit pesawat teleterapi cobalt-60. Pengukuran dosis serap dilakukan dengan teknik penyinaran SSD tetap, menggunakan detektor bilik ionisasi di titik pengukuran pada sumbu pusat berkas pada media fantom air. Pengolahan data dan evaluasi dilakukan berdasarkan rekomendasi IAEA dalam TRS 430. Performa in-house TPS optimal untuk memberikan perencanaan terapi teknik SSD tetap pada kondisi berkas terbuka dan penggunaan tray yaitu untuk kedalaman hingga 10 cm (≤ 10 cm), dan ukuran lapangan antara 5×5 hingga 20×20 cm2, sementara untuk penggunaan wedge adalah ukuran lapangan yang lebih kecil dari ukuran dimensi fisik wedge. Perhitungan waktu penyinaran oleh in-house TPS juga menunjukkan kesesuaian yang cukup baik terhadap perhitungan waktu penyinaran oleh ISIS TPS yaitu mencapai 96 %. Dengan demikian, in-house TPS ini sudah cukup akurat sebagai suatu perangkat lunak perencanaan terapi. Akurasi perhitungan in-house TPS dipengaruhi data masukan (input) berkas TPS yang digunakan sebagai basic beam data, dan algoritma perhitungan dalam TPS
ABSTRACT
DSSuperDose v.1.0 is an in-house Treatment Planning System (TPS) developed by Medical Physics and Biophysics Laboratory (LFMB) University of Indonesia as a treatment planning software for cobalt-60 teletherapy unit. Performance validation of TPS calculation is an essensial part in quality assurance (QA) of computerized planning systems for radiotherapy. Verification through manual calculations, comparison to ISIS TPS, and measurements of absorbed dose for varied beam conditions was performed with three teletherapy units. Absorbed dose were measured at central beam axis with an ionization chamber in water phantom. Data evaluation based on IAEA recommendation in TRS 430. In-house TPS gives optimal planning for open and tray beam conditions with depth of isocenter less than 10 cm (≤ 10 cm), and field size 5×5 until 20×20 cm2, while for wedge beam conditions with field size less than the physical size of wedge. Comparison of in-house TPS and ISIS TPS demonstrated a good match of 96 %. From the results, it is concluded that in-house TPS is accurate for treatment planning software of radiotherapy. Accuration of in-house TPS affected by basic beam datas, and calculation algorithm
2015
S60175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>