Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiara Amelia
Abstrak :
Kemunculan aplikasi kencan memberikan kemudahan untuk manusia mencari pasangan hidup. Fungsi aplikasi kencan beberapa tahun belakangan ini mengalami pergeseran, tidak hanya sekadar untuk mencari pasangan romantis, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non-romantis. Bumble sebagai aplikasi kencan masih pada fungsi awalnya untuk mencari jodoh dengan adanya mode date, dilain sisi ada mode BFF untuk memfasilitasi pencarian teman. Namun, yang terjadi dalam Bumble adalah penggunanya memanfaatkan mode date bukan tempat untuk mencari jodoh. Tulisan ini berfokus pada bagaimana ideologi media dan indeksikalitas bermain di dalam interaksi pengguna mode date Bumble. Penggunaan tanda mewarnai praktik bermedia para pengguna mode date Bumble yang merujuk kepada motif mereka. Tanda yang ada akan dimaknai oleh pengguna mode date Bumble lainnya. ...... The emergence of dating apps makes it easy for humans to find a life partner. The function of dating apps in recent years has shifted, not only to find a romantic partner, but also to fulfill non-romantic needs. Bumble as a dating apps is still in its initial function to find a mate with the date mode, on the other hand there is a BFF mode to facilitate the search for friends. However, what happens in Bumble is that users take advantage of date mode, not a place to find a mate. This paper focuses on how media ideology and indexicality play out in Bumble's date mode user interactions. The use of signs colors the media practice of Bumble’s date mode users which refers to their motives. The sign will be interpreted by other Bumble date mode users.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Angela
Abstrak :
Keberadaan media sosial kini tak lepas dengan kehidupan sehari-hari. YouTube sebagai media sosial berbasis video, menjadi pilihan banyak orang terutama karena tampilannya yang mudah diterima dan jelas tergambarkan terutama dalam hal tutorial, termasuk juga video kecantikan. Melalui beauty vloggers, informasi mengenai cara ber-makeup dapat lebih mudah diterima dalam bentuk video. Tulisan ini berfokus kepada pemaknaan kecantikan yang dimiliki beauty vloggers, dan diwujudkan dalam video. Oleh karena itu, penelitian ini akan menggunakan metode etnografi virtual untuk melihat dan mengamati pola-pola tertentu terhadap hal yang ditampilkan dalam media sosial, dan juga wawancara terkait kecantikan dan pengalaman yang mengiringinya. Kecantikan yang dimaknai tiap vloggers berbeda dan terkait dengan sejumlah pengalaman tertentu, namun terdapat kesamaan mendasar didalamnya. Melalui media sosial, individu tidak hanya sebagai produser, tetapi juga sebagai audience. Ide mengenai kecantikan tidak sepenuhnya bersifat personal, tetapi terbentuk dan terkait erat dengan penggunaan media. ...... The existence of social media, now not separated with everyday life. YouTube as a video-based social media, is the choice of many people mainly because of it looks easily accepted and clearly illustrated primarily in terms of tutorials, included beauty videos. Through beauty vloggers, information on how to makeup can be more easily accepted in video form. This paper focuses on the meaning of beauty forbeauty vloggers, and embodied in the video. Therefore, this study will use virtual ethnographic methods to see and observe certain patterns of things featured in social media, as well as interviews that related of the beauty and experience that accompanies it. The beauty that is interpreted by each vloggers is different and related to a specific experiences, but there are basic similarities in it. Through social media, individuals are not only producers, but also as audiences. The idea of beauty is not entirely personal, but it is formed and closely related to media usage.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Siti Arkandina
Abstrak :
Penelitian ini mengeksplorasi pengalaman orang muda Indonesia dengan aspirasi berpindah ke luar negeri. Eksplorasi ini dilakukan dengan memahami konstruksi identitas kosmopolitan mereka melalui praktik media di keseharian. Berbagai studi menunjukkan bahwa orang muda juga menganggap mobilitas sebagai cara mendapatkan kebebasan dan peluang kehidupan yang lebih baik. Keterbukaan atas pengalaman budaya ini mencerminkan identitas kosmopolitan. Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir kosmopolitisasi Beck dan identitas Hall untuk memahami pengalaman orang muda dalam mengonstruksi identitas kosmopolitan melalui praktik keseharian. Wawancara mendalam dilakukan dengan empat informan, dan riset ini menemukan bahwa identitas kosmopolitan dikonstruksi melalui ekspresi keinginan dan kemampuan mereka dalam mempelajari dan mengadopsi nilai dan praktik budaya asing yang diperoleh dari pemanfaatan teknologi media dan interaksi langsung dengan mereka. Pengetahuan dan kemampuan tersebut dimaknai sebagai modal untuk keluar dari konteks lokal mereka. Riset ini menemukan  bahwa identitas kosmopolitan orang muda dikonstruksi dan dimaknai sebagai modal strategis untuk mewujudkan tujuan dan kebutuhan masa depan, yakni menempatkan diri di ranah budaya global untuk memperoleh kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, penelitian ini juga menyimpulkan bahwa identitas kosmopolitan dikonstruksi dan dimaknai sebagai bagian dari identitas orang muda. Identitas kosmopolitan beriringan dengan dan tidak menghapuskan identitas lain, termasuk yang dalam praktiknya inkonsisten dengan identitas kosmopolitan. ......This study explores the experiences of Indonesian youth with aspirations to move abroad. This exploration is done by understanding the construction of their cosmopolitan identity through their daily media practices. Various studies have shown that young people also see mobility as a way of gaining greater freedom and opportunities. This openness to cultural experience reflects a cosmopolitan identity. This study uses Beck’s cosmopolitization and Hall’s identity frameworks to understand the experiences of young people in constructing their cosmopolitan identit’es through everyday practice. In-depth interviews were conducted with four informants, and this research found that cosmopolitan identities are constructed through the expression of their desire and ability to learn and adopt the values ​​and practices of foreign cultures obtained from the use of media technology and direct interaction. Knowledge and abilities are interpreted as capital to move beyond their local context. This research finds that the cosmopolitan identity of young people is constructed and interpreted as a strategic capital to achieve future goals and needs, namely, positioning themselves in the realm of global culture in the hope of obtaining a better quality of life. In addition, this study concludes that cosmopolitan identity is constructed and interpreted as part of young people’s identity. A cosmopolitan identity goes hand in hand with and does not abolish other identities, including those that are in practice inconsistent with cosmopolitan identities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library