Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
Bogor: Kencana Prenada Media , 2004
297.414 NEN p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Topo Santoso
"Upaya memberantas pornografi tampaknya tidak sejalan dengan makin meluasnya bahaya pornografi,yang terutama dikaitkan dengan keterlibatan remaja dalam pergaulan bebas. Tindakan preventif untuk memberantas pornografi memang gencar dilakukan aparat, antara lain, penggrebegan dan razia terhadap pelakunya. Masalahnya , sangat sedikit pelakunya di ajukan ke pengadilan, apalagi di jatuhi hukuman yang berat. Misalnya, sepanjang tahun 1980 sampai tahun 1993, hanya 12 kasus pornografi (melanggar pasal 282 KUHP) yang diajukan ke pengadilan. Hukuman yang di jatuhkan pun tidak mampu membuat jera pelakunya."
1996
HUPE-XXVI-6-Des1996-513
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Jakarta: Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga, 2009
363.47 AYO
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Ina Ratna Mariani Suparti
1977
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Marpaung, Leden
"Pornography, adultery, and rape according to Indonesian criminal law"
Jakarta: Sinar Grafika, 2004
364.17 MAR k
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ade Armando
Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2005
363.4 ADE m (1)
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Marpaung, Leden
Jakarta: Sinar Grafika, 1996
364.17 MAR k
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S7244
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Askarina Bintari Sumiran
"Makalah ini akan membahas mengenai sebuah film yang telah lulus sensor namun sebenarnya masih mengandung muatan-muatan seks. Film ini masuk dalam kategori Bimbingan Orangtua (BO) tanpa adanya batasan usia penonton minimal 18 tahun, sehingga dikhawatirkan muatan seks di dalamnya dapat mempengaruhi pandangan penonton akan perilaku seksual. Film popular remaja Twilight yang telah lulus sensor mengandung banyak gambaran seks tersirat di dalamnya. Sebenarnya, bukan hanya satu film ini saja tetapi terdapat lebih banyak lagi film yang serupa. Menggunakan metode analisis shot-by-shot, terlihat bahwa teknik sinematografi yang digunakan dikhawatirkan turut mempengaruhi pemaknaan perilaku seksual yang ada di dalam film. Hasil studi mengungkapkan bahwa adegan yang memuat perilaku seksual yang berat justru dipertegas dengan teknik kamera jarak dekat (close up) dan kemudian dimaknai sebagai.
Most explicit sexual impressions in films have effect on the increase of sexual arousal and sexual behavior from the audience. However, unconsciously, subtle/implied sexual impressions have greater effect on increasing sexual arousal. Popular teen movie, Twilight, which has been rated for general audiences in Indonesia and can be seen by general public actually still contains numerous subtle sexual portrayals. Cinematographic techniques that are used also influence how the audiences interpret sexual acts in the film. Subtle sexual portrayals in this film, then can potentially be more powerful in influencing audience's sexual behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Aprilia Kusumaswari
"Sejalan dengan perkembangan teknologi masa kini, penggunaan internet untuk kegiatan seksual, dimana pornografi termasuk di dalamnya semakin marak. Sejauh ini, penelitian mengenai aktivitas mengakses pornografi masih lebih berfokus pada laki-laki, walaupun aktivitas mengakses pornografi pada perempuan dilaporkan meningkat. Lebih lanjut, banyak penelitian mengenai pornografi memiliki dampak yang buruk terhadap perempuan. Oleh karena itu, penelitian ini mengeksplorasi aktivitas mengakses pornografi dan sexual well-being pada perempuan, serta pandangan terkait dengan mengakses pornografi sebagai seorang perempuan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan wawancara terfokus pada enam perempuan dewasa muda yang mengakses pornografi di internet, dan menemukan bahwa partisipan mengakses pornografi secara rutin dengan alasan utama karena kebosanan, mengisi waktu luang, memuaskan hasrat, dan mencari referensi. Partisipan juga melaporkan pandangan yang cenderung positif terkait dengan aktivitas yang dilakukannya, Lebih lanjut, partisipan juga menyadari konten kekerasan pada pornografi di internet namun memiliki cara tersendiri dalam menyikapinya.
In line with today's technological developments, the use of the internet for sexual activities, including pornography, is increasingly widespread. So far, research on the activity of accessing pornography is still more focused on men, although the activity of accessing pornography among women has been reported to increase. Furthermore, many studies on pornography have negative impact on women. Therefore, this study explores the activities of accessing pornography and sexual well-being in women and views related to accessing pornography as a woman. This study was conducted with a qualitative method using focused interviews on six emerging adult women who accessed pornography on the internet and found that participants access pornography regularly with the main reasons being boredom filling their free time, satisfying desires, and looking for references. Participants also reported positive views regarding pornographic viewing. Furthermore, participants are also aware of violent content in pornography on the internet but have their way of dealing with it."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library