Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wairara, Tricia Lusia Novalia
Abstrak :
Pelayanan air perpipaan di Indonesia yang masih kurang mendorong masyarakat untuk menggunakan sumber air nonperpipaan seperti air tanah dan air isi ulang. Namun berdasarkan beberapa penelitian, air nonperpipaan diketahui memiliki risiko akibat kontaminasi bakteri dan patogen. Studi ini dilakukan sebagai upaya peningkatan kualitas air minum dengan mengetahui persebaran kontaminasi E. coli, faktor yang mempengaruhinya, serta membandingkan risiko kesehatan air minum nonperpipaan di Kota Bekasi dan Metro. Penelitian dilakukan dengan metode Most Probable Number (MPN) untuk mengetahui konsentrasi bakteri dan metode Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) dengan indikator bakteri E. coli dan patogen indeks Salmonella. Pengujian kualitas air minum menunjukkan bahwa terjadi kontaminasi E. coli sekitar 26,7% dari total 202 sampel di Kota Bekasi dengan rata-rata 18,7 MPN/100 mL. Sedangkan di Kota Metro 30,0% dari 190 sampel terkontaminasi E. coli dengan rata-rata 77,3 MPN/100 mL. Berdasarkan uji korelasi Spearman¸ faktor seperti sumber air, pewadahan, dan pengolahan air tidak menunjukkan adanya korelasi terhadap konsentrasi E. coli, kecuali untuk faktor pewadahan di Kota Metro yang berhubungan signifikan dengan E. coli ≥100 MPN/100 mL. Kemudian hasil penelitian mengenai rasio patogen indeks Salmonella dengan sampel air tanah di kota Bekasi (n=7) diperoleh nilai rasio sebesar 0,03. Hasil perhitungan analisis QMRA dengan simulasi Monte-Carlo di Kota Bekasi menunjukkan bahwa air tanah memiliki nilai median beban penyakit sebesar 0,01 ± 0,03 DALY/orang/tahun dan air isi ulang dengan nilai sebesar 0,003 ± 0,02 DALY/orang/tahun. Sedangkan, untuk Kota Metro diperoleh sebesar 0,04 ± 0,04 DALY/orang/tahun untuk air tanah dan air isi ulang sebesar 0,03 ± 0,04 DALY/orang/tahun. Seluruh nilai yang diperoleh melebihi batas nilai maksimum menurut WHO yaitu sebesar 10-4 DALY/orang/tahun. Oleh karena itu, intervensi yang tepat perlu dilakukan oleh pemerintah untuk mengedukasi masyarakat tentang konsumsi air minum yang aman dan layak ......Piped water services in Indonesia are still relatively low. This condition encourages people to use non-piped water sources such as groundwater and refilled water. However, based on several studies, non-piped water is known to have risks due to bacterial and pathogen contamination. This study was conducted as an effort to improve drinking water quality by knowing the distribution of E. coli contamination, the factors that influence it, and comparing the health risks of non-piped drinking water in Bekasi City and Metro. The research was conducted using the Most Probable Number (MPN) method to determine the concentration of bacteria and the Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) method with E. coli as indicators and Salmonella as reference pathogen. The drinking water quality testing showed that there was around 26.73% E. coli contamination from a total of 202 drinking water samples in Bekasi City with an average of 18.74 MPN/100 mL. Whereas in Metro City 30% of 190 samples were contaminated with E. coli with an average of 77.31 MPN/100 mL. Based on the Spearman correlation test¸ risk factors such as water sources, containers, and water treatment did not show a correlation with E. coli concentrations, except for the container factor in Metro City which is significantly related to E. coli ≥100 MPN/100 mL. Then to find out the reference pathogen ratio, a Salmonella concentration test was carried out for groundwater in the city of Bekasi (n=7) and a ratio value of 0.03 was obtained. The results of QMRA analysis calculations using Monte-Carlo simulations in Bekasi City show that groundwater has a median disease burden value of 0.01 ± 0.03 DALY/person/year and refill water with a value of 0.003 ± 0.02 DALY/person/year year. Whereas for Metro City, the median disease burden of groundwater was 0.04 ± 0.04 DALY/person/year and for refill water it was 0.03 ± 0.04 DALY/person/year. All values ​​obtained exceeded the maximum value limit according to WHO, namely 10-4 DALY/person/year, therefore proper intervention from the government is needed to educate the public about consumption of safe drinking water.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Fadhya Rahman
Abstrak :
Air tanah merupakan sumber air minum utama bagi 73,7% masyarakat Indonesia. Pencemaran tinja pada air tanah berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia, di mana ditandai dengan ditemukannya bakteri E. coli dan Enterococci pada air tanah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis konsentrasi E. coli dan Enterococci pada sampel air tanah di Kota Depok, serta menganalisis risiko kesehatan yang ditimbulkan akibat paparan mikroorganisme tersebut. Kandungan E. coli dan Enterococci pada air tanah diidentifikasi menggunakan kultur bakteri, sedangkan penilaian risiko menggunakan metode Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi E. coli dan Enterococci berkisar antara 0–1716,67 CFU/100 mL dan 0–266,67 CFU/100 mL, di mana hanya 1 dari 6 sampel yang memenuhi baku mutu kesehatan. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara konsentrasi bakteri pada air dengan jarak sumur terhadap pencemar (rEc= -0,142; rEn= -0,120) maupun dengan kedalaman sumur (rEc= -0,561; rEn= -0,896). Penilaian risiko menggunakan metode QMRA dilakukan menggunakan rasio E. coli O157:H7 serta Enterococcus faecalis dan Enterococcus faecium sebagai strain dan spesies yang paling umum dijumpai yang dapat menyebabkan penyakit diare pada manusia. Beban penyakit (DB) diare akibat E. coli dan Enterococci adalah sebesar 0,00137 DALY/orang/tahun, dan 0,000986–0,00109 DALY/orang/tahun, di mana nilai ini belum sesuai dengan health outcome target dari WHO untuk negara berkembang (0,0001 DALY/orang/tahun). Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi air yang terkontaminasi bakteri E. coli dan Enterococci akibat tangki septik dan lindi dapat berbahaya bagi kesehatan. Sehingga perlu dilakukan intervensi, seperti perbaikan dan perawatan tangki septik sesuai SNI 2398:2017, peningkatan efektivitas praktik pengolahan air di rumah tangga, serta peningkatan manajemen lindi oleh TPA Cipayung Depok. ...... Groundwater is the main source of drinking water for 73.7% of Indonesian population. Fecal contamination in groundwater has the potential to cause adverse impacts on human health, which is characterized by the presence of E. coli and Enterococci in groundwater. This study was conducted to analyze the concentration of E. coli and Enterococci in groundwater samples in Depok City, and to analyze the health risks posed by exposure to these microorganisms. The concentration of E. coli and Enterococci in groundwater was identified using bacterial culture. While risk assessment was conducted using the Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) method. The results showed that the average concentration of E. coli and Enterococci in groundwater samples ranged from 0-1716.67 CFU/100 mL and 0-266.67 CFU/100 mL, respectively, where only 1 of 6 samples met the health quality standards. The correlation test showed that there is an inversely proportional relationship between the concentration of bacteria in the water with the distance of the well to the pollutant (rEc = -0.142; rEn = -0.142) as well as with the depth of the well (rEc = -0.868; rEn = -0.904). Risk assessment using the QMRA method was conducted using the ratio of E. coli O157:H7 and Enterococcus faecalis and Enterococcus faecium as the most preavelent strains and species that can cause diarrheal disease in humans. The disease burden (DB) of diarrhea due to the exposure of E. coli and Enterococci were 0,00137 DALY/person/year and 0,000986–0,00109 DALY/person/year, respectively, which exceeded the WHO health outcome target for developing countries (0,0001 DALY/person/year). This study showed that consumption of water contaminated with E. coli and Enterococci from septic tanks and leacheate could be harmful to human health. Thus, interventions need to be taken, such as repairing and maintaining septic tanks as specified in SNI 2398:2017, increasing the effectivity of water treatment practices in households, and improving leachate management by TPA Cipayung Depok.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Sophie Larasati
Abstrak :
Resistensi terhadap antibiotik pada bakteri dan penyebarannya di lingkungan menjadi ancaman terhadap kesehatan masyarakat. Keberadaan bakteri resisten terhadap antibiotik dipicu oleh aktivitas antropogenik, salah satunya adalah penyalahgunaan antibiotik. Bakteri resisten terhadap antibiotik yang ditemukan di lingkungan domestik dapat menimbulkan risiko kesehatan pada warga setempat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi bakteri E. coli resisten di lingkungan domestik di Kota Bekasi, menilai risiko kesehatan yang ditimbulkan akibat paparan mikroorganisme, dan mengidentifikasi rute paparan bakteri E. coli resisten terhadap antibiotik ke manusia. Identifikasi konsentrasi bakteri E. coli resisten terhadap antibiotik menggunakan kultur bakteri dan penilaian risiko dilakukan menggunakan metode Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi bakteri E. coli resisten terhadap antibiotik (n=3) di tanah sebesar 1,28  105 CFU/mL, air sungai sebesar 3,9  101 CFU/mL, tangki septik sebesar 8,06  102 CFU/mL, feses ayam sebesar 1,33  106 CFU/mL, sedangkan di air tanah tidak ditemukan keberadaan E. coli resisten terhadap antibiotik. Penilaian risiko dengan metode QMRA pada bakteri E. coli resisten terhadap antibiotik dilakukan pada galur E. coli O157:H7 sebagai galur yang paling umum menyebabkan penyakit diare pada manusia. Probabilitas infeksi harian (Pinf,d) yang disebabkan oleh bakteri E. coli O157:H7 di tanah berkisar antara 33,37% - 36,99% sesuai kelompok usia dengan probabilitas infeksi tahunan (Pinf,a) 100% dengan probabilitas munculnya penyakit (Pill) sebesar 25%. Sementara itu, probabilitas infeksi harian (Pinf,d) yang disebabkan oleh bakteri E. coli O157:H7 di air sungai berkisar antara 4,88% - 14,28% dengan probabilitas infeksi tahunan (Pinf,a) 99% - 100% dan probabilitas munculnya penyakit (Pill) adalah 24,9% - 25% tergantung jenis ingestinya. Berdasarkan penilaian risiko tersebut, rute paparan bakteri E. coli resisten terhadap antibiotik ke manusia melalui media tanah dan air sungai, sehingga pencegahan dapat dilakukan untuk menangani risiko kesehatan pada manusia seperti meminimalisir penggunaan air sungai untuk aktivitas domestik, peningkatan fasilitas sanitasi, dan penerapan teknologi atau metode pencegahan resistensi terhadap antibiotik. ......The occurrence of antibiotic-resistant bacteria in the environment is a threat to public health. The spread of antibiotic-resistant bacteria in the environment is influenced by anthropogenic activities, such as antibiotic misuse. Antibiotic-resistant bacteria found in the domestic environment pose a health risk to inhabitants. This study aims to identify antibiotic-resistant E. coli concentration in a domestic environment in Bekasi City, assess public health risks associated with exposure to pathogenic bacteria, and identify the exposure route of antibiotic-resistant E. coli to humans. The bacterial culture method was used to identify the concentration of antibiotic-resistant E. coli and the risk assessment was carried out using Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA). The results showed the average concentration of antibiotic-resistant E. coli (n=3) found in soil was 1,28  105 CFU/mL, in river water was 3,9  101 CFU/mL, in septic tank effluent was 8,06  102 CFU/mL, chicken feces was 1,33  106 CFU/mL, and none found in groundwater. Risk assessment was carried out using QMRA on E. coli O157:H7 strain as the most common strain to cause diarrheal illness in humans. The daily probability of infection (Pinf,d) caused by E. coli O157:H7 in soil ranged from 33,37% - 36,99% according to the age group with an annual probability of infection of 100% and the probability of illness obtained was 25%. Furthermore, the daily probability of infection caused by E. coli O157:H7 in river ranging from 4,88% - 14,28% with annual probability of infection (Pinf,a) ranged from 99% - 100% depending on the types of ingestion with the probability of illness obtained ranged from 24,9% - 25%. Based on the risk assessment, the exposure route of antibiotic-resistant E. coli can be determined by involving human, animal, and environmental sectors. Routes help to identify prominent exposure pathways in posing health risks to humans. The study revealed the route of antibiotic-resistant E. coli contamination to humans through environmental matrices, such as soil and river. Therefore, prevention can be done in order to deal with human health risks, such as reducing domestic uses of river water for communities, improving sanitation facility, and the application of technology and prevention methods to combat antibiotic resistance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Dhira Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Kebocoran jaringan pipa distribusi air bersih dapat menimbulkan risiko keselamatan air bersih berupa kontaminasi air dan penyebaran penyakit melalui air. Sehingga dalam mendukung, mengevaluasi, dan meningkatkan manajemen keselamatan air pada jaringan pipa distribusi, digunakan metode pendekatan kuantitatif salah satunyaQuantitative Microbial Risk Assessment (QMRA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air bersih terutama parameter E. coli di jaringan pipa distribusi, menganalisis penilaian risiko keterpajanan E. coli O157:H7, mengidentifikasi risiko penilaian efek kesehatan dan menganalisis karakter risiko bakteri tersebut. Metode penelitian menggunakan metode QMRA, yaitu identifikasi bahaya, penilaian paparan, penilaian efek kesehatan dengan model Beta-Poisson, dan karakterisasi risiko. Tahap identifikasi bahaya menetapkan paparan E. coli O157:H7 berasal dari air PDAM, dimana jalur paparannya adalah unboiled water, dengan rute paparan melalui proses menelan akibat aktivitas pemakaian air PDAM sehari-hari. Terdapat dua tipe penggunaan air, yaitu penggunaan air secara langsung dari jaringan pipa distribusi dan air dialirkan menuju tangki air. Identifikasi bahaya dilakukan dengan pemeriksaan kualitas air pada jaringan pipa distibusi, bahwa hasil menunjukkan kualitas air telah memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 Tahun 2010 untuk parameter fisik dan kimia. Namun untuk parameter biologis, konsentrasi E. colimaksimum ditemukan 49 MPN100 mL pada 1 responden (20) yang menggunakan tangki air. Penilaian paparan untuk menentukan dosis paparan akibat E. coli O157:H7 mendapatkan besarnya rata-rata kurang dari 0,01090,0026 organismeL dan 0,01440,0041 organismeL saat pemakaian air minimum dan maksimum. Dosis paparan meningkat pada responden yang menggunakan tangki air sebesar 946 dan 860 saat penggunaan air minimum dan maksimum. Tahap penilaian efek kesehatan menggunakan model Beta-Poisson dengan dan adalah 0,0571 dan 2,2183 mendapatkan bahwa rata-rata probabilitas infeksi harian pada jaringan pipa distribusi PDAM adalah kurang dari adalah 2,800x10-46,723x10-5 dan 3,698x10-41,046x10-4saat pemakaian air minimum dan maksimum. Bagi responden yang menggunakan tangki air, probabilitas infeksi harian meningkat sebesar 876 dan 785 saat penggunaan air minimum dan maksimum. Sehingga, pada tahap karakterisasi risiko, probabilitas infeksi tahunan adalah kurang dari 9,598x10-22,205x10-2 dan 1,236x10-13,127x10-2 saat pemakaian air minimum dan maksimum. Bagi responden pengguna tangki air, probabilitas infeksi tahunan meningkat sebesar 271 dan 204 saat penggunaan air minimum dan maksimum. Karena itu, evaluasi parameter fisik, kimia dan biologi perlu dilakukan berdasarkan waktu dan wilayah untuk meningkatkan performansi IPAB dan keselamatan konsumen.
ABSTRACT
Pipe leakage of clean water distribution network can cause clean water safety risks in the form of water contamination and waterborne disease. So that, in supporting, evaluating, and improving water safety management in distribution pipe network, a quantitative approach is used, which is Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA). This study aims to study the quality of clean water, especially E. coli in distribution pipe network; analyzing the exposure assessment of E. coli O157:H7, identification the risk of health effects assessment and analyzing the risk character. The research method uses QMRA method, namely hazard identification, exposure assessment, health effects assessment with Beta-Poisson model, and risk characterization. Hazard identification determines exposure of E. coli O157:H7 come from PDAM water, which the exposure path is unboiled water, with route of exposure through ingestion due to daily PDAM water usage activities. There are two types of water usage, its water usage directly from water distribution pipe and through water tank. Examining water quality carries out hazard identification, which water quality on the PDAM distribution pipe network has fulfilled the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 492 in 2010 for physic and chemical parameter. However, in biologic parameter, the maximum E. coli concentration was found to be 49 MPN100 mL in 1 respondent (20), who used water tank. Exposure assessment determines the exposure dose of E. coli O157:H7 on clean water distribution pipe network with the averages of doses are less than 0,01090,0026 organismsL and less than 0,01440,0041 organismsL at minimum and maximum of water usage, respectively. The exposure dose increase when the respondent use water tank, its 946 and 860 at minimum and maximum water usage. Health effects assessment usingBeta-Poisson model with and are 0,0571 and 2,2183, respectively. The averages of daily probability of infection on clean water distribution pipe network in PDAM are less than 2,800x10-46,723x10-5 and less than 3,698x10-41,046x10-4 at minimum and maximum of water usage, respectively. Respondent, who use water tank, have increased the daily probability of infection to 876 and 785 at minimum and maximum water usage. So that, in risk characterization, the annual probability of infection are less than 9,598x10-22,205x10-2 and 1,236x10-13,127x10-2 at minimum and maximum of water usage, respectively. For respondent who use water tank, it has increased to 271 and 204 at minimum and maximum of water usage, respectively. Therefore, evaluation in physic, chemical, and biology parameters needs to be done based on time and region to improve WTP performance and consumer safety.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Felisita Herlina
Abstrak :
Jalur transmisi bakteri Salmonella spp. salah satunya berasal dari feses hewan ternak yang merupakan hasil samping dari aktivitas beternak, serta berpotensi menyebabkan kontaminasi Salmonella spp. pada aspek lingkungan, seperti tanah dan air. Akibatnya, seluruh pekerja yang terlibat dalam aktivitas beternak rentan terkena paparan Salmonella spp., baik melalui kontak fisik secara langsung dengan feses hewan ternak maupun melalui interaksi dengan lingkungan yang tercemar. Studi ini dilakukan sebagai upaya mengurangi risiko paparan Salmonella spp, terhadap para peternak dengan memperoleh taksiran jumlah Salmonella spp. di peternakan area studi, menganalisis potensi nilai paparan dan beban penyakit yang timbul, serta merancang skenario penanganan yang sesuai. Penelitian dilakukan dengan metode Multitube Fermentation untuk mengetahui konsentrasi Salmonella spp. dalam satuan Most Probable Number (MPN) dan dengan metode Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) untuk menganalisis risiko paparan Salmonella spp. terhadap kesehatan para pekerja peternakan. Kuantifikasi dan pengujian biokimia Salmonella spp. menunjukkan bahwa 7 dari 16 sampel mengandung Salmonella spp. terkonfirmasi. Dari 7 sampel tersebut, sampel yang mengandung Salmonella spp. dengan konsentrasi tertinggi adalah feses kambing berumur >2 tahun (120 MPN/g), sedangkan yang terendah adalah pada sampel air selokan (7,4 MPN/mL). Hasil perhitungan analisis QMRA dengan simulasi Monte-Carlo menunjukkan bahwa nilai median beban penyakit (disease burden atau DB) terbesar berasal dari air irigasi, yakni sebesar 8,85 x 10-4 DALY/orang/tahun, sedangkan yang terkecil berasal dari pupuk kandang, yakni sebesar 4,42 x 10-8 DALY/orang/tahun. Dari seluruh nilai DB yang diperoleh, hanya nilai DB pupuk kandang yang memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh WHO terkait paparan bakteri patogen di negara berkembang, yakni sebesar 10-4 DALY/orang/tahun. Oleh karena itu, disusunlah skenario intervensi kualitatif yang dapat diaplikasikan untuk meminimalisir risiko kesehatan yang timbul terhadap para peternak akibat paparan Salmonella spp. Skenario-skenario intervensi yang diajukan melalui penelitian ini terdiri dari skenario penerapan jangka panjang dan jangka pendek. Skenario jangka pendek, yakni dengan vermicomposting untuk menyisihkan feses kambing dan penutupan saluran drainase di sekitar kandang kambing. Sedangkan skenario jangka panjang dapat dilakukan dengan penyemprotan larutan bacteriophage untuk mengurangi biofilm Salmonella spp., serta penerapan teknologi pengolahan air sederhana untuk air selokan di dekat kandang sebelum dilepaskan ke lingkungan dan untuk air irigasi yang akan digunakan untuk keperluan kandang. ......The most fundamental transmission pathway of Salmonella spp. is through livestock stool which is a by-product of livestock farming activities, and has the potential to cause contamination of Salmonella spp. on environmental aspects, such as land and water. As a result, all workers involved in livestock activities are susceptible to exposure to Salmonella spp., either through direct physical contact with livestock feces or through interaction with the contaminated environment. This study was conducted to reduce the risk of exposure to Salmonella spp. towards livestock farmers by obtaining estimates of the number of Salmonella spp. on the study area farm, analyzing the potential exposure values ​​and disease burden that arise, and designing appropriate intervention scenarios. The research was carried out using the Multitube Fermentation method to determine the concentration of Salmonella spp. in Most Probable Number (MPN) units and using the Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) method to analyze the risk of exposure to Salmonella spp. towards the health of the livestock farm workers. Quantification and biochemical testing of Salmonella spp. showed that 7 out of 16 samples contained confirmed Salmonella spp. Of these 7 samples, samples containing Salmonella spp. with the highest concentration was from >2 years-old goats’ stool sample (120 MPN/g), while the lowest was from ditch water sample (7.4 MPN/mL). The results of QMRA analysis calculations using Monte-Carlo simulations show that the largest median of disease burden (DB) value comes from irrigation water, i.e. 8.85 x 10-4 DALY/person/year, while the smallest comes from manure, i.e. 4.42 x 10-8 DALY.pppy-1. Of all the DB values ​​obtained, only the DB value of manure meets the quality standards set by WHO regarding exposure to pathogenic bacteria in developing countries, i.e. 10-4 DALY.pppy-1. Therefore, this study proposes intervention scenarios that can be applied to minimize the health risks that arise towards livestock farmers due to exposure to Salmonella spp. The intervention scenarios proposed through this research consist of long-term and short-term implementation. Short-term scenario, i.e. vermicomposting to eliminate goat feces and closing drainage channels around the goat closed house. Meanwhile, long-term scenarios can be carried out by spraying bacteriophage solutions to reduce Salmonella spp. biofilms, as well as implementing simple water treatment technology for sewer water near the closed house before it is released into the environment and for irrigation water that will be used for livestock care purposes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library