Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
J.C. Prihadi
Abstrak :
TUJUAN: Menilai perubahan pancaran urin maksimal (Amax) pada penderita striktur uretra setelah uretrotomi interna dan hubungannya dengan letak dan panjang striktur uretra. BAHAN DAN CARA: Penelitian ini dilakukan secara deskriptif korelatif ( cross-sectional study ). Penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan Q max pada penderita striktur uretra setelah kateter uretra dilepas dan tiga minggu pasca uretrotomi intema di poliklinik bagian bedah urologi RSVP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama periode Desember 2001-November 2002. Dilakukan analisa statistik dengan uji Mann-Whitney. HASIL PENELITIAN: Didapatkan 61 penderita striktur uretra pasca uretrotomi intema dengan 41 penderita (67,2%) panjang striktur uretra ≤ 2 cm dan 47 penderita (77%) striktur uretra anterior. Q max Setelah Kateter Uretra Dilepas Q max Tiga Minggu Setelah Uretrotomi Interna Panjang Striktur < 10 ml/s ≥10 ml/s < l0 ml/s ≥10 ml/s < 2cm 12,2 % 87,8 % 48,7 % 51,3 % > 2cm 35% 65% 75% 25% Letak Striktur Anterior 19,1 % 80,9 % 55,6 % 44,4 % Posterior 21,4 % 78,6 % 71,4 % 28,6 % Pada analisa statistik dengan uji Mann-Whitney didapatkan hubungan yang bermakna antara panjang striktur uretra dengan pancaran urin maksimal { p = 0,012 ) dan hubungan yang tak bermakna antara letak striktur uretra dengan pancaran urin maksimal. KESIMPULAN: Perubahan Q max pasca uretrotomi interna dipengaruhi oleh panjang striktur uretra dan tidak dipengaruhi oleh letak striktur uretra. ...... OBJECTIVES: The aim of this study is to assess the changes in Q max of patients with urethral stricture after internal urethrotomy regarding the correlation with the location and the length of the stricture. METHODS: A prospective cross-sectional observation was conducted to evaluate the correlation between Q max and the length as well as the location of stricture. The Q max obtained after urethral catheter removal were compared to the Q max three weeks after the procedures. The length and the locations of the stricture were evaluated using retrograde as well as antegrade uretrography. The study was conducted in OPD of Hasan Sadikin Hospital Bandung between December 2001 - November 2002. Statistical analysis used was Mann-Whitney test. RESULTS: Fourty-one patients (67.2%) out of 61 patients with urethral stricture underwent internal urethrotomy have a stricture ≤ 2 cm in length while 47 patients (77%) have a stricture in the anterior part of the urethra. Q max After urethral Catheter Removal Removal Q max Three Weeks After Interna Length of stricture < 10 ml/s ≥10 ml/s < l0 ml/s ≥10 ml/s ≤ 2crn 12,2 % 87,8 % 48,7 % 51,3 % > 2cm 35% 65% 75% 25% Location of Stricture Anterior 19,1 % 80,9 % 55,6 % 44,4 % Posterior 21,4 % 78,6 % 71,4 % 28,6 % There is a significant correlation between the length of the stricture and Q max ( p = 0.012 ) but the correlation between the location of the stricture and Q max is not significant. CONCLUSIONS: The changes of Q max after internal urethrotomy are influenced by the length of the stricture but not by the location of the stricture.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Sholichin
Abstrak :
Tujuan: Penelitian ini akan mencari korelasi antara pemeriksaan dengan sistim skoring (IPSS) dan hasil pemeriksaan uroflowmetri (Qmax) serta hasil pemeriksaan urodinamik ( BOOI ). Diharapkan akan diketahui sejauh mana data subyektif pasien berkorelasi dengan data obyektif. Bahan dan Cara: Data dikumpulkan dari pasien yang dilakukan pemeriksaan di Poliklinik Khusus Urologi sejak bulan Oktober 2005 sampai dengan Mei 2006 dengan kriteria inklusi dan eksklusi. HasiI Penelitian: Terdapat 89 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Umur rata-rata 65,56 ±7,2 tahun. IPSS rata-rata 20,57+7,0. Pancaran kencing maksimal (Qmax) rata-rata 5,94 ±3,5 ml/detik. BOOI kategori obstruksi sebanyak 56 (65,1%) pasien, ekuivokal 20 (23,3%) dan tidak obstruksi sebanyak 10 (11,6%). Koefisien korelasi antara IPSS dan Qmax adalah r = - 0,32 (sangat lemah) signifikansi p = 0,002. Koefisien korelasi antara IPSS dengan BOOI adalah r = 0,28 p = 0,008. Koefisien korelasi antara Qmax dan BOOI adalah r = - 0,45 p = 0,00. Hasil uji Anova didapatkan adanya perbedaaan Qmax yang bermakna p=0,041 (p<0,05) diantara derajat LUTS. Pada penelitian ini tidak ada perbedaan BOOT yang bermakna (p=0,093) diantara derajat LOTS. Tidak ada perbedaan Qmax yang bermakna (p = 0,12 ) diantara BOOT. Kesimpulan: Keluhan LUTS yang diukur dengan IPSS mempunyai korelasi sangat lemah tetapi signifikan dengan pemeriksaan obyektif yang diukur dengan uroflowmetri dan urodinamik. Pemeriksaan uroflowmetri mempunyai korelasi sangat lemah tetapi signifikan dengan pemeriksaan urodinamik.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library