Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Siti Rapingah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku Tenaga Kesehatan dalam memberikan ASI eksklusif. Metode yang digunakan adalah dengan sequencial explanatory mixed methods (kuantitatif dan kualitatif) dengan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 85 nakes perempuan yang memiliki bayi umur 7-24 bulan di Puskesmas Kecamatan se-Jakarta Timur. Instrumen penelitian menggunakan angket yang diisi oleh responden (self administer). Analisis data menggunakan chi square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian memperlihatkan proporsi pemberian ASI eksklusif sebesar 54.1%. Variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas, dukungan keluarga, dukungan teman kerja, dukungan nakes dengan p value < 0.05. Hasil analisis multivariat variabel umur dan pengetahuan berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif dan faktor yang paling dominan adalah pengetahuan. Penelitian kualitatif dilakukan sebagai pendukung untuk hasil kuantitatif, jumlah sampel sebanyak 10 informan, teknik pengambilan data dengan wawancara mendalam menggunakan panduan pertanyaan semi terstruktur. Faktor penghambat dalam perilaku pemberian ASI eksklusif adalah komitmen ibu yang kurang, masalah terkait menyusui, kurang pengetahuan keluarga. Saran agar nakes diberikan pelatihan terkait menyusui untuk meningkatkan pengetahuan, kebijakan yang lebih fleksibel kepada nakes yang masih menyusui, dan melengkapi fasilitas untuk menyusui. ...... This study aims to determine the factors associated with the behavior of female health workers in exclusive breastfeeding. The method that used in this study is the sequential explanatory mixed methods (quantitative and qualitative) with a cross-sectional study design. Number of samples in this study 85 female health workers who have infants aged 7-24 months in the sub-district primary health care throughout East Jakarta. This research using questionnaires filled out by the respondent (self-administer) for the instrument. This research also use chi-square and multiple logistic regression for analizing data. The results shown that the proportion of exclusive breastfeeding is 54.1%. Variables that associated with exclusive breastfeeding are knowledge, attitude, availability of facilities, family support, support co-workers, and support health workers with p value <0.05. The result of multivariate analysis shown that behavior of exclusive breastfeeding is associated with age and knowledge and the most dominant factor is knowledge. Qualitative research is done as supported for quantitative results, total samples are 10 informants and using in-depth interviews with a semi-structured guide questions as a data collection techniques. The factor that inhibit mother for exclusive breastfeeding is lack of commitment, problems that related breastfeeding, and lack of knowledge of the family. Suggestion to health workers to be given a training that related to breastfeeding to improve knowledge, more flexible policies for health workers who are still breastfeeding, complementary facilities for breastfeeding.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Chrisanta Veronica
Abstrak :
Pelayanan kefarmasian di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu aspek penting yang berorientasi kepada pelayanan serta penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, serta bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan informasi obat dibutuhkan untuk membantu mencegah kesalahan penggunaan obat. Leaflet menjadi salah satu media cetak yang mudah dijangkau masyarakat. Oleh karena itu, dilakukan pembuatan leaflet informasi mengenai cara penggunaan dan pembuangan berbagai jenis obat di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Penelitian dilakukan secara observasional melalui pendekatan kualitatif. Adapun observasi dilakukan melalui studi literatur berdasarkan referensi ilmiah, regulasi nasional, dan dokumen operasional di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Analisa pemilihan informasi diperdalam dengan melakukan wawancara lanjutan, pencatatan, dan pengamatan secara langsung. Dilakukan penyusunan leaflet informasi obat dengan topik penggunaan lima bentuk sediaan obat dan cara pembuangan obat yang benar di rumah tangga. Kedua leaflet diletakkan pada lokasi pengambilan obat agar dapat dilakukan edukasi informasi obat secara bersamaan. Apoteker berperan penting dalam pemberian informasi obat agar dapat menjaga penggunaan obat rasional. ......Pharmacy services at Community Health Centers (Puskesmas) are critical aspects oriented towards service and the provision of quality and affordable pharmaceutical preparations, medical devices and medical consumables for all levels of society. Drug information services are needed to help prevent drug misuse. Leaflets are one print media that is easily accessible to the public. An information leaflet on how to use and dispose of various types of drugs can be helpful at the Jatinegara District Health Center. Observational research with a qualitative approach was done through literature studies based on scientific references, national regulations, and operational documents at the Jatinegara District Health Center. Follow-up interviews, recording, and direct observation were conducted to gain deeper information. Drug information leaflets were prepared with the topic of using five drug dosage forms and how to dispose of drugs in the household properly. Both leaflets were placed at the drug collection location so drug information education could be carried out simultaneously. Pharmacists are essential in providing information to maintain rational drug use.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina Permata Sari
Abstrak :
Pelaksanaan manajemen lokakarya mini di puskesmas merupakan sarana evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan pada bulan sebelumnya. Tujuan dari lokakarya mini ini adalah untuk membahas hambatan yang ditemui terhadap pencapaian target cakupan program, serta membuat rencana kerja baru untuk bulan yang akan datang (Plan of Action/POA). Masih belum optimalnya manajemen lokakarya mini di puskesmas dicerminkan dengan proses perencanaan yang belum tersusun dengan baik, jadwal lokakarya mini yang sering ditunda, frekuensi yang tidak rutin, sehingga belum sesuai dengan pedoman lokakarya mini. Akibatnya, evaluasi dan lokakarya mini tidak dapat dilakukan secara optimal untuk penilaian kinerja puskesmas. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran manajemen lokakarya mini di puskesmas dengan pendekatan sistem. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam pada pimpinan puskesmas dan staf puskesmas yang terdiri dari kepala tata usaha, pemegang program KIA, imunisasi, dan PKM, serta melakukan telaah dokumen terhadap proses manajemen lokakarya mini yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Puskesmas Kebun Sikolos, pelaksanaan lokakarya mini puskesmas belum berjalan dengan baik dan belum sesuai dengan petunjuk buku pedoman lokakarya mini puskesmas. Masih kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan lokakarya mini, masih kurangnya pedoman dan protap lokakarya mini bagi seluruh staf, dan sebagian besar staf belum mengetahui pedoman dan protap tersebut. Perencanaan belum berjalan dengan baik, dimana jadwal kegiatan belum ada, pelaksanaan lokakarya mini sering ditunda karena kesibukan pimpinan dalam mengikuti rapat. Frekuensi lokakarya mini masih jarang, pelaksanaannya kadang-kadang 3 bulan sekali. Lokakarya mini sering diadakan karena keadaan yang mendesak, sering dilaksanakan pada pagi hari sebelum pelayanan puskesmas dimulai dengan waktu 1-1,5 jam, sehingga tujuan yang diharapkan belum maksimal. Hambatan yang ditemukan belum pernah dibahas untuk mencari upaya pemecahan masalahnya. Belum adanya rencana kerja bulan berikutnya dari hasil pelaksanaan lokakarya mini yang dilakukan untuk setiap program. Evaluasi pelaksanaan lokakarya mini juga belum pernah dilaksanakan sehingga penilaian kinerja puskesmas tidak tergambar. Hasil penelitian ini menyarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang Panjang untuk menyusun suatu petunjuk teknis lokakarya mini puskesmas dan melakukan bimbingan teknis ke Puskesmas Kebun Sikolos agar menjalankan lokakarya mini puskesmas secara rutin. Bagi Puskesmas Kebun Sikolos disarankan untuk melaksanakan lokakarya mini secara rutin, terjadwal, sesuai dengan baku pedoman lokakarya mini puskesmas dengan tetap memperhatikan kegiatan pelayanan kepada masyarakat, misalnya dari jam 11.00 - 16.00, sehingga waktu diskusi dan perumusan pemecahan masalah dapat berjalan optimal, membuat perencanaan yang baik dengan melibatkan seluruh staf yang ada, didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana yang cukup sehingga tujuan dari lokakarya mini dapat tercapai. Diharapkan pimpinan puskesmas dapat mendorong pemberdayaan staf, membina kerjasama, serta membangun semangat kerjasama tim, sehingga dapat dihasilkan tim kerja yang solid dan handal. Abstract: The practice of mini workshop management in puskesmas serves as an evaluation tool for activities conducted in the previous month. The purpose of the mini workshop is to discuss obstacles encountered in achieving program coverage targets and to create a new action plan for the upcoming month (Plan of Action/POA). The less-than-optimal management of mini workshops in puskesmas is reflected in poorly organized planning processes, frequently postponed schedules, and irregular frequency, which do not align with the mini workshop manual. Consequently, evaluations and mini workshops are not optimally conducted for puskesmas performance assessment. This research aims to review mini workshop management in puskesmas using a systems approach. The study employs qualitative methods, including in-depth interviews with puskesmas leadership and staff, such as administrative heads, KIA program holders, immunization officers, and PKM staff, as well as a document review of the mini workshop management process. The research shows that at Puskesmas Kebun Sikolos, mini workshop management has not been well implemented and does not adhere to the puskesmas mini workshop manual. There is a lack of facilities and infrastructure required for conducting mini workshops, insufficient guidelines and protocols for all staff, and most staff are unaware of these guidelines and protocols. Planning is not well-executed, with no established schedule, and mini workshops are often postponed due to the leadership's involvement in meetings. The frequency of mini workshops is infrequent, sometimes occurring only once every three months. Mini workshops are often held under urgent circumstances, typically in the morning before puskesmas services start, taking 1-1.5 hours, which prevents achieving the desired outcomes. Obstacles encountered have not been addressed to find solutions. There is no working plan for the next month based on mini workshop results for each program. Evaluation of mini workshop execution has not been conducted, resulting in an unclear assessment of puskesmas performance. This research suggests that the Health Agency of Padang Panjang City should develop technical guidelines for puskesmas mini workshops and provide technical guidance to Puskesmas Kebun Sikolos to conduct mini workshops regularly. Puskesmas Kebun Sikolos is advised to hold mini workshops routinely, on a scheduled basis, in accordance with the mini workshop manual, while maintaining service activities to the public, for example from 11:00 AM to 4:00 PM, so that discussion and problem-solving time can be optimized. Proper planning should involve all staff, supported by adequate facilities and infrastructure, so that the objectives of the mini workshop can be achieved. It is expected that puskesmas leaders will encourage staff empowerment, foster cooperation, and build team spirit to produce a solid and reliable team.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T32502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Sulistyowati
Abstrak :
[ABSTRAK
Studi ini adalah penelitian deskriptif analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, bertujuan menganalisis hubungan aspek fisik danaspek psikososial dengan status hipertensi lansia di Poli Lansia Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Jatinegara Tahun 2014. Rata-rata tekanan sistolik adalah 149,47 mmHg,terendah 130 mmHg dan tertinggi 210 mmHg. Ujibivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antaraaspek fisik, usia, komplikasi dan lama hipertensi dengan status hipertensi pada lansia.Uji multivariat secara bermakna menunjukkan bahwa faktor penentu menurun atau meningkatnya tekanan darah sistolik pada lansia adalah komplikasi penyakit. Secara bersama-sama, aspek fisik dan aspek psikososial ternyata tidak berperan dalam menentukan tekanan darah sistolik lansia.
ABSTRACT
This study is a quantitative descriptive analytic cross-sectional approach, aimed at analyzing the physical aspects of the relationship and the psychosocial aspects of the status of elderly hypertension in The Poly Elderly Community Health Center Jatinegara 2014. Average systolic pressure was 149.47 mmHg, 130 mmHg lows and highs of 210 mmHg.Bivariate test showed significant relationship between the physical aspect, age, complications and duration of hypertension in the elderly with hypertension status.Significant multivariate test showed that the deciding factor decreases or increases in systolic blood pressure in the elderly is a complication of the disease. Taken together, the physical aspects and psychosocial aspects did not play a role in determining systolic blood pressure of elderly.;This study is a quantitative descriptive analytic cross-sectional approach, aimed at analyzing the physical aspects of the relationship and the psychosocial aspects of the status of elderly hypertension in The Poly Elderly Community Health Center Jatinegara 2014. Average systolic pressure was 149.47 mmHg, 130 mmHg lows and highs of 210 mmHg.Bivariate test showed significant relationship between the physical aspect, age, complications and duration of hypertension in the elderly with hypertension status.Significant multivariate test showed that the deciding factor decreases or increases in systolic blood pressure in the elderly is a complication of the disease. Taken together, the physical aspects and psychosocial aspects did not play a role in determining systolic blood pressure of elderly., This study is a quantitative descriptive analytic cross-sectional approach, aimed at analyzing the physical aspects of the relationship and the psychosocial aspects of the status of elderly hypertension in The Poly Elderly Community Health Center Jatinegara 2014. Average systolic pressure was 149.47 mmHg, 130 mmHg lows and highs of 210 mmHg.Bivariate test showed significant relationship between the physical aspect, age, complications and duration of hypertension in the elderly with hypertension status.Significant multivariate test showed that the deciding factor decreases or increases in systolic blood pressure in the elderly is a complication of the disease. Taken together, the physical aspects and psychosocial aspects did not play a role in determining systolic blood pressure of elderly.]
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Novilia Makmun
Abstrak :
ABSTRAK
Praktek kerja profesi di Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timur dilaksanakan mulai dari 11 Juli 2016 sampai dengan tanggal 29 Juli 2016. Praktek kerja profesi ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di puskesmas serta mendapatkan pengetahuan dan pengalaman nyata untuk melakukan praktek kefarmasian di Puskesmas. Tugas khusus yang diberikan berjudul Rekapitulasi Laporan Penggunaan Obat Rasional POR Periode Bulan April-Juni 2016 di Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Tujuan penyusunan tugas khusus ini adalah untuk mengevaluasi Penggunaan Obat Rasional periode bulan April-Juni 2016 di Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timur.
ABSTRACT
Profession internship at Community Health Center Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timur was held from July, 11th 2016 until July, 29th 2016. This profession internship was intended to make apothecary students understand roles and responsibilities of pharmacists in pharmaceutical practice at puskesmas and also to obtain knowledge and practical experience to do pharmaceutical practice at puskesmas. The internship given a special assignment titled Recapitulation of Rational Use of Medicine Reports Periods of April to June 2016 at Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timur. The purpose of the special assignment was to evaluate Rational Use of Medicine Periods of April to June 2016 at Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timur
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Disqi Fahira Maharani
Abstrak :
Apoteker merupakan jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan pada unit pelayanan kesehatan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian ini membutuhkan pengelolaan perbekalan farmasi untuk keperluan praktik kerja di kemudian hari. Pelaksanaan perbekalan pekerjaan kefarmasian dilakukan oleh penulis dalam tiga bidang yaitu industri, apotek, dan pusat kesehatan masyarakat. Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan penulis pada PT. Harsen Laboratories di tanggal 03 Januari 2022 – 25 Februari 2022 untuk bidang industry farmasi, kemudian penulis melaksanakan proses praktik kerja di PT. Kreanova Pharmaret (Apotek Roxy) cabang Pitara di tanggal 02 Maret 2022 – 31 Maret 2022, serta penulis melaksanakan praktik kerja terakhir di Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Pasar Minggu pada tanggal 23 Mei 2022 – 9 Juni 2022. Proses pembelajaran dan praktik kerja ini untuk selanjutnya diharapkan dapat menjadi bekal untuk kedepannya. ......A pharmacist is a position that has a scope of duties, responsibilities, and authority to carry out pharmaceutical work in a health service unit occupied by a Civil Servant with the rights and obligations given in full by the authorized official. The implementation of this pharmaceutical work requires the management of pharmaceutical supplies for future work practices. The implementation of pharmaceutical work supplies is carried out by the author in three fields, namely industry, pharmacies, and community health centers. The implementation of the Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) was carried out by the author at PT. Harsen Laboratories on 03 January 2022 – 25 February 2022 for the pharmaceutical industry, then the author carried out the work practice process at PT. Kreanova Pharmaret (Apotek Roxy) Pitara branch on 02 March 2022 – 31 March 2022, and the author carried out his last work practice at the Pasar Minggu District Community Health Center on 23 May 2022 – 9 June 2022. This learning process and work practice is expected to continue can be used for the future.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Saptorini Rahmadhani
Abstrak :
Pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang efisien, efektif, tepat waktu dan tepat biaya dengan mengedepankan kepuasan serta keselamatan pasien. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama wajib memberikan pelayanan yang bermutu kepada pasien. Hasil Indeks Kepuasan Masyarakat menunjukkan dari setiap dimensi mutu, unsur kecepatan pelayanan menjadi elemen ketidakpuasan paling tinggi. Perlu dilakukan upaya perbaikan waktu pelayanan rawat jalan di UPT Puskesmas Unit II Kecamatan Sumbawa dengan menggunakan metode Lean Six Sigma untuk mengidentifikasi dan meminimalisasi pemborosan. Penelitian ini merupakan operations research untuk memperbaiki pelayanan rawat jalan dengan penerapan metode lean six sigma melalui tahapan mendefinisi (define), mengukur (measure), menganalisa (analyze), memperbaiki (improve), dan mengendalikan (control) pada unit pelayanan rawat jalan. Hasil penelitian mendapatkan gambaran terjadinya penumpukan pasien dan lama waktu tunggu pelayanan rawat jalan di loket pendaftaran, ruang poli, ruang konsul dokter dan ruang pelayanan apotek yang merupakan hambatan (bottleneck) dalam proses pelayanan rawat jalan. Persentase value added pelayanan rawat jalan sebelum penerapan lean six sigma adalah sebesar 20,32% dan non value added sebesar 79,68%. Setelah penerapan lean six sigma nilai value added meningkat 33,19% dari sebelumnya menjadi 53.51%, dan non value added menurun 33,19% menjadi 46,49%. Ditemukan adanya delapan jenis pemborosan yang terjadi pada pelayanan rawat jalan, sebagian besar merupakan pemborosan over processing dan waiting. Waste banyak terjadi di ruang loket pendaftaran dan rekam medis serta ruangan konsul dokter. Sumber terjadinya pemborosan berdasarkan hasil analisis fishbone adalah man dikarenakan kurangnya kuantitas dan kualitas tenaga, beban kerja, kedisiplinan terhadap waktu kerja, serta kepatuhan petugas terhadap standar operasional prosedur (SOP). Usulan perbaikan disusun menggunakan lean tools seperti visual management, 5 S, Erorr Profing dan kaizen. Intervensi yang dilakukan untuk memperbaiki lama waktu pelayanan adalah dengan cara melakukan penyederhanaan alur pelayanan rawat jalan, pembagian tugas beberapa tenaga yang diposisikan sebagai tenaga UKP dan tenaga UKM, menerapkan budaya 5 S, perbaikan dokumen berkas rekam medis serta melakukan relokasi penempatan ruangan sesuai standar Permenkes 75 tahun 2014.
Quality service is an efficient, effective, timely and costly service by prioritizing patient satisfaction and safety. Puskesmas as a first-rate health facility must provide quality services to patients. The results of the Community Satisfaction Index show that from every dimension of quality, the element of speed of service becomes the highest element of dissatisfaction. Efforts need to be made to improve the outpatient service time at Unit II UPT Puskesmas Sumbawa District by using the Lean Six Sigma method to identify and minimize waste. This research is an operations research to improve outpatient services by applying lean six sigma methods through the stages of defining, measuring, analyzing, improving, and controlling the outpatient service unit. The results of the study get a picture of the accumulation of patients and the length of time waiting for outpatient services at the registration counter, poly room, doctors consul room and pharmacy service room which are bottlenecks in the outpatient service process. The percentage of outpatient value added services before the implementation of lean six sigma was 20.32% and non value added was 79.68%. After the application of lean six sigma, the value added value increased 33.19% from the previous to 53.51%, and the non value added decreased 33.19% to 46.49%. It was found that there were eight types of waste that occurred in outpatient services, most of which were wasteful of over processing and waiting. Waste occurs a lot in the registration counters and medical records rooms and doctors office rooms. The source of waste based on the results of fishbone analysis is man due to lack of quantity and quality of labor, workload, discipline to work time, and compliance of officers to standard operating procedures (SOP). Proposed improvements are arranged using lean tools such as visual management, 5S, error profing and kaizen. The intervention to improve the length of service time is by simplifying the flow of outpatient services, the division of tasks of several staff who are positioned as UKP staff and UKM staff, applying the 5S culture, improving the medical record file documents and relocating the room according to the Permenkes 75 standard. year 2014.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shellinna Kurniawati
Abstrak :
Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Penggunaan obat dapat dikatakan rasional apabila pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan untuk jangka waktu yang cukup, dan dengan biaya yang terjangkau baik yang dapat dicapai dengan melakukan penulisan resep obat sesuai dengan Formularium Nasional ataupun Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Dengan adanya evaluasi kesesuaian peresepan obat, fasilitas kesehatan dapat mengetahui tingkat kepatuhan peresepan obat yang dapat membantu fasilitas pelayanan kesehatan dalam memaksimalkan anggaran perencanaan dan pengadaan obat secara efektif sehingga dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif. Kesesuaian peresepan obat terhadap Formularium Nasional untuk pasien rawat jalan Puskesmas Kecamatan Kalideres pada bulan Januari hingga Februari 2023 dapat dikatakan baik dengan dicapainya persentase kesesuaian sebesar 94,02%. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian peresepan obat antara lain tidak adanya ketersediaan atau alternatif obat lain yang dapat digunakan, kurangnya pengetahuan dokter mengenai obat-obat dan aturan peresepan yang terdapat di dalam Formularium Nasional, dan adanya kemungkinan pasien dengan keadaan darurat yang membutuhkan obat di luar dari Formularium Nasional. Beberapa obat yang diresepkan tidak sesuai dengan Formularium Nasional untuk pasien rawat jalan Puskesmas Kecamatan Kalideres pada bulan Januari hingga Februari 2023 adalah Gliseril Guaiakolat 100 mg; Ambroksol 30 mg; Loratadin 10 mg; Piroksikam 10 mg; Gentamisin Salep Kulit 0,1%; Deksametason 0,5 mg; Vitamin C 1000 mg; Asiklovir Krim 5%; Borak Gliserol (GOM); Klorfeniramin Maleat 4 mg; dan Asetilsistein 200 mg. ......The Public Health Center is the first level health facility that prioritizes promotive and preventive efforts. Drug use can be said to be rational if the patient receives the right drug for clinical needs, in a dose that meets the needs for a sufficient period of time, and at an affordable cost, which can be achieved by writing a drug prescription in accordance with the National Formulary or the National List of Essential Medicines. With the conformity evaluation of drug prescriptions, health facilities can determine the level of compliance with drug prescriptions which can assist health service facilities in maximizing the budget for planning and procuring drugs effectively. This research was conducted using a retrospective descriptive method. The suitability of drug prescriptions against the National Formulary for outpatients at the Kalideres District Health Center from January to February 2023 is categorized as good with a percentage of 94.02%. Some factors that cause drug prescription discrepancies include the unavailability or alternative drugs, doctor's lack of knowledge about drugs and the prescribing rules contained in the National Formulary, and patients' emergencies that need drugs outside the National Formulary. Some of the drugs prescribed are not in accordance with the National Formulary for outpatients at the Kalideres District Health Center from January to February 2023 are Glyceryl Guaiacolat 100 mg; Ambroxol 30 mg; Loratadine 10 mg; Piroxicam 10 mg; Gentamicin Skin Ointment 0.1%; Dexamethasone 0.5 mg; Vitamin C 1000mg; Acyclovir Cream 5%; Borax Glycerol; Chlorpheniramine Maleate 4 mg; and Acetylcysteine 200 mg.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Nabihah
Abstrak :
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Masalah kesehatan ini membutuhkan perhatian khusus di Indonesia karena jumlah pasien termasuk yang terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO) dan lembaga kesehatan lainnya berupaya keras untuk mengendalikan dan memberantas TB melalui program pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan yang tepat. Salah satu bentuk pencegahan yang direkomendasikan adalah terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) untuk populasi yang berisiko tinggi terinfeksi TB dan mengalami keparahan. Sebagai unit pelayanan kesehatan primer masyarakat di wilayah Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, Puskesmas Kecamatan Matraman perlu mengevaluasi penggunaan obat TPT karena tingginya kasus TB di daerah tersebut. Data mengenai penggunaan regimen TPT oleh pasien yang terdaftar di Unit Pelayanan Farmasi Puskesmas Matraman dikumpulkan secara retrospektif, lalu dianalisis untuk memperoleh gambaran pola penggunaan dan kesesuaian terapi dengan pedoman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Individu yang memperoleh TPT paling banyak pada kelompok usia remaja dan dewasa yaitu 25 orang (66%). Terdapat 3 jenis regimen yang digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman yaitu 6H, 3HP, dan 3HR, dengan mayoritas pasien dewasa memilih regimen 3HP (79%). Pemilihan regimen TPT di Puskesmas Kecamatan Matraman sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI, dengan mempertimbangkan ketersediaan obat dan kondisi khusus pasien. Sebagian besar pasien berhasil menyelesaikan regimen (87%) namun terdapat pasien yang mengalami putus obat (5%) karena alasan medis yang tidak diketahui. Dalam upaya pencegahan TB, penting untuk memahami faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan dan mengambil tindakan yang tepat untuk meminimalkan risiko putus obat. ......Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Indonesia faces a significant TB challenge, ranking among the highest TB burden countries globally. The World Health Organization (WHO) and health organizations prioritize TB control through prevention, early diagnosis, and appropriate treatment. Tuberculosis preventive therapy (TPT) is recommended, especially for high-risk populations in Matraman Community, East Jakarta. The Matraman Community Health Center plays a pivotal role in community healthcare. Given the area's high TB prevalence, evaluating TPT medication usage is essential. Retrospective data from Matraman Community Health Center's Pharmacy Service Unit reveal that the majority of TPT recipients are adolescents and adults, totaling 25 individuals (66%). Three main regimen types—6H, 3HP, and 3HR—are employed, with 79% of adult patients favoring 3HP. Regimen selection aligns with Ministry of Health guidelines, considering drug availability and patient-specific conditions. Encouragingly, a significant portion of patients (87%) successfully completed their TPT regimens. However, a minority (5%) discontinued treatment due to undisclosed medical reasons. To enhance TB prevention, understanding factors affecting treatment success is crucial, necessitating proactive measures to mitigate treatment discontinuation risks. Indonesia's TB battle underscores the importance of international efforts for TB control and eradication.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library