Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Aju Njoman Purbasari
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang komposisi bentuk koloni (1if form) karang batu di tubir Pulau Semak Daun, Teluk Jakarta, pada bulan Januari 1991, dengan menggunakan metode transek garis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui corak komposisi bentuk koloni karang batu di Pulau Semak Daun dan untuk melihat apakah corak komposisi bentuk koloni di suatu terumbu dipengaruhi lokasi dan kedalamannya. Pengambilan data di tubir (kedalaman 1 meter) dilakukan di empat stasiun yang terletak di Utara, Selatan, Barat, dan Timur pulau tersebut dengan masing-masing tiga ulangan. Data di kedalaman 3 dan 10 meter merupakan data sekunder yang diperoleh dari P30-LIPI, hasil kerja sama ASEAN-Australia di bidang Marine Science, Coastal Living Resources, penelitian di Pulau Semak Daun pada tanggal 27 Juli dan 23 Deseinber 1987. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa corak komposisi bentuk koloni yang mencolok di tubir Pulau Semak Daun kedalainan 1 meter adalah bentuk koloni branching (575,60%), sedangkan bentuk koloni massive mencolok pada kedalaman 3 meter (53,68%) dan 10 meter (557,62%). Lokasi terumbu dan kedalaman mempengaruhi corak komposisi bentuk koloni karang batu.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Salsabilla
"Makroalga merupakan tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai sumber makanan bagi organisme laut dan manusia. Makroalga Sargassum cinereum pada bagian permukaan thalli dapat terakumulasi oleh miktoplastik yang memiliki daya akumulasi tinggi di perairan Pulau Semak Daun. Kontaminasi mikroplastik pada bagian makroalga terjadi karena adanya akumulasi mikroplastik pada tempat tumbuh makroalga. Mikroplastik dapat menempel, melilit, maupun terbungkus oleh makroalga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, warna, dan ukuran mikroplastik dan pengaruh variasi waktu pengocokkan terhadap pengurangan kelimpahan mikroplastik pada makroalga Sargassum cinereum J. Agardh 1848. Sampel pada permukaan makroalga diambil sebanyak 10 g, kemudian diberi perlakuan pengocokkan dengan perbedaan waktu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit dan disaring menggunakan kertas saring Whatman filter. Sampel yang menempel kuat pada makroalga dilarutkan dengan larutan NaOH, kemudian disaring menggunkan kertas Whatman filter. Sampel kontrol negatif di diamkan selama 15 menit, sedangkan kontrol positif langsung dilakukan penyaringan. Bentuk mikroplastik didominasi oleh fiber sebesar 58% dengan jumlah 36,5 partikel/g. Warna mikroplastik didominasi oleh biru sebesar 75%. Persentase pengurangan kelimpahan mikroplastik pada kelompok perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan pengocokkan selama 15 menit (K15) sebesar 70% dan terendah pada perlakuan kontrol negatif (KN) sebesar 45%. Uji One Way ANOVA membuktikan bahwa adanya perbedaan rata-rata kelimpahan mikroplastik pada kelompok perlakuan pengocokkan dengan nilai signifikan sebesar 0,002 (< 0,05). Waktu pengocokkan mempengaruhi pengurangan kelimpahan mikroplastik pada makroalga Sargassum cinereum.

Macroalgae are plants that are widely used as a food source for marine organisms and humans. Sargassum cinereum macroalgae on the surface of the thalli can be accumulated by mytoplastics which have high accumulation power in the waters of Semak Daun Island. Microplastic contamination in the macroalgae section occurs due to the accumulation of microplastics in the macroalgae growing sites. Microplastics can be attached, wrapped around, or covered by macroalgae. This study aims to determine the shape, color, and size of microplastics and the effect of variations in shaking time on the reduction of microplastics in macroalgae Sargassum cinereum J. Agardh 1848. Samples on the surface of macroalgae were taken as much as 10 g, then given shaking treatment with a time difference of 5 minutes, 10 minutes, and 15 minutes and filtered using a Whatman filter paper filter. Samples that adhered strongly to macroalgae were dissolved with NaOH solution, then filtered using Whatman filter paper. The negative control sample was allowed to stand for 15 minutes, while the positive control sample was immediately assessed. The form of microplastic is dominated by fiber by 58% with a total of 36.5 particles/g. The color of microplastic is dominated by blue by 75%. The percentage of microplastic reduction in the treatment group was highest in the shaking treatment for 15 minutes (K15) by 70% and the lowest in the negative treatment (KN) 45%. The One-Way ANOVA test proved that the difference between the mean and microplastics in the shaking treatment group had a significant value of 0.002 (< 0.05). Shaking time affects the reduction of microplastic in macroalga Sargassum cinereum."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Eve Berliana
"Telah dilakukan penelitian tentang struktur populasi kerang Pinna muricata dan korelasinya dengan kepadatan lamun di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan dan menganalisis struktur populasi kerang Pinna muricata yang meliputi kelimpahan, persebaran, dan ukuran, serta mencari tahu ada atau tidaknya korelasi dengan jumlah lamun di sekitarnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan transek sepanjang 50 meter yang dibentangkan mengelilingi pulau secara tegak lurus dari pantai. Pada jalur transek tersebut diletakan kuadrat dengan luas 10×2 m2 sebanyak tiga buah dengan jarak antar kuadrat adalah 10 m. Pinna muricata yang ditemukan pada tiap kuadrat dihitung dan diletakan kuadrat kecil seluas 1×1 m2 dengan posisi sehingga Pinna muricata berada di tengah kuadrat tersebut. Tegakkan tiap jenis lamun yang ada dalam kuadrat kecil dihitung. Setelah itu, cangkang kerang diambil dari substrat dan dihitung morfometrinya menggunakan penggaris. Tiap data yang didapat ditampilkan dalam tabel, dan dibandingkan dengan data yang didapat pada penelitian sebelumnya. Data jumlah Pinna muricata, jumlah tegakkan lamun, dan panjang total cangkang diuji dalam rumus Uji Korelasi Spearman. Hasil menunjukkan bahwa jumlah kerang Pinna muricata menurun sampai 42,6%, dan panjang total cangkang dari Pinna muricata menurun 13,49% dibandingkan dengan penelitian pada tahun 2003. Hasil Uji Korelasi Spearman menunjukan adanya nilai korelasi positif antara jumlah Pinna muricata dan jumlah tegakkan lamun dengan nilai koefisien korelasi 0,86, namun, ditemukan nilai korelasi negatif antara panjang total cangkang Pinna muricata dengan jumlah tegakkan lamun dengan nilai koefisien korelasi -0,51.

A research about the population structure of Pinna muricata and its correlation with the number of seagrass shoots around them had been conducted. The purpose of this study was to count, compare, and analyze the population structure of Pinna muricata in the shape of their numbers, distributions, and size, then finding out whether or not those factors have any correlations with the number of seagrass’ shoots around them. Data collecting was done with a 50 meter line transect placed vertically with shoreline. On the transect track, a 10×2 m2 quadrats was placed three times, with the distance of each quadrats is 10 m. Each Pinna muricata that was found on the quadrat was counted, and then a smaller quadrat with the size of 1×1 m2 was put in a way that makes the Pinna muricata is placed on the center of the small quadrat. Every seagrass’ shoots that was found on the small quadrat was counted. Then Pinna muricata was picked from its substrate to measure its morphometrics. Every data that was found was displayed on a table to be compared with previous research. The number of Pinna muricata that was found, number of seagrass’ shoots, and the total length of Pinna muricata was analyzed using the Spearman’s Rank Correlation Coefficient formula. Results show that the number of Pinna muricata had decrease by 42,6%, and the total length of Pinna muricata had also decrease by 13,49% when compared to a previous study in 2003. The results of Spearman’s rank correlation coefficient showed a positive correlation between the number of Pinna muricata and the number of seagrass’ shoots, with the number of correlation coefficient is 0,86. The result also showed a negative correlation between the total length of Pinna muricata’s shell and the number of seagrass’ shoots, with the number of correlation coefficient is -0,51."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulana Cheka Bhakti
"Telah dilakukan penelitian tentang jenis dan kelimpahan mikroplastik pada daun lamun Cymodocea serrulata di Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan serta menganalisis kelimpahan dan jenis mikroplastik pada permukaan daun lamun atas dan bawah spesies Cymodocea serrulata, air dan sedimen. Sampel yang digunakan adalah daun lamun Cymodocea serrulata kemudian dipotong ± 1 cm2, 10 cm dari pangkal daun. Permukaan daun lalu dikerik menggunakan silet dan hasil kerikan diletakan pada kamar hitung Sedgewick Rafter Chamber dan ditetesi aquades lalu diamati pada mikroskop. Hasil pengamatan menunjukkan kelimpahan pada Pulau Pramuka lebih tinggi dengan nilai kelimpahan 86,85 ± 56,65 partikel.cm-2 dibandingkan Pulau Semak Daun sebesar 63,25 ± 33.01 partikel.cm-2. Kelimpahan mikroplastik pada air sebesar 98,62 ± 6,18 partikel.L-1 di Pulau Pramuka dan 59,58 ± 3,82 partikel.L-1 di Pulau Semak Daun. Kelimpahan pada sedimen di Pulau Pramuka sebesar 10766,67 ± 2280,59 partikel.Kg-1 dan 8333.33 ± 1239,18 partikel.Kg-1 pada Pulau Semak Daun. Mikroplastik yang berhasil teramati yaitu fiber, fragmen, film dan pellet. Film menjadi jenis mikroplastik yang paling banyak kelimpahannya pada permukaan daun lamun sedangkan fiber yang paling banyak ditemukan pada air dan sedimen. Hasil Uji-T (Independent Sample T-test) menunjukkan tidak terdapat perbedaan kelimpahan mikroplastik pada permukaan atas dengan bawah daun lamun, tetapi terdapat perbedaan yang signifikan kelimpahan mikroplastik pada permukaan daun lamun, air dan sedimen di Pulau Pramuka dengan Pulau Semak Daun.

A research was conducted on the types and abundance of microplastics on Pramuka Island and Semak Daun Island. The purpose of this study was to compare and analyze the abundance and types of microplastics on the upper and lower leaf surfaces of species Cymodocea serrulata, water and sediment. The sample used was seagrass leaves Cymodocea serrulata and then cut ± 1 cm2, 10 cm from the base of the leaf. The leaf surface was then scraped using a razor blade and the scraped results were placed in the counting Sedgewick Rafter Chamber and added with distilled water and observed under a microscope. Observations showed that the abundance on Pramuka Island was higher with an abundance value of 86.85 ± 56.65 particles.cm-2 compared to Semak Daun Island of 63.25 ± 33.01 particles.cm-2. Abundance microplastic in water was 98.62 ± 6.18 particles.L-1 on Pramuka Island and 59.58 ± 3.82 particles.L-1 on Semak Daun Island. The abundance of sediment on Pramuka Island was 10766.67 ± 2280.59 particles.Kg-1 and 8333.33 ± 1239.18 particles.Kg-1 on Semak Daun Island. The microplastics that were observed were fiber, fragments, films and pellets. Film is the most abundant type of microplastic on the surface of seagrass leaves, while fiber is the most abundant in water and sediment. The result of T-test (Independent Sample T-test) showed that there was no difference in the abundance of microplastic on the upper and lower surfaces of seagrass leaves, but there was a significant difference in the abundance of microplastics on the surface of seagrass leaves, water and sediment on Pramuka Island and Semak Daun Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafiq Rifat
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan bentuk-bentuk mikroplastik yang terakumulasi pada air dan sedimen, menganalisis dan membandingkan jumlah kelimpahan mikroplastik pada saluran pencernaan bulu babi Diadema setosum yang diambil dari Gugusan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengamblan sampel air, sedimen dilakukan bedasarkan tiga titik mengelilingi pulau dan sampel bulu babi Diadema setosum dilakukan dari 10 lokasi berbeda mengelilingi pulau. Sampel air sebanyak 20 liter disaring dengan plankton net 300 µ, sampel sedimen sebanyak 200 gram dikeringkan menggunakan oven, dan saluran pencernaan bulu babi di larutkan menggunakan HNO3 65%. Semua sampel dijenuhkan dengan larutan NaCl agar partikel mikroplastik mengapung di permukaan. Setiap sampel diambil sebanyak 1 ml, kemudian diletakan di kamar hitung Sedgewick rafter untuk diamati dibawah mikroskop dan dihitung bedasarkan jenis mikroplastik yang ditemukan. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan mikroplastik paling tinggi pada Pulau Panggang sejumlah 148,00 partikel L-1 pada air, 217.100 partikel kg-1 pada sedimen, dan 1.264,00 partikel ind-1 pada saluran pencernaan bulu babi. Disusul oleh Pulau Pramuka dengan kelimpahan mikroplastik sejumlah 132,67 partikel L-1 pada air, 136.800 partikel kg-1 pada sedimen, dan 1.082,7 partikel ind-1 pada saluran pencernaan bulu babi.. Jumlah kelimpahan mikroplastik terendah ada pada Pulau Semak Daun sejumlah 92,67 partikel L-1 pada air, 121.066 partikel kg-1 pada sedimen, dan 923,33 partikel ind-1 pada saluran pencernaan bulu babi. Terdapat perbedaan yang signifikan jumlah kelimpahan mikroplastik pada sampel saluran pencernaan bulu babi pada Pulau Panggang, Pulau Pramuka, dan Pulau Semak Daun.

This study aims to analyze the abundance of forms of microplastics that accumulate in water and sediment, analyze and compare the abundance of microplastics in the digestive tract ofsea ​​urchins Diadema setosum taken from the Pramuka Island Cluster, Seribu Islands, Jakarta. Water and sediment samples were taken from three points around the island and samples ofsea ​​urchins were Diadema setosum taken from 10 different locations around the island. A 20 liter water sample was filtered with a plankton net of 300 , a sediment sample of 200 grams was dried using an oven, and the digestive tract of sea urchins was dissolved using 65% HNO3. All samples were saturated with NaCl solution so that the microplastic particles floated on the surface. Each sample was taken as much as 1 ml, then placed in thecounting room Sedgewick rafter to be observed under a microscope and calculated based on the type of microplastic found. The results showed that the highest abundance of microplastics was on Panggang Island with 148.00 L-1 particles in water, 217,100 kg-1 particles in sediment, and 1,264,00 ind-1 particles in the digestive tract of sea urchins. Followed by Pramuka Island with an abundance of microplastics of 132.67 L-particles1 in water, 136,800 kg-particles1 in sediments, and 1,082.7 ind-particles1 in the digestive tract of sea urchins.. The lowest abundance of microplastics was found on Pulau Semak Daun with 92.67 particles L-1 in water, 121,066 particles kg-1 in sediments, and 923.33 particles ind-1 in the digestive tract of sea urchins. There were significant differences in the abundance of microplastics in the digestive tract samples of sea urchins on Panggang Island, Pramuka Island, and Semak Daun Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafiq Rifat
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan bentuk-bentuk mikroplastik yang terakumulasi pada air dan sedimen, menganalisis dan membandingkan jumlah kelimpahan mikroplastik pada saluran pencernaan bulu babi Diadema setosum yang diambil dari Gugusan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengamblan sampel air, sedimen dilakukan bedasarkan tiga titik mengelilingi pulau dan sampel bulu babi Diadema setosum dilakukan dari 10 lokasi berbeda mengelilingi pulau. Sampel air sebanyak 20 liter disaring dengan plankton net 300 μ, sampel sedimen sebanyak 200 gram dikeringkan menggunakan oven, dan saluran pencernaan bulu babi di larutkan menggunakan HNO3 65%. Semua sampel dijenuhkan dengan larutan NaCl agar partikel mikroplastik mengapung di permukaan. Setiap sampel diambil sebanyak 1 ml, kemudian diletakan di kamar hitung Sedgewick rafter untuk diamati dibawah mikroskop dan dihitung bedasarkan jenis mikroplastik yang ditemukan. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan mikroplastik paling tinggi pada Pulau Panggang sejumlah 148,00 partikel L-1 pada air, 217.100 partikel kg-1 pada sedimen, dan 1.264,00 partikel ind-1 pada saluran pencernaan bulu babi. Disusul oleh Pulau Pramuka dengan kelimpahan mikroplastik sejumlah 132,67 partikel L-1 pada air, 136.800 partikel kg-1 pada sedimen, dan 1.082,7 partikel ind-1 pada saluran pencernaan bulu babi.. Jumlah kelimpahan mikroplastik terendah ada pada Pulau Semak Daun sejumlah 92,67 partikel L-1 pada air, 121.066 partikel kg-1 pada sedimen, dan 923,33 partikel ind-1 pada saluran pencernaan bulu babi. Terdapat perbedaan yang signifikan jumlah kelimpahan mikroplastik pada sampel saluran pencernaan bulu babi pada Pulau Panggang, Pulau Pramuka, dan Pulau Semak Daun.

This study aims to analyze the abundance of forms of microplastics that accumulate in water and sediment, analyze and compare the abundance of microplastics in the digestive tract ofsea urchins Diadema setosum taken from the Pramuka Island Cluster, Seribu Islands, Jakarta. Water and sediment samples were taken from three points around the island and samples ofsea urchins were Diadema setosum taken from 10 different locations around the island. A 20 liter water sample was filtered with a plankton net of 300 , a sediment sample of 200 grams was dried using an oven, and the digestive tract of sea urchins was dissolved using 65% HNO3. All samples were saturated with NaCl solution so that the microplastic particles floated on the surface. Each sample was taken as much as 1 ml, then placed in thecounting room Sedgewick rafter to be observed under a microscope and calculated based on the type of microplastic found. The results showed that the highest abundance of microplastics was on Panggang Island with 148.00 L-1 particles in water, 217,100 kg-1 particles in sediment, and 1,264,00 ind-1 particles in the digestive tract of sea urchins. Followed by Pramuka Island with an abundance of microplastics of 132.67 L-particles1 in water, 136,800 kg-particles1 in sediments, and 1,082.7 ind-particles1 in the digestive tract of sea urchins.. The lowest abundance of microplastics was found on Pulau Semak Daun with 92.67 particles L-1 in water, 121,066 particles kg-1 in sediments, and 923.33 particles ind-1 in the digestive tract of sea urchins. There were significant differences in the abundance of microplastics in the digestive tract samples of sea urchins on Panggang Island, Pramuka Island, and Semak Daun Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library