Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasyim
Abstrak :
ABSTRAK
Baja tahan karat austenitik adalah material logam yang sangat banyak digunakan untuk alat-alat industri dan alat-alat transportasi, karena memiliki sifat mekanik dan sifat fisik serta ketahanan terhadap korosi yang baik. Dalam masalah ini telah dilakukan penelitian tentang penjelasan plat baja tahan karat austenitik tipe 304 dengan metode GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) dan SMAW (Shield Metal Arc Welding) untuk menganalisa tentang aspek kekuatan mekanik serta pengaruh terhadap presipitasi carbida. Guna mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap hasil lasan, maka dibuat variabel arus yaitu 125 A, 110 A, 105A dan 95A dengan media pendingin udara dan air. Dari hasil percobaan ini dilakukan uji metalografi, uji tarik, uji kekerasan. Pada uji mikro struktur di daerah deposit las, sampel no. 4 memperlihatkan butiran besar yang tidak kontinyu sedangkan pada sampel no. 7 terdapat porositi. Dari uji tarik diperoleh hasil, kedua sampel tersebut putus pada daerah las-lasan dengan nilai kekerasan paling tinggi yaitu 172 Hv dan 168 Hv. Laju pendinginan mempengaruhi proses terjadinya presipitasi carbida. Makin lambat waktu pendinginan semakin banyak jumlah presipitasi carbida yang terjadi, seperti ditunjukkan pads spesimen GT 105/12, GT 125/12 dan SM 110/23. Dari photo mikro diperoleh perbedaan bahwa presipitasi carbida pada batas butir dengan pendinginan udara lebih tampak hitam dibandingkan dengan pendinginan air. Lebar pita daerah yang meugalami presipitasi tergantung pada input panas yang diberikan.
Abstract
The austenitic corrosive resistive steel is a metallic material used extensively in industrial and transportational equipments, it is said so due to they have both good mechanical and physical properties as well as their good corrosive resistive resistance. In this case, there had been done such a welding of an austenitic resistive steel plate type 304 using both methods such as GTAW (Gas Tungsten Arc Welding) to analyze the aspect of its mechanical strength and its effect towards carbide?s precipitation To recognize its factor which effects the result of welding, so there had been created many different variables of electrical current such as 125 A, 110 A, 105 A and 95 A using both coolingmedias such as air and water. From this experimental result there had been done such a metallographic testing for both tensile testing and testing of its strength. For its structural micro testing on the site of welding?s deposit, a no. 4 sample shown such a big uncontinued granule, and for a no. 7 sample there are porosities. From their tensile testing shown such many broken weldings with its highest strength of 172 Hv and 168 Hv respectively for its progressiveness of cooling which effect the process of carbide?s precipitative creation, shown that, the length of time?s cooling could determine, the number of carbide?s precipitation to be created, such had been shown by the speciments of GT 105/12, GT 125/12 and SM 110/123. From the micro photo there had been obtained, that there had been shown such a different carbide?s precipitation, darker for a gzanule?s threshold with a more air cooling compared to the water cooling. For the wideness of band, it is depend on the heat input to be given.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kartikasari
Abstrak :
ABSTRAK
Pengukuran dosis radiasi lingkungan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa paparan radiasi yang diterima masyarakat masih di bawah nilai batas dosis yang ditentukan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN). Salah satu caranya dengan menggunakan Thermoluminescence Dosimeter (TLD) kalsium sulfat CaSO4 yang memanfaatkan sifat luminesensi sebagai detektor radiasi. Kemampuan luminesensi dosimeter dapat ditingkatkan dengan memberikan penambahan dopan. Diantara dopan yang memungkinkan untuk TLD CaSO4 yaitu dysprosium (Dy) dan thulium (Tm). Salah satu metode penambahan dopan adalah dengan metode kopresipitasi. Penambahan Tm sebagai dopan menggunakan metode kopresipitasi dalam sintesis TLD CaSO4 belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan dopan Dy dan Tm dalam sintesis TLD CaSO4 menggunakan metode kopresipitasi serta untuk mengetahui pengaruh penambahan PTFE dalam pembentukan pelet TLD CaSO4:Dy maupun CaSO4:Tm. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan dopan Dy maupun Tm dapat meningkatkan sensitivitas CaSO4. TLD hasil sintesis memiliki respon yang linier terhadap dosis radiasi dengan penyinaran menggunakan Sr-90 dan Cs-137. Penambahan PTFE menurunkan intensitas TLD CaSO4:Dy maupun CaSO4:Tm
ABSTRACT
Environmental radiation dosage measurements need to be done to ensure that the radiation exposure received by the community is still below the dose limit value determined by Nuclear Energy Regulatory Agency (BAPETEN). One way is by using Thermoluminescence Dosimeter (TLD) Calcium Sulphate (CaSO4). The increase in luminescence power of the dosimeter can be accomplished by the addition of dopant. Dysprosium Dy and Thulium Tm are effective dopants for TLD CaSO4. One method of adding dopant is by coprecipitation method. The addition of Tm as dopant using coprecipitation method in TLD synthesis never done before. Therefore, the purpose of this research is to know the effect of dopant addition of Dy and Tm in the synthesis of TLD CaSO4 using coprecipitation method and to know the effect of addition of PTFE in formation of TLD pellet CaSO4:Dy and CaSO4:Tm. Based on the results of the study it can be concluded that the addition of Dy or Tm can increase the sensitivity of TLD CaSO4. Synthetic TLD has a linear response to radiation dose by irradiation using Sr-90 and Cs-137. Addition of PTFE decreases luminescence power because the percentage of PTFE given is greater than CaSO4:Dy and CaSO4:Tm
2017
T48380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Rini Setia
Abstrak :
Laboratorium Dasar Proses Kimia TGP FTUI digunakan untuk praktikum mahasiswa. jenis praktikum yang dilangsungkan di Lab. ini adalah praktikum kimia dasar (KD), kimia analitik-(KA) dan kimia fisika (KF). Lab. ini menghasilkan B3, yaitu Iogam berat yang terdiri dari Cu, Cr. Co, Al, Ag dan Zn. Selain ilu juga pelarut organik dan asam basa anorganik_ Kandungan awal Iogam berat dapat dilihat pada tabel 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentitikasikan lcarakteristik dan kuantitas Iogam berat, meninjau kemungkinan proses pengendapan hidroksida, dan umuk mengetahui efisiensi penyisfhan logam berat.

Sebelum limbah diolah, maka terlebih dahulu disegregasi mengikuti pengelompokan yang dilakukan oleh Kenruc/qv University. Limbah Lab.DPK dapat dibagi menjadi sembilan kelompok, yaitu logam berat yang terdiri dari Cu, Fe, Al , Logam berat yang tergabung dengan senyawa thiosianat, kelompok krom valensi enam, besi yang tergabmmg bersama ion golongan halogen, logam barium, perhk, krom dan kobal, tembaga yang tergabung dengan tiosulfat.

Limbah yang diteliti adalah limbah yang dapat langsung diendapkan dengan hidroksida. Limbah ini terdapat pada modul 1, 4, 6 dan 7I<.D, I dan 4 KA serta 9KF. Pengolahan limbah dibagi menjadi lirnbah per modul, yang terdiri dad limbah mengandung Fe, SO42', dan ion golongan hal0gen(4KD) dan limbah mengandung Co dan Cr (4KA), per kelompok (mengandung Fe,Cu Al (1,6 dan 7KD)) dan campuran limbah (Cr, Co, Ag, Cu, Fe dan AI (l,6,7 KD, l dan 4KA, dan 9KF)). Zat pengendap yang digunakan adalah KOH dan NaOH. Dari segi biaya NaOH lebih murah daripada KOH. Namun KOH lebih ramah linglcungan karena unsur ini diperlukan oleh tanaman.

Metode yang digunakan adalah pengendapan bertingkat_pH larutan dinaikkan tiap satu tahap dan endapan disaring tiap tahap. Sebelum diolah, kandungan logam berat dianalisa menggunakan Spektra Serapan Atom (AAS) di Lab.TEL TGP FTUI_ Pengendapan bertingkat ini akan menghasilkan iiltrat yang masih mengandung logam berat dan endapan yang termasuk limbah B3.

Limbah yang pertama diolah adalah limbah 4KD dan 4KA_ Limbah ini sangat asam (pH=0,22) dan pada pH 4 mencapai eiisiensi 99,92%, sehingga kadar logam filtrat sebesar 1,64 mg/1 (< baku mum = 5 mg/1). Sedangkan limbah 4KA pada pl-I ll menghasilkan filtrat dengan kandungan Cr 0,187 mg/1 dan Co 30,46 mgfl.

Perbandingan dua zat pengendap, KOH dan NaOH menghasilkan efisiensi penyisihan logam berat yang hampir sama, namun NaOH lebih besar efisiensi penyisiharmya.

Pengolahan limbah per kelompok menghasilkan etisiensi penyisihan logam berar Iebih tinggi daripada carnpuran Iimbah_ Pada campuran limbah terdapat kemungkinan logam berat bértemu dengan anion_ Iain 'pada modul lain yang membuat logam larut, misalnya SO42' dan Cl.

Parameter pembuangan limbah yang digunakan adalah baku mum bapedal untuk pengolahan limbah cair B3 untuk industri, karena baku mutu untuk pengolahan limbah laboratorium belum ada. Campuran limbah yang telah ditambahkan NaOH akan menghasilkan kandungan filtrat sebagai berikut: 1. pH 8 kadar logam dalam filtrat: Cr 1,821 mg/1; Co 69,31 mg/1; Ag 0,203 mg/1; Cu 1,496 mg/1; Fe 0,179 mg,/1; AI 0 mg/I dan Zn 13, 88 mg/I. 2. pH 10 kadar logam dalam Eltrat: Cr 2,008 mg/l; Co 22,95 mg/I; Ag 0,0986 mg/I; Cu 0,672 mg/l; Fe 0,212 mg/l; Al 0 mg/I dan Zn 0,9234 mg/1.

Berdasarkan hasil ini, maka terdapat dua al tematif untuk mengolah limbah Lab.DPK. Yang pertama limbah diolah pada pH S, sehingga beberapa Iogam telah memenuhi baku mutu pengolahan limbah, yaitu Cu, Fe, dan Al, sedangkan sisanya diolah dengannrhetode lain. Yang kedua adalah dengan-rhengolah Iimbah pada pH 10 dan memisahkan Co dari campman limbah. Pengolahan pada pH ini berarti harus ada pengolahan tambahan untuk filtrat, karena pH 10 lebih besar daripada pH baku mutu (9). Filtrat harus ditambah dengan asam sehingga berada dalam range yang diperbolehkan atau dicampur dengan limbah asam anorganik dari modul lain agar pl-I berada antara 6-9.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanny Endritasari
Abstrak :
Alumina aktif (Al3O;) merupakan Salah satu jenis desiccnnr yang banyak digunakan unluk mengadsorp uap air pada gas, karena memiliki struktur yang kuat, luas permukaan besar (200-400 mg/g), Lidak mudah terdaklivasi oleh senyawa organik, dan dapat diregenerasi pada temperatur relatif rendah (250-350°C). Pada penelitian ini dilakukan proses Bayer unluk mcnghasilkan alumina aktif dari bauksit Bintan dcngan langkah ulama preparasi bijih bauksit, ekstraksi aluminium hidroksida (Al(0l-l)3), presipitasi aluminium hidroksida, dan kalsinasi aluminium hidroksida agar terbentuk alumina aktif.

Salah satu faktor yang mempcngaruhi kualilas dan kuantitas dari aluminium hidroksida clan alumina aktif adalah temperatur presipitasi. Oleh sebab itu dalam pcnelilian ini dilakukan variasi temperatur presipitasi.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa aluminium hidroksida berbcntuk kristal bayer-ire pada tcmperatur presipitasi 27°C (temperatur kamar) dan berbcntuk kristal gibbsite pada temperarur presipiiasi 80°C Diantara kedua temperalur tcrsebul bayerile dan gibbsire yang lerbcntuk memiliki Lingkal kristalinitas yang lebih rendah, dimana semakin rcndah tingkat kristalinitasnya, jumlah aluminium hidroksida yang lerpresipilasi semakin banyak, dan puncaknya tcrdapal pada lempcratur prcsipilasi 60°C, dimana % ckstraksi aluminium hidroksida dari bauksil mencapai 87.03% Alumina aktif yang memenuhi kritcria sebagai desiccrmr bcrdasarkan luas permukaannya dihasilkan dari kalsinasi lerhadap aluminium hidroksida yang dipresipitasi pada temperatur kamar, 40°C dan 80°C, dimana ketiga alumina aklif tersebut bcnurut-tumt memiliki luas permukaan sebesar 349,3 ml/g, 2502 ml/g dan 234.7 m2/g, dengan % ekstraksi bemirul.-lurut sebesar l6,38%, 36,4% dan 25,9%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilda Nur Puspita
Abstrak :
ABSTRAK
Pembentukan deposit kerak CaCO3 oleh air sadah pada sistem perpipaan di industri maupun rumah tangga menimbulkan banyak permasalahan teknis dan ekonomis. Pengolahan air sadah dan pencegahan pembentukan kerak umumnya dilakukan secara kimiawi seperti resin penukar ion dan penambahan inhibitor kerak. Namun, metode ini tidak cukup aman karena dapat mengubah sifat kimia larutan serta investasinya yang besar. Agitasi mekanik merupakan metode alternatif secara fisik untuk mengatasi pembentukan kerak (CaCO3). Campuran larutan NaHCO3 dan CaCl2 digunakan untuk menghitung kandungan ion Ca2+ sebagai indikator terbentunya kerak melalui metode titrasi kompleksometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa agitasi mekanik dapat meningkatkan laju presipitasi CaCO3.
ABSTRACT
CaCO3 deposit formation crust by hard water in piping systems in industrial and household raises many technical and economical problems. Treatment and prevention of hard water scale formation is generally carried out chemically, such as ion exchange resins and the addition of scale inhibitors. However, this method is less secure because it can alter the chemical properties of the solution as well as a great investment. Mechanical agitation is an alternative method to cope physically scaling (CaCO3). Mixture solution between NaHCO3 and CaCl2 are used to calculate the content of Ca2+ ions as an indicator of CaCO3 deposit formation through complexometric titration. The results showed that the mechanical agitation can increase the rate of precipitation of CaCO3.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1465
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Luna Sekar Anindya
Abstrak :
Meningkatnya penggunaan LIB telah membuat industri daur ulang LIB menjadi sangat penting mengingat dampak ekonomo dan lingkungan yang signifikan dari limbah baterai end-of-life. Salah satu rute yang memungkinkan untuk mengekstraksi logam adalah dengan rute hidrometalurgi yang dilakukan pada suhu mendekati suhu lingkungan dibandingkan dengan suhu tinggi pada dalam pirometalurgi. Hidrometalurgi melibatkan pelarutan bijih dalam reagen diikuti dengan pengendapan selektif dan pemurnian. Makalah ini secara khusus berfokus pada asesmen Area 300 yang melibatkan pengendapan Cu, Al, Fe Hidroksida dan Mn, Ni, Co hidroksida. Proses dimulai dengan mengambil umpan dari daerah leaching (Area 200) dan masuk ke dalam reaktor presipitasi untuk mengendapkan Cu, Al, dan Fe. Endapan Cu, Al, dan Fe kemudian disaring dan dikeringkan. Sedangkan sisa logam Mn, Ni, dan Co akan mengalami reaksi pengendapan di reaktor dua; dan kemudian disaaring dan dikeringkan menghasilkan bubuk hidroksida NMC. Larutan logam yang tersisa (Li2CO3) akan dikirim ke Area 400. Neraca massa dan energy dihitung dengan menerapkan asumsi untuk setiap unit operasi utama. Asumsi utama dinyatakan dalam poin berikut: pemulihan sempurna logam yang diinginkan dan menggunakan rasio stoikiometri untuk menemukan NaOH yang diperlukan; efisiensi pemisahan 99,5%; 95% efisiensi pencucian pada filter; penguapan sempurna H2O dalam proses pengeringan. Pemilihan dan pengukuran unit operasi utama juga telah dilakukan; STR, plate dan frame filter press serta rotary dryer menjadi pilihan terakhir. Estimasi biaya modal dilakukan berdasarkan estimasi biaya metode factorial, seta dilakukan juga estimasi konsumsi energy dan emisi lingkungan. Dikarenakan banyak asumsi yang diterapkan untuk menyederhanakan hitungan, makalah ini menyarankan pekerjaan lebih lanjut dilaksanakan untuk meningkatkan proses pada skala yang lebih besar, termasuk membuat sistem kontrol dan feasibility study. ......The increasing usage of LIBs has made the LIBs recycling industry critically important considering the significant economic and environmental impact of the EOL battery waste. One of the possible routes to extract the metals is by hydrometallurgical route which is carried out at near ambient temperature in comparison to high temperature in pyrometallurgical. Hydrometallurgical involves the dissolving of ore in a reagent followed by selective precipitation and purification. This paper specifically focuses on the preliminary assessment of Area 300 which involves the precipitation of Cu, Al, Fe hydroxides and Mn, Ni, Co hydroxides. The process starts by taking the feed from the leaching area (Area 200) and coming into the precipitation reactor to precipitate Cu Al and Fe. Cu, Al, and Fe precipitates will then be filtered out and dried. Meanwhile the remaining Mn, Ni, and Co metals will undergo a precipitation reaction in reactor two; and are then filtered out and dried producing powdered NMC hydroxides. The remaining metal solution (e.g., Li2CO3) will be sent to Area 400. Mass and energy balance are calculated by applying assumptions for each critical unit operation. Major assumptions are stated in the following points:  complete recovery of metal of interest and using the stoichiometric ratio to find the required NaOH; 99.5% separation efficiency; 95% washing efficiency; complete evaporation of H2O in drying process. Major unit operation selection and sizing were conducted; STR, a plate and frame filter press along with rotary type dryer were the final selection. An estimation of fixed capital cost were carried out based on the factorial method of cost estimation, as well as the estimated consumables and energy consumption. Environmental emissions were quantified. As numerous assumptions were used to simplify the balance calculations and sizing, the report suggests further work be done to enhance the process developed on a larger scale. This may include creating a control system and conducting a feasibility study.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdi Suryadi
Abstrak :
Hidroksiapatit (HA) merupakan salah satu material bone graft alloplast yang sering digunakan dalam prosedur bone grafting karena sifat osteokonduktif dan biokompatibel yang baik serta komposisinya yang mirip dengan komponen anorganik tulang dan gigi. Namun, HA yang diproduksi dengan metode sintering sulit teresorpsi di dalam tubuh karena kristalinitas yang tinggi. HA dengan kristalinitas rendah dapat diproduksi dengan metode disolusi presipitasi. Pembuatan HA dalam bentuk blok membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan granul, penambahan kondisi hidrotermal dapat mempercepat waktu konversi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekuatan tekan HA yang dihasilkan dari blok gipsum yang direndam dalam larutan Na3PO4 1 mol/L pada kondisi hidrotermal selama 48 jam pada suhu 100oC dan 140oC dan 180oC dan. Blok gipsum dibuat dengan mencampurkan bubuk kalsium sulfat hemihidrat dan aquades dengan rasio akuades dibanding bubuk 0,5. Blok gipsum direndam di dalam larutan Na3PO4 1 mol/L dan dipanaskan selama 48 jam pada suhu 100oC, 140oC dan 180oC. Uji compressive strength dilakukan untuk evaluasi kuat tekan dengan menggunakan Universal Testing Machine AGS-X (Shimadzu, Japan). Setelah perendaman, HA teridentifikasi pada semua kelompok spesimen, namun pada kelompok 100oC dan 140oC selain HA, fasa gipsum juga masih teridentifikasi. Pada kelompok 180oC hanya HA yang teridentifikasi. Berdasarkan uji statistik One-Way ANOVA dan Post-Hoc Tamhane, terdapat penurunan nilai kuat tekan yang signifikan antara kelompok kontrol (gipsum) dan setelah perlakuan suhu 100oC, 140oC dan 180oC. Penurunan nilai kuat tekan juga signifikan antara kelompok perlakuan suhu 180oC dengan kelompok perlakuan suhu 100oC dan 140oC. Namun, tidak ada perbedaan bermakna nilai kuat tekan antara kelompok perlakuan suhu 100oC dan 140oC. Disimpulkan bahwa penelitian ini menunjukkan nilai kekuatan tekan yang turun secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (gipsum).
Hydroxyapatite (HA) is one of the alloplastic materials that is often used in bone grafting procedures because of its osteoconductive and biocompatible properties and its composition which is similar to the inorganic components of bones and teeth. However, sintered HA cannot be reabsorbed in the body due to its high crystallinity. Low crystalline HA can be fabricated through dissolution-precipitation reaction. HA block require conversion time that HA granules. Applying hydrothermal condition to dissolution-precipitation reaction would compensate for longer conversion time. The aim of this study was to analyze the compressive strength of HA block produced from gypsum block that immersion in Na3PO4 1 mol/L solution based on dissolution precipitation method under hydrothermal condition. Block gypsum were made from calcium sulfate hemihydrate powder mixed with distilled water at water to powder ratio 0,5. The gypsum blocks were immersed in Na3PO4 1 mol/L solution for 48 hours at 100oC, 140oC and 180oC. Compressive strength test was used for mechanical strength evaluation and was done with Universal Testing Machine AGS-X (Shimadzu, Japan). After immersion, there was a HA phase identified in all groups, however, groups that had immersion at 100oC and 140oC there was gypsum identified too. Based on statistical analysis using One Way ANOVA and Post-Hoc Tamhane test, there was a significant decrease in compressive strength value between groups of specimens before and after immersion at 100oC, 140oC and 180oC. Compressive strength value was Also significant between group immersion at 180oC and 100oC, 140oC. But the difference between the group after immersion at 100oC and 140oC was not significant. It was concluded that the compressive strength value decreased significantly compared to the control group (gypsum).
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Difa Putri Utami
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Material bone graft sintetis, salah satunya adalah kalsium karbonat/kalsit (CaCO3), yang dapat dibuat dengan menggunakan transformasi fasa melalui reaksi disolusi presipitasi. Metode ini sama dengan pembuatan CO3Ap. Penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk membuat oleh Ishikawa, K., dkk (2017) dapat menghasillkan blok CaCO3 dalam waktu 14 hari melalui perendaman dalam Na2CO3 pada suhu 80ºC. Sementara penelitian Nomura, S., Dkk(2016) untuk menghasilkan CO3Ap dengan menggunakan suhu 100ºC, CaSO4 sudah dapat bertransformasi fasa dalam 1 hari menjadi CO3Ap. Pada proses transformasi fasa, bentuk prekursor dapat menentukan kecepatan reaksi disolusi presipitasi. Dimana semakin luas permukaan prekursor semakin cepat reaksi presipitasi terbentuk. Penggunaan prekursor CaSO4 sudah pernah digunakan sebelumnya, namun dalam bentuk blok. Untuk menghasilkan CaSO4 dapat digunakan metode seperti pada penelitian Arsista, D., dkk(2017), yaitu melalui pembakaran blok CaSO4.2H2O pada suhu 700ºC. Blok yang dihasilkan kemudian dijadikan granul, dan direndam dalam larutan Na2CO3. Dengan bentuk perkursor yang lebih kecil dan suhu yang digunakan 100ºC, transformasi fasa CaSO4 menjadi fasa CaCO3 yang terjadi dapat dipengaruhi oleh lama perendaman hingga 14 hari melalui reaksi disolusi presipitasi. Tujuan : Fabrikasi dan karakterisasi granul CaCO3 dengan merendam granul CaSO4 ke dalam larutan Na2CO3 sampai dengan 14 hari. Metode: Fabrikasi granul CaSO4 melalui pembakaran blok CaSO4.2H2O (T = 700ºC) menghasilkan blok CaSO4, kemudian dihancurkan menjadi granul berukuran 300-500µm. Fabrikasi Granul CaCO3 melalui perendaman CaSO4 direndam dalam larutan Na2CO3 0,5mol/L selama 1, 2, 3, 7 dan 14 hari (T = 100ºC). Karakterisasi prekursor CaSO4 dan hasil CaCO3 dengan analisis X-Ray Diffraction (XRD), Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) dan Scanning Electron Microscope (SEM) dan mengetahui jumlah unsur yang terdapat pada masing-masing sampel dengan menggunakan EDS. Hasil: Prekursor CaSO4 yang dihasilkan teridentifikasi memiliki fasa CaSO4 dan CaSO4.2H2O. Granul CaCO3 yang dihasilkan tidak murni, dari hasil XRD dan FTIR menunjukkan adanya impuritas CaSO4. Dimana intensitas fasa CaSO4 yang menjadi impuritas pada CaCO3 yang dihasilkan relatif sama dari 1 hingga 14 hari. Kesimpulan: Granul CaCO3 yang terbentuk tidak dipengaruhi oleh lama perendaman granul CaSO4 di dalam larutan Na2CO3 selama 1 hingga 14 hari. Prekursor CaSO4 yang dihasilkan memiliki impuritas CaSO4.2H2O, karena CaSO4 sensitif terhadap kelembaban. Reaksi disolusi presipitasi untuk menghasilkan CaCO3 dengan menggunakan suhu 100ºC belum dapat menghasilkan CaCO3 murni.
ABSTRACT
Background: Calcium carbonate/calcite (CaCO3) is one of synthethic bone graft materials, which can be made using phase transformation through precipitation dissolution reactions. This method is similar to the method to make CO3Ap. Previous research by Ishikawa, K., et al. (2017) was able to produce CaCO3 blocks within 14 days through immersion in Na2CO3 at 80ºC. While the research of Nomura, S., et al (2016) was able to produce CO3Ap at 100ºC, CaSO4 has been able to phase transform in 1 day to CO3Ap. In the process of transforming the precursor phase, the form of precursor can determine how long precipitation dissolution reaction will be done, by the precursor surface area. The use of CaSO4 precursors has been done before, but in the form of blocks. Methods to produce CaSO4 can be used as in the Arsista, D., et al (2017), which is through burning CaSO4.2H2O blocks at 700ºC. The CaSO4 block is then crushed into granules, and soaked in a Na2CO3 solution. With smaller form of precursor and higher temperature at 100ºC, phase transformations from CaSO4 to CaCO3 that occur THROcan be affected by the immersion time up to 14 days in the can affect the CaSO4 granule precursor into a new compound, CaCO3. Objective: Fabrication and characterization of granules CaCO3 by immersing CaSO4 granules into Na2CO3 solution for up to 14 days. Methods: Fabrication of CaSO4 granules through burning CaSO4.2H2O block (T = 700ºC) to produced CaSO4 block, then crushed into 300-500µm granules. Fabrication of CaCO3 granules through immersion of CaSO4 in 0.5mol/L Na2CO3 solution for 1, 2, 3, 7 and 14 days (T = 100ºC). Characterization of CaSO4 precursors and CaCO3 results by X-Ray Diffraction (XRD) analysis, Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) and Scanning Electron Microscope (SEM) and find out the number of elements in each sample using EDS. Results: The CaSO4 precursors were identified to have CaSO4 and CaSO4.2H2O phases. The CaCO3 granule have impurities, from the results of XRD and FTIR indicating the presence of CaSO4 as impurity. Where the intensity of CaSO4 phase which becomes impurity in the resulting CaCO3 is relatively the same from 1 to 14 days. Conclusion: The CaCO3 granule formed is not influenced by the immersion time of CaSO4 granules in Na2CO3 solution for 1 to 14 days. The CaSO4 precursor has impurity of CaSO4.2H2O, because CaSO4 is sensitive to moisture. The precipitation dissolution reaction to produce CaCO3 at 100ºC has not been able to produce pure CaCO3.
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Mayangsari
Abstrak :
Indonesia merupakan salah satu penghasil nikel dunia dengan produksi yang meningkat setiap tahunnya. Peningkatnya produksi nikel menyebabkan produk sampingnya, terak feronikel, juga meningkat sehingga membutuhkan area penyimpanan yang luas karena 1ton nikel yang diproduksi menghasilkan 8-14ton terak. Berdasarkan peraturan pemerintah, terak feronikel termasuk ke dalam limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang dapat direcovery. Sehingga dapat digunakan untuk berbagaimacam aplikasi seperti untuk bahan baku silika presipitat karena kandungan silikanya yang tinggi, yaitu 46,95%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat silika presipitat dari terak feronikel dengan proses impregnasi, roasting, leaching dan presipitasi, untuk mengetahui pengaruh serangkaian prosesnya terhadap komposisi, fasa dan mikrostrukturnya serta karakterisasi produk yang dihasilkan. Proses impregnasi NaOH terhadap terak feronikel dilanjutkan dengan roasting pada temperatur 350 ° C selama 60 menit telah dilakukan. Kemudian leaching dilakukan terhadap hasil roasting terak feronikel teralkalinasi menggunakan aquades yang diikuti dengan proses presipitasi untuk menghasilkan silika presipitat. Fasa Na2SiO3 terbentuk dari hasil proses roasting. Namun, keberadaan fasa magnesium silikat pada residu leaching dapat menurunkan recovery SiO2 yang didapatkan.  Leaching pada temperatur 90 °C selama 60 menit dengan rasio s/l 1/6 dan kecepatan pengadukan 200 rpm dapat menghasilkan pregnant solution dengan % ekstraksi 29 %.  35,80 % silika presipitat berhasil direcovery dari pregnant solution silika dengan ukuran partikel dan surface area berturut-turut adalah 15,0706 ± 0,4481 mm dan 246,7045 ± 1,6324 m2/ g. ......Indonesia is one of the countries that produce worlds nickel supply which has been increasing production capacity every year. Increasing nickel production causes the by-product, ferronickel slag, is also increases, thus it needs large storage area since 1ton nickel production generates 8-14ton slag. Based on the Indonesian governments regulation, ferronickel slag is the hazardous and toxic materials that can be recovered. It can be used for various applications such as raw material for precipitated silica since the high content of silica in the ferronickel slag, it is about 46,95 %. The aims of this study are to produce precipitated silica from ferronickel slag by impregnation, roasting, leaching and precipitation processes, to determine the effect of the series processes mentioned previously to the compositions, phases and microstructures as well as the characterizations of the precipitated silica produced.

Impregnation process of NaOH to the ferronickel slag followed by roasting at 350 ° C for 60 minutes were carried out. Then, leaching was performed to the roasted alkalinized ferronickel slag using distilled water followed by precipitation process to produce precipitated silica. Na2SiO3 phase formed from roasting process. However, the presence of magnesium silicate phases in the leaching residue could reduce recovery of SiO2 produced. Leaching at temperature of 90 ° C for 60 minutes with solid/ liquid ratio 1/ 6 and mixing speed of 200 rpm to the roasting product, produces 29 % of % extraction of Si in the pregnant solution. 35,80 % of silica precipitated recovered from the silica pregnant solution which has particle size and the surface area of 15,0706 ± 0,4481 mm and 246,7045 ± 1,6324 m2/g respectively.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>