Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hafidz Fadli
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya asumsi yang menyatakan bahwa nama tokoh-tokoh wayang Punakawan merupakan serapan dari bahasa Arab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan benar atau tidak bahwa nama tokoh wayang Punakawan adalah serapan dari bahasa Arab. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan studi pustaka. Penelitian ini berawal dari adanya beberapa pernyataan yang menunjukkan bahwa nama tokoh-tokoh perwayangan Punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong berasal dari bahasa Arab akan tetapi belum ada pembuktiannya secara linguistik. Tokoh-tokoh Punakawan mulai dimainkan pada awal mula penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara penyebaran Islam dengan penamaan tokoh tersebut sebagai dakwah kepada masyarakat Jawa saat itu. Setelah dilakukan analisis linguistik, baik fonologis, morfologis, dan semantis, ternyata nama tokoh-tokoh merupakan serapan dari bahasa Arab. Semar diserap dari sammir, Nala Gareng diserap dari naala qariin, Petruk diserap dari fatruk, dan Bagong yang diserap dari baagin. Selain itu, dimainkannya tokoh-tokoh Punakawan oleh Sunan Kalijaga sejak zaman penyebaran agama Islam di tanah Jawa semakin memperkuat bahwa nama tokoh-tokoh tersebut diserap dari bahasa Arab.

ABSTRAK
There was an assumption which says that the name of Punakawan characters on puppet Wayang are derived from Arabic language. The objective of this research is to prove whether the name of Punakawan characters is derived from Arabic or not. This research uses qualitative method with the literature study approach. This research start from some statements which state that the name of Punakawan characters, like Semar, Nala Gareng, Petruk, and Bagong are derived from Arabic however there is no proof linguistically. These characters began to be played in the beginning of the spread of Islam by Sunan Kalijaga. This thing shows that there was a relation between the spread of Islam with naming these characters as a dakwah to the Java society at that time. After the linguistic analysis, both phonological, morphological, and semantic research, the name of Punakawan characters have evidently derived from Arabic vocabularies. Semar is derived from sammir, Nala Gareng is derived from naala qariin, Petruk is derived from fatruk, and the last Bagong is derived from baagin. Beside, these characters played by Sunan Kalijaga since the spread of Islam in Java reinforces that the name of Punakawan characters are derived from Arabic language. "
2017
S69419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiyono
"ABSTRAK
Pada awal dekade 90-an disiplin antropologi mendapat serangan besar, menyangkut konsep kebudayaan yang digunakan dan etnografi sebagai model presentasi. Konsep kebudayaan dalam tradisi Boasian dan etnografi Malinowskian yang menjadi anutan dalam disiplin ini, serta merta dianggap mengidap penyakit esensialisme dan reifikasi. Salah satu kelemahan penggunaan konsep "kebudayaan" seperti itu ialah, gagal menyangkut muatan kekuasaan yang bersembunyi di kebudayaan. Diilhami oleh anjuran agar antropologi belajar pada studi budaya yang mengangkat produksi dan reproduksi bentuk budaya sebagai permasalahan, tulisan ini mencoba melihat bagaimana kebudayaan sebagai terumbu karang (coral reef) tempat besembunyi kekuatan ideologis dan hegemonik.
Kasus pertunjukan wayang kulit yang dilihat sebagai sebuah teks menyediakan bukti bagi penelitian ini; bahwa dalam bentuk budaya (cultural form) tersebut tersembunyi kekuatan ideologi yang hegemonik bercorak penyiapan penanda-penanda (signifiers) sekaligus petanda (signified) tentang sebuah struktur dunia berupa negara di mana posisi paling superior ditempati oleh raja yang (harus) disangga oleh kesatria. Sebagai "kau'', penonton ternyata tidak serta merta menyetujui penanda dan petanda yang disiapkan oleh subject of speech dalam teks. Melalui tokoh punakawan yang tampil dalam adegan gara-gara dan limbukan, penonton menentukan sandhi signifiers dan signified bagi struktur dunianya. Di sini mereka menemukan ruang untuk menjadikan dirinya sebagai subyek dalam kerangka wacana tentang negara. Struktur dunia yang ditampilkannya bercorak datar, dengan ciri: para tokohnya terdiri dari orang biasa, melibatkan penonton secara langsung, bercerita tentang ihwal keseharian, menggunakan bahasa ngoko yang juga merupakan bahasa keseharian yang cenderung kasar, dan lebih dari itu bersifat lucu yang tidak serius, apalagi formal.
Dalam rumusan yang singkat: Kebudayaan bukan saja merupakan arena dialog, pertentangan bagi suara-suara dari berbagai kelompok dan individu untuk berebut dan menentukan ruang makna; lebih dan itu kelompok-kelompok atau individu-individu itu memiliki peluang dan mencoba untuk masuk menjadi subyek dalam teks itu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Robin hood setiap orang mengenal cerita yang sangat terkenal ini. Cerita kepahlawanan tentang seorang lelaki yang dulunya adalah seorang tahanan akhirnya menjelma menjadi sahabat kaum miskin..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Norman Mahardhika
"Skripsi ini membahas novel Punakawan Menggugat yang dikarang oleh Ardian Kresna. Pengarang menggunakan dasar kebudayaan Jawa dan konsep cerita pewayangan untuk menyampaikan pandangan tentang nilai-nilai kehidupan yang ideal. Novel ini menampilkan simbol-simbol yang terdapat dalam dunia pewayangan dan maknanya terhadap kehidupan manusia. Punakawan Menggugat juga menyediakan intisari ajaran Kejawen sebagai bahan renungan cerita. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural untuk melihat aspek intrinsik karya sastra dan pendekatan sosiologi sastra untuk melihat warna lokal dan nilai-nilai yang terkandung dalam novel Punakawan Menggugat. Selain itu, penelitian ini juga meninjau karakteristik cerita wayang yang diangkat oleh pengarang.

This undergraduate thesis discusses about the novel Punakawan Menggugat by Ardian Kresna. The author used the Javanese cultural basis and the concept of puppet stories to present the insight about an ideal values of life. The novel shows the symbols in the puppet world and their meanings to human’s life. Punakawan Menggugat also provides the essence of Kejawen teachings as the reflection of the story. This study uses a structural approach to see the intrinsic aspects and a sociological approach to see the local colours and values in the novel Punakawan Menggugat. Furthermore, this study also observes the characteristics of the puppet stories that were raised by the author.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library